Ellyas ‘The Exocet’ Pical, Tinta Emas dan Sejarah Dunia Tinju Indonesia

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
8 September 2021 5:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Elly..Elly..Elly..Elly..Elly menggema, bergemuruh, pekik teriakan tak henti-heni. Mengulang memori silam ketika hari itu, 3 Mei 1985 suasana di Istora Senayan penuh sesak. Tak kurang sekitar 17 ribu orang mengelu-elukan nama petinju kebanggaan Indonesia, Ellyas Pical.
ADVERTISEMENT
Sementara itu pun jutaan mata lainnya di berbagai penjuru Indonesia memaku pandangan ke televisi. Jantung pun dipaksa berdegup penuh harap menanti sebuah sejarah baru bagi bangsa dan dunia Tinju Indonesia. Ellyas Pical lah petinju pertama Indonesia di level internasional menjadi aktor utamanya.
Petinju yang kerap dijuluki Elly ini lahir di Ullath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku pada 24 Maret 1960. Saat itu Elly telah memutuskan untuk mengambil jalur hidup yang berbeda dari keluarganya, sebab sebagian besar keluarganya adalah seorang musisi.
Disela kegiatannya mencari mutiara, Elly kecil mulai menyukai olahraga tinju ketika melihat tayangan pertandingan tinju Muhammad Ali yang disiarkan oleh TVRI. Berawal dari sana, Ellyas Pikal memiliki tekad untuk menjadi petinju.Walaupun, niat Ellyas Pikal menjadi petinju profesional sempat mendapatkan respons yang kurang baik dari orang tuanya. Kendati begitu,
ADVERTISEMENT
Namun, Ellyas Pical tak menyerah begitu saja dan tetap berlatih tinju pada usia 13 tahun meski harus diam-diam agar tidak ketahuan kedua orang tuanya. Setelah itu Elly pun terlihat memulai bakat sebagai petinju, sebagai petinju amatir ia sudah memenangkan berbagai penghargaan mulai dari tingkat kabupaten hingga Piala Presiden.
Elly sendiri bertarung dengan gaya kidal. Tinju kiri pria bertinggi 160 sentimeter yang terkenal 'menggelegar' di atas ring membuatnya dijuluki The Exocet. Julukan tersebut memang cukup unik.
Bersejarah, di depan jutaan penonton dan dukungan seluruh bangsa Indonesia, Ellyas Pical berhasil merebut gelar juara IBF kelas bantam yunior (super terbang) dari petinju Korea Chun Ju-do di Jakarta pada 3 Mei 1985. Saat itu, Elly waktu 15 ronde untuk mencoba menjadi juara dunia tinju yang pertama asal Indonesia dan sebuah rintangan besar pun mengadang di depannya.
ADVERTISEMENT
Elly harus merebut sabuk juara dunia kelas terbang super atau bantam junior versi IBF dari pinggang petinju Korea Selatan, Ju Do-chun. Chun punya modal yang bisa membuat lawan bisa kocar-kacir. Lima petinju yang sebelumnya berusaha merebut gelarnya dibikin terkapar alias kalah KO
Dengan skill dan intruksi pelatih, Ellyas Pical benar-benar memborbardir Chun. Pada ronde keempat Chun terjungkal, tak kuasa menahan hook kiri legendaris Elly. Tak salah Elly berjuluk The Exocet. Pers memberikan julukan tersebut merujuk rudal buatan Prancis yang digunakan Inggris menyerang Argentina pada Perang Malvinas 1982. Hook kirinya meluncur deras bak rudal.  Walau Chun mampu bangkit akan tetapi sejatinya dia hanya mengulur-ulur momen kemenangan Elly. Chun akhirnya benar-benar menyerah pada pertengahan ronde kedelapan.
ADVERTISEMENT
Namun, setelah mempertahankan gelar melawan petinju Australia, Wayne Mulholland, 25 Agustus 1985, Pical harus mengakui keunggulan petinju Republik Dominika, Cesar Polanco dengan kalah angka di Jakarta.
Akan tetapi, Pical mampu bangkit dan membalas kekalahannya atas Polanco, dengan balik memukul KO Polanco pada pertandingan kedua di Jakarta, 5 Juli 1986.
Sempat mempertahankan gelar melawan petinju Korea Selatan, Dong-chun Lee, langkah Pical terhenti setelah menyerah dari petinju Thailand, Khaosai Galaxy dengan KO pada ronde 14, tahun 1987.
Kondisi depresi sempat menyelimuti pasca kekalahan melawan Galaxy, Elly mampu bangkit dan merebut gelar IBF kelas bantam yunior kembali, dari sang juara bertahan waktu itu Tae-ill Chang, juga dari Korea Selatan.
Gelar ini sempat bertahan sampai dua tahun, hingga akhirnya Elly pun harus terbang ke Ronoake, Virginia, Amerika Serikat pada 4 Oktober 1989 untuk mempertahankan gelar melawan Juan Polo Perez dari Kolombia, dan akhirnya harus menyerahkan gelarnya setelah kalah angka.
Ellyas Pical ketika mengalahkan Chun Ju-do pada 1985 silam. Foto: Twitter/ @KEMENPORA_RI
Elly pun memutuskan gantung sarung tinju, selama menggeluti tinju Ellyas Pical sudah mencatat rekor tinju dunia 26 pertandingan dengan mengantongi 20 kemenangan, 1 kali imbang, dan 5 kekalahan. Ia pensiun dari dunia tinju ketika usianya menginjak 32 tahun.
ADVERTISEMENT
Walau Elly hanya enam tahun berkiprah di kancah tinju profesional. Namun, dalam rentang waktu yang relatif singkat itu Elly sukses menorehkan tinta emas dalam sejarah tinju Indonesia dan dunia. Bahkan, situs Asian Boxing melabelinya sebagai petinju dengan pukulan paling menakjubkan dalam sejarah kelas terbang super.
Kunci sukses Elly adalah bukan hanya disiplin dan keras saat berlatih, Elly mengungkapkan juga ketat menjaga pola makan. Selalu berusaha menjaga fisiknya selalu bugar, selalu tepat waktu memulai waktu berlatih, terutama menempa fisik agar konsisten dan terus berkembang. Selain itu, selalu menjaga pola makan. Menu harus seimbang, selalu makan aneka sayuran dan membatasi nasi.
Walau kisah pahit pun pernah menyelimuti di sisa jejak hidupnya, Elly tetap lah manusia biasa yang bisa melakukan kesalahan. Elly dengan kegigihan, kerja keras dan kesuksesannya tetaplah sosok hebat dan menginpirasi lahirnya petinju-petinju hebat Indonesia lainnya sampai saat ini dan atau mungkin bisa jadi "Atlet Indonesia yang Jadi Idolamu".
ADVERTISEMENT
**Asep Totoh - Dosen Ma'soem University - Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung