Konten dari Pengguna

Guru Ideal dan Guru Idola

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
5 Agustus 2020 9:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru mengajar. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
GURU memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa, guru sebagai salah satu agen perubahan merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan khususnya di sekolah. Guru sejatinya bukan sembarang pekerjaan, melainkan profesi yang pelakunya memerlukan berbagai kelebihan, baik terkait dengan kepribadian, akhlak, spiritual, pengetahuan dan keterampilan. Guru Abad 21 tidak lagi tampil sebagai pengajar sebagaimana fungsinya selama ini, melainkan sebagai pelatih, konselor, manajer belajar, partisipan, pemimpin, dan pelajar.
ADVERTISEMENT
Bagaimanakah guru ideal yang dibutuhkan saat ini dalam disrupsi perubahan teknologi dan informasi. Di Amerika ciri utama guru ideal adalah kepekaan dan kesabaran, guru diharapkan tampil sebagai seorang yang penuh prakarsa, inovatif, orisinal, dan inventif. Risikonya adalah guru Amerika enggan meniru apa yang dilakukan guru lain. Di China dan Jepang adalah kejelasan (mampu menjelaskan dan mudah dipahami) dan kegairahan dalam berkomunikasi, guru diharapkan tampil sebagai pelaku yang terampil (skilled performer).
Bagi Ki Hajar Dewantoro, guru ideal adalah Ing ngarso sung tulodo Ing madyo mangun karso Tutwuri handayani (keteladanan, prakarsa, dan motivasi). Di Indonesia guru ideal adalah guru yang memiliki ciri guru profesional seperti diatur dalam Undang-undang Guru dan Dosen, yaitu memiliki: kualifikasi akademik (minimal S1), kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesi), sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
ADVERTISEMENT
Guru ideal sejatinya menjadi idola bagi para muridnya, dan sudah pasti setiap peserta didik punya guru idola. Ada yang mengidolakan gurunya karena guru itu cerdas, ilmunya seperti mata air yang mengalir tanpa henti dan memberikan sebanyak-banyaknya ilmu dengan ikhlas, tanpa pamrih. Kehadirannya di kelas selalu dinanti dan membuat peserta didiknya merasa belajar sangat menyenangkan. Ada kenikmatan tersendiri berada di kelas yang penuh keramahan dan senyum. Peserta didik yang lain mengidolakan gurunya karena guru itu simpatik, rendah hati, dan menebar senyum sambil menyapa dengan ramah. Gaya bicaranya selalu menyejukkan hati, sabar ketika menemukan peserta didiknya bandel.
Ada pula yang mengidolakan gurunya karena guru itu memiliki kepribadian khas, unik. tegas tetapi rendah hati. Matanya bisa merah menyala dengan suara menggelegar ketika membela kebenaran, tetapi air matanya bisa dengan mudah menetes tanpa malu ketika hatinya tersentuh. Menjadi sebuah pertanyaan apakah kita termasuk salah satu pendidik yang berbahagia diidolakan oleh peserta didiknya? Untuk menjawab ini, kita perlu selalu introspeksi dan mengevaluasi diri pada kelompok mana kita berada.
ADVERTISEMENT
Salah satunya menurut Lina Erlian Muksin, Psikolog Anak, guru idola memiliki tiga hal yaitu 3H(Head, Heart, dan Hand). Head berarti guru itu memiliki kompetensi, wawasan yang luas, dan inovasi. Heart berarti bahwa dalam menyampaikan pelajaran guru itu harus melayani dengan hati, selalu berempati, dan penuh kehangatan. Dan Hand berarti guru itu memiliki keterbukaan, dan sifat humoris.
Selanjutnya guru idola adalah guru yang mampu mengubah paradigmanya lebih berfikir kritis, terbuka, dan terus berkembang untuk menjadi guru yang “hebat” dalam profesinya. Menjadi guru hebat dalam profesinya, Arifin (2000) mengemukakan bahwa guru Indonesia harus profesional dipersyaratkan mempunyai; Pertama, dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21; Kedua, penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praktis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praktis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia; Ketiga pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan.
ADVERTISEMENT
Mengajar dan mendidik adalah hal yang berbeda, kendati ada hubungan yang amat dekat. Seorang guru hadir ditengah murid untuk melakukan keduanya. Ketika guru menerangkan topik bahasan dengan lancar karena sudah disiapkan sebelumnya maka sesungguhnya ia sedang mengajar. Namun, seorang guru yang mengajak muridnya untuk berani bicara di depan teman-temannya atau ketika guru meminta maaf karena melakukan kekeliruan dalam proses pembelajaran maka sesungguhnya ia sedang mendidik.
Hasil dari proses mengajar bisa diketahui seketika, akan tetapi hasil dari proses mendidik baru diketahui setelah beberapa waktu lamanya berlalu. Semoga kita bisa menjadi guru ideal dan guru idola..Aamiin
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Bakti Nusantara 666