Merdeka Belajar SMK

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
28 Mei 2021 3:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Data Kemendikbudristek mencatat pertumbuhan SMK sangat cepat sekali, hingga saat ini sudah mencapai 14.000-an SMK. Sejatinya, jika pertumbuhan jumlah SMK tersebut seharusnya diikuti juga oleh perkembangan kualitas lulusan SMK. Niscayanya jika setiap peserta didik harus dididik untuk menjadi insan yang cerdas, unggul, terampil, kreatif, imajinatif, peka terhadap kearifan, dan technopreneurship sehingga tidak menjadi beban masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, lulusan SMK pun harus bisa bersaing dengan lulusan dari negara lain dan harus dapat memberikan kontribusi terhadap daya saing bangsa. Tantangan nyata bangsa Indonesia harus mampu bersaing dengan negara–negara lain baik dalam produk, pelayanan, maupun dalam penyiapan sumber daya manusia.
Faktanya yang ada dilapangan adalah munculnya persoalan pendidikan vokasi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Beberapa persoalan utama adalah Dunia Industri berjalan lebih cepat dari pada dunia pendidikan, pendidikan dan Industri masih berjalan sendiri-sendiri, magang belum match dan saling membutuhkan, dan tenaga kerja belum banyak memiliki sertifikasi kompetensi.
Fenomena pendidikan kejuruan sebenarnya sudah di respon cepat oleh Pemerintah dengan Inpres No.9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK. Wujud Strategi Implementasi Revitalisasi SMK diantaranya kebijakan menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK sesuai dengan kompetensi kebutuhan pengguna lulusan (link and match).
ADVERTISEMENT
Link and Match” dalam Revitalisasi SMK diharapkan mampu menciptakan generasi penduduk usia produktif siap kerja yang memiliki kompetensi keterampilan atau keahlian siap pakai yang dibutuhkan perusahaan dan dunia industri. Mengingat perusahaan dengan dunia industri sangat membutuhkan tenaga terampil siap kerja yang berkarakter etos kerja dan disiplin serta memiliki daya saing tinggi.
Tantangan saat ini, keberadaan SMK masih sulit menjawab kebutuhan dunia kerja karena ada banyak hal yang perlu dibenahi antara lain: Sedikitnya kesempatan peningkatan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pengawas SMK sesuai kebutuhan dunia kerja, Sinergi pemangku kepentingan termasuk dunia kerja, Kurangnya program pengembangan SMK, Belum semua SMK mengembangkan kurikulum bersama dunia kerja, Belum semua SMK memiliki fasilitas yang sesuai standar, dan Manajemen sekolah masih cenderung terbebani hal-hal administratif.
ADVERTISEMENT
Sehingga perlu ada solusi komprehensif untuk menjawab tantangan dalam rangka pembenahan kondisi SMK sejalan dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam Merdeka Belajar episode ke delapan proyeksi lulusan SMK adalah siap untuk Bekerja, Melanjutkan studi dan Wirausaha.
SMK Pusat Keunggulan
Terobosan 2021, Kemendikbudristek meluncurkan program SMK Pusat keunggulan yang memiliki visi : Menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja, serta menjadi rujukan/ pengimbas dalam peningkatan kualitas dan kinerja SMK lainnya.
Sekolah yang terpilih dalam program SMK Pusat Keunggulan diharapkan menjadi rujukan serta melakukan pengimbasan untuk mendorong peningkatan kualitas dan kinerja SMK di sekitarnya. Untuk mencapai visi tersebut, keselarasan antara SMK Pusat Keunggulan dengan dunia kerja tidak hanya diwujudkan melalui MoU saja tetapi harus berlangsung secara mendalam dan menyeluruh.
ADVERTISEMENT
Kemendikbudristek dalam upaya mewujudkan keselarasan antara SMK dengan dunia kerja adalah melalui pemenuhan 8+i aspek link and match. Pertama, kurikulum disusun bersama sejalan dengan penguatan aspek softskills, hardskills, dan karakter kebekerjaan sesuai kebutuhan dunia kerja. Kedua, pembelajaran diupayakan berbasis project riil dari dunia kerja (project based learning) untuk memastikan hardskills, softskills, dan karakter yang kuat.
Ketiga, peningkatan jumlah dan peran guru/instruktur dari industri maupun pakar dari dunia kerja. Keempat, praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, bagi lulusan dan bagi guru/instruktur sertifikasi kompetensi harus sesuai dengan standar dan kebutuhan dunia kerja. Keenam, bagi guru/instruktur perlu ditekankan untuk memperbarui teknologi melalui pelatihan secara rutin.
Ketujuh, dilakukannya riset terapan yang mendukung teaching factory berdasarkan kasus atau kebutuhan riil industri. Dan Kedelapan, komitmen serapan lulusan oleh dunia kerja. Kemendikbudristek juga mendorong agar kolaborasi dengan dunia kerja dapat semakin ditingkatkan, di antaranya melalui kemungkinan kerja sama beasiswa dan/atau ikatan dinas, donasi dalam bentuk peralatan laboratorium, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Merdeka belajar pun harus mewujudkan sekolah gratis bagi peserta didik SMK, karena ada 149 varian standar biaya yang berbeda pada kompetensi keahlian di SMK. Saat ini, bantuan pembiayaan nonpersonal baik Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pusat dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOS Daerah) tidak berdasarkan perhitungan kebutuhan biaya per peserta didik pada setiap kompetensi keahlian dalam satu tahun.
Ilustrasi Siswa SMK
Jelaslah solusi permasalahan SMK saat ini adalah latar belakang pendirian SMK, sistem penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan SMK harus sesuai pada esensi SMK itu sendiri. Menyongsong Generasi Emas 2045 SMK harus segera berubah total, SMK tidak boleh berkutat seperti katak dalam tempurung.
Keniscayaan SMK harus terus terkoneksi, berkreativitas, berinovasi dan melakukan optimasi dengan mencetak generasi terbaik ber-SDM tinggi dengan kualitas SDM yang memiliki sifat-sifat kreatif, inovatif, luwes, melek teknologi, terampil, dan memiliki kecerdasan majemuk.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya Multiplier effect SMK berkualitas adalah perubahan sikap peserta didik SMK dengan munculnya wirausahawan-wirausahawan baru yang sangat bermanfaat bagi Negara dalam mengentaskan pengangguran dan kemiskinan.
** Asep Totoh - Dosen Ma’soem University, Kepala HRD Yayasan Bakti Nusantara 666 Cileunyi.