Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Menjadi Entrepreneur Kreatif di Usia Produktif
23 Januari 2021 23:23 WIB
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
TERDAPAT banyak contoh bisnis kreatif seperti penulis buku, penerbit, animator, desainer, dan masih banyak lagi yang kegiatan-kegiatan yang membutuhkan nilai-nilai kreatif.
ADVERTISEMENT
Kita mengenal istilah Entrepreneur, Sociopreneur, dan model entrepreneur lainnya yang belakangan ini banyak digeluti oleh kaum milenial adalah Creativepreneur. Terdapat beberapa profesi Creativepreneur yaitu Food Stylist, Professional Shopper, Buzzer, Social Media Officer, dan masih banyak lagi.
Creativepreneur memiliki dua arti yaitu creative dan entrepreneur, artinya pelaku usaha yang kreatif. Seseorang yang tertarik dalam dunia bisnis dituntut untuk memiliki ide dan kreatifitas yang tinggi didukung dengan inovasi-inovasi terbaru sehingga penjualan dan hasilnya nyata.
Creativepreneur menurut pakar marketing Llise Benun (2011) adalah seseorang yang memulai atau menjual bisnisnya menggunakan ide kreatif. Ada yang menyebutkan, creativepreneur sebagai bisnis berbasis kreativitas. Creativepreneur basisnya adalah kreatif. Sehingga di era Milenial, creativepreneur berkembang dengan amat pesat tanpa batas karena tidak lagi berbabis pada aturan ekonomi bisnis masa lalu.
ADVERTISEMENT
Dengan era disrupsi Revolusi Industri 4.0 sekarang ini terlebih dengan adanya pandemi Covid-19 menjadi Creativepreneur tidaklah mudah. Ruang gerak menjadi terbatas, perubahan perilaku konsumen yang drastis hingga tekanan ekonomi.
Namun, selain sebagai sebuah ancaman ternyata juga menjadi sebuah peluang bagi orang-orang yang kreatif. Kita pun seolah menjadi lebih mengenal lebih mendalam tentang orang-orang kreatif dan adanya aneka ragam peluang dari ekonomi kreatif.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas; John Howkins dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money from Ideas pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat pada tahun 1997, Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI sebagai barang ekspor nomor satu di Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
John Howkins mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai the creation of value as a result of idea. Dalam sebuah wawancara bersama Donna Ghelfi dari World Intellectual Property Organization (WIPO), Howkins menjelaskan ekonomi kreatif sebagai "kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang. Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus dilakukan untuk kemajuan."
United Nations Conference on Trade and Development mendefinisikan ekonomi kreatif "An evolving concept based on creative assets potentially generating economic growth and development."
Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) mendefinisikan ekonomi kreatif sebagai Creative Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content.
ADVERTISEMENT
Dalam cetak biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009-2015, ekonomi kreatif didefinisikan sebagai "Era baru ekonomi setelah ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi informasi, yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya."
Nyatanya dengan munculnya era revolusi industri 4.0, semakin memicu kita semua untuk lebih produktif dibandingkan sebelumnya. Pekerjaan bukan lagi tentang pangkat dan jabatan atau keharusan pergi ke kantor dari jam 8 hingga jam 4 sore. Dibutuhkan banyak peran dari para milenial anak muda untuk berada dalam kancah usaha kreatif yang banyak memanfaatkan teknologi.
Menjadi creativepreneur sebenarnya bisa dilakukan semua orang. Hal terpenting, yakni berpikir sekreatif mungkin dan mengubah ide-ide yang kita miliki menjadi sesuatu yang dapat disukai banyak orang.
ADVERTISEMENT
Tantangan nyata saat ini bagi seorang creativepreneur adalah
ADVERTISEMENT
Potensi usia produktif yang dimiliki Indonesia haruslah menjadi bonus demografi yang tidak sia-sia. Sehingga ke depan, Indonesia dapat berjaya lewat karya anak bangsanya.
Jika kita mempunyai kesempatan untuk menjadi seorang creativepreneur janganlah ragu untuk mengambil kesempatan tersebut dan jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Seperti kata pepatah, kesempatan tidaklah datang dua kali.
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi.