Ngamulule Basa Indung

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
21 Februari 2021 12:28 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bahasa-bahasa di Dunia Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bahasa-bahasa di Dunia Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
MOMEN tepat bagi orang sunda dalam Peringatan “Poe Basa Indung Sadunya” bertepatan hari ini tanggal 21 Februari 2021. UNESCO menetapkan tanggal 21 Februari sebagai International Mother Language Day atau Hari Bahasa Ibu Internasional.
ADVERTISEMENT
Tahun Bahasa Internasional bertujuan untuk dapat mempromosikan persatuan dalam suatu keberagaman serta pemahaman internasional melalui multibahasa dan multikulturalisme dengan agen utama yaitu Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya PBB.
Menurut data UNESCO, sedikitnya ada 90 negara yang memiliki kelompok etnis suku atau etnis yang menggunakan bahasa ibu. Jumlah bahasa ibu se-dunia itu kurang lebih ada 7.000, namun sangat dikhawatirkan jika terdapat sekitar 2.680 bahasa yang terancam musnah dari peradaban manusia.
Di Indonesia saja dari jumlah 370 juta jiwa yang memiliki bahasa ibu, akan tetapi jumlah tersebut dari waktu ke waktu sedikit demi sedikit mulai mengalami penurunan.
Poster Hari Bahasa Ibu oleh United Nations. Dok: Laman United Nations
Keniscayaannya hari ini menjadi waktu yang tepat mengangkat pentingnya keluarga dalam melestarikan bahasa Ibu sebagai bahasa asli yang setiap waktu kian tidak jelas, karena hilang dari para penuturnya. Sebagai orang asli Sunda yang dilahirkan dan dibesarkan di Sunda, walaupun tidak paham betul dan bukan ahlinya tetapi ada hikmah yang hilang ketika tidak dituturkannya bahasa sunda pada kegiatan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Maka harus ada dan dilaksanakan berbagai upaya pelestarian bahasa Ibu untuk terus-menerus diupayakan, kesadaran masyarakat menjadi poin utama dalam implementasinya. Bahasa bisa dilakukan oleh orang apabila dituturkan, hukum alamnya jika hilang dari penuturan maka bahasa itu akan punah dengan sendirinya.
Senyata harus dilakukan upaya terbaik dalam pelestarian andalan penuturan bahasa yang dilakukan setiap saat, setiap kesempatan dan bahkan setiap hubungan sosial. Kemudian, selain faktor penuturan bahasa yang dianggap dapat melestarikannya, salah satu faktor lagi adalah keluarga.
Pendidikan bahasa dapat dimulai dari keluarga, baik bahasa santun, sopan, dan bahasa radikal (tidak beradab), cernaan bahasa keluarga menjadi gambaran utama dalam melestarikan bahasa ibunya. Dalam keluarga bahasa menjadi faktor utama untuk menjalin dan memahami sisi lain dari anggota keluarga, penuturan bahasa yang baik atau sopan akan berdampak pada keluarga baik dan penuturan bahasa yang buruk atau kasar akan menghasilkan cerminan keluarga yang tidak baik.
ADVERTISEMENT
Melalui kesempatan ini Kemendikbud melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa sudah mengidentifikasi 652 bahasa daerah, dari 652 itu bahasa tersebar di seluruh Nusantara dan ini menjadi bagian kekayaan suatu bangsa.
Menurut data Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, hilangnya penuturan bahasa Ibu dalam keluarga akan membawa dampak pada hilangnya bahasa ibu di tengah masyarakat. Hal ini yang menyebabkan 11 bahasa punah, 4 bahasa berstatus kritis, dan 19 terancam punah.
Dalam Wikipedia, bahasa Sunda yang dituturkan dipakai oleh kurang lebih 42 juta orang, jumlah tersebut merupakan jumlah penutur terbanyak kedua setelah bahasa jawa. Bahasa Sunda dipakai oleh hampir seluruh daerah di Jawa Barat dan Banten, juga di sebelah barat Jawa Tengah, mulai dari kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayah Kabupaten Brebes dan Kali Serayu (Sungai Cisarayu) di Kabupaten Cilacap, di sebagian di wilayah Jakarta, sarta di sejumlah provinsi di Indonésa dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi Suku Sunda.
ADVERTISEMENT
Isu musnahnya bahasa ibu juga akan menimpa bahasa Sunda. Ada fenomena masyarakat di pusat-pusat kota di Jawa Barat terutama di Bandung, masyrakatnya terutama generasi muda milenial sudah tidak mau menggunakan bahasa Sunda dalam pergaulannya sehari-hari.
Bahkan jika ditanya, pelajaran apakah paling sulit di sekolah maka sebagian besar anak-anak yang notabene orang Sunda justru menempatkan pelajaran bahasa Sunda yang paling sulit dipelajari.
Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk melestarikan bahasa Ibu :
ADVERTISEMENT
** Asep Totoh - Dosen Ma’soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab. Bandung