Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Merivitalisasi MGMP, Khususnya Mapel PKK di SMK
6 November 2021 7:30 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kualitas pendidikan di Indonesia tentu tidak bisa dijawab dengan cara mengubah kurikulum, atau juga harus mengganti menteri atau dirjen saja. Kualitas pendidikan yang nyata hanya bisa dijawab oleh kualitas guru. Guru yang profesional, guru yang berkualitas ialah jaminannya. Tanpa perbaikan kualitas guru, kualitas pendidikan akan tetap jauh panggang dari api, tetap tidak memadai.
ADVERTISEMENT
Kompetensi guru dengan kompetensi intinya tidak lagi sekedar guru yang mampu mengajar dengan baik melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan hubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya.
Kompetensi guru ketika diuji pandemi Covid-19 adalah benar-benar guru yang profesional yang mampu menghadapi tantangan jaman. Untuk itu, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, serta kompetensi pedagogik seorang guru wajib dikembangkan sehingga mampu mendidik siswa yang memiliki kecakapan abad 21 yang fokus pada Karakter, Literasi dan Keterampilan 4C(Critical Thinking, Communication, Collaborative, Creative).
Program pеmеrintah yang mеndorong pеningkatan kompеtеnsi guru sеcara berkelanjutan adalah Pеngеmbangan Kеprofеsian Bеrkеlanjutan (PKB). Kеgiatan pеngеmbangan profеsionalitas guru mеrupakan pеngеmbangan kompеtеnsi guru yang dilaksanakan sеsuai kеbutuhan, bеrtahap, bеrkеlanjutan yang dilakukan mеlalui kеgiatan pеngеmbangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya dengan kompetensi intinya, para guru pun harus terlibat sebagai penjamin mutu dalam proses pendidikan dan harus terus didorong untuk saling bertukar pengalaman dengan sejawatnya di Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di wilayah masing-masing, khususnya dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas.
Dengan kompetensinya sebagai sеorang profеsional, guru harus mеngеmbangkan kеmampuan profеsionalnya sеcara mandiri (sеlf-lеarning) mеlalui bеrbagai moda pеmbеlajaran. Akan tetapi sеbagai sеorang profеsional juga, guru mеrupakan bagian dari komunitas guru yang mеmiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dalam mеndidik siswa. Bеlajar kolaboratif (collaborativе lеarning) mеrupakan kеniscayaan dan cara еfеktif bagi guru untuk mеngеmbangkan profеsionalitasnya (Bahrul, 2020).
Dalam perkembangannya MGMP adalah organisasi non struktural yg keberadaannya dibentuk berdsrkan pedoman Dirjen Dikdasmen yg beredar sejak thn 1991 dan dicetak ulang pada thn 1993. Namun, sebenarnya MGMP telah ada sejak tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Guru mata pelajaran yang pertama kali tahun 1979 memperoleh kesempatan mengikuti pembinaan adalah guru-guru kelompok matapel IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi, serta IPA SLTP), disusul kemudian guru Matematika 1982, Bhs Inggris 1986, Bhs Indonesia 1988, dan terakhir guru Geografi 1990.
Wadah kegiatan guru ini pada dasarnya bertujuan menanggapi perkembangan iptek yang menuntut penyesuaian dan pengembangan profesional guru. Melalui wadah ini para guru berkomunikasi, berkonsultasi, dan saling berbagi informasi serta pengalaman. Walaupun MGMP sdh diatur sedemikian rupa oleh pemerintah, namun dalam pelaksanaannya masih banyak menghadapi permasalahan internal dan eksternal.
Senyatanya peranan dari MGMP untuk mengembangkan profesionalitas guru menjadi lebih penting setelah pemerintah memberlakukan kurikulum baru. MGMP digalakkan kembali, dikandung maksud agar MGMP sebagai wadah guru dapat menjadi wadah vital bagi guru untuk mereform dirinya agar mampu menyiapkan peserta didik yang tangguh, kreatif, kritis, dan terampil. Dengan itu semua diharapkan pendekatan proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa bisa diwujudkan.
ADVERTISEMENT
Menyoal MGMP, kemana arah kegiatannya saat ini terlebih disaat pandemi Covid-19. Ada banyak hal yang seharusnya dilakukan seperti mengembalikan jati diri dan watak guru, meningkatkan penguasaan materi, meningkatkan kemampuan aplikasi PBM era daring atau luring, memahami dan melaksanakan innovasi, menciptakan ke bersamaan dan persaudaraan dan membangun kesadaran politik.
Beberapa hambatan yang sering ditemui dalam peningkatan kompetensi guru antara lain untuk mengembangkan hasil pelatihan atau workshop di sekolahnya ada kalanya tidak mendapatkan dukungan dari kepala sekolah dengan alasan sekolah tidak memprogramkan sebelumnya berkaitan anggaran, belum atau tidak bisa memanfaatkan kompetensi guru–guru yang telah ditatar atau dilatih, rendahnya etos kerja dari guru yang bersangkutan sehingga tidak berniat mengembangkan hasil pelatihan, workshop, maupun seminar, tidak adanya atau tidak pernah dilakukan tindak lanjut dari hasil penataran/pelatihan, guru yang hadir pada program berikutnya berbeda sehingga menjadi tidak ada kesinambungan, dan ada kalanya guru menghitung nilai ekonomisnya sehingga mereka sengaja tidak memenuhi undangan pelatihan yang berarti terputuslah kesinambungannya.
ADVERTISEMENT
Jika melihat dampak yang dirasakan dari pandemi Covid-19, revitaliasi MGMP itu sendiri menjadi satu keharusan. Mengapa harus revitalisasi?, merujuk Dictionary of Psychology, vitality adalah energy, kekuatan untuk bertahan hidup, sehingga bisa mewujudkan cita-citanya memberikan kekuatan baru, atau memperbaharui atau meningkatkan atau memperbesar energi atau kekuatan atau kemampuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru.
Terlebih jika melihat beberapa hambatan dan tantangan yang terjadi, maka revitalisasi MGMP harus dilakukan dengan :
ADVERTISEMENT
Dengan revitalisasi MGMP ini diharapkan akan meningkatkan mutu pelayanan pembelajaran yang berkualitas dan bermakna bagi siswa, adanya motivasi sekolah untuk membangun komunitas profesional dan mengembangkan budaya belajar yang berkelanjutan dan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja sekolah, sekolah akan mampu membangun sistem jejaring dan belajar bagi warga sekolah untuk mengembangkan profesionalisme secara mandiri dlm bidang masing-masing, kerjasama antar sekolah dalam pengembangan kreativitas dan inovasi layanan pendidikan serta meningkatnya kesadaran untuk saling bertukar informasi dalam pengetahuan, keterampilan, dan budaya kerja yang berkualitas dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan.
Guru apa pun kondisinya pasti memiliki kelebihan dan kekuatan, para guru harus difasilitasi, dikembangkan kemampuannya, termasuk dengan memanusiakan guru melalui remunerasi yang baik. Alhasil, perbaikan dalam manajemen sumber daya guru sangat berpengaruh untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tulisan Merivitalisasi MGMP ini disarikan dan terdapat kutipan dari berbagi sumber.
** Asep Totoh - Guru Mapel Produk Kreatif dan Kewirausahaan SMK Bakti Nusantara 666