Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pandemi, Strategi, dan Daya Tahan Sekolah Swasta
30 Januari 2021 5:41 WIB
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keniscayaannya jika lembaga pendidikan (sekolah) sebagai penyedia jasa layanan pendidikan adalah penting memahami pemasaran dan menjadi seorang pemasar yang memahami kedudukan pendidikan sebagai layanan jasa non profit. Hal ini penting agar penerapan konsep marketing atau pemasaran pendidikan berada pada posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan sifat dari pendidikan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Saat ini pendidikan yang laku dipasarkan adalah pendidikan yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
Kelima karakteristik tersebut, dapat digunakan sebagai standar lembaga pendidikan dalam menghasilkan pelayanan jasa, sehingga jasa yang dihasilkan dapat diterima oleh konsumen.
Mengutip Eka Fariyana (2019), konsep marketing untuk lembaga pendidikan (terutama sekolah) yang mutlak diperlukan. Pertama sebagai lembaga nonprofit yang bergerak dalam bidang jasa pendidikan, untuk level apa saja, perlu meyakinkan kepada masyarakat “pelanggan” (peserta didik,orang tua, serta pihak-pihak terkait lainnya) bahwa lembaga pendidikan masih tetap eksis.
ADVERTISEMENT
Kedua, perlu meyakinkan masyarakat dan “pelanggan” bahwa layanan jasa pendidikan sungguh relevan dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, perlu melakukan kegiatan pemasaran agar jenis dan macam pendidikan dapat dikenaldan dimengerti secara luas oleh masyarakat. Keempat, agar eksistensi lembaga pendidikan tidak ditinggalkan oleh masyarakat luas serta “pelanggan potensial”
Dampak globalisasi terlebih disrupsi revolusi industri 4.0 dan pandemi COVID-19 telah melahirkan persaingan yang ketat dalam dunia pendidikan, dan juga telah mengubah fokus manajemen pendidikan. Dari sekedar sebagai alat untuk melayani proses pendidikan secara kelembagaan, menjadi bagaimana membuat pemakai pendidikan (user education), diubah menjadi pelanggan pendidikan (customer education).
Senyatanya masyarakat membutuhkan pendidikan yang bermutu juga layanan jasa pendidikan yang baik, bermutu dalam arti mampu memberikan tawaran produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan yaitu kurikulum yang bervariasi dan memiliki keunggulan dalam bidang-bidang yang khusus. Dan layanan jasa pendidikan yang mampu memberikan komunikasi yang ramah fasilitas yang nyaman serta konsultasi yang kontinu bagi pelangan.
ADVERTISEMENT
Sejatinya pendidikan sesungguhnya memiliki peranan yang sangat strategis dalam masyarakat. Masyarakat menginginkan pendidikan yang mampu memberikan aspek penanaman nilai-nilai pada sikap dan tingkah laku, dalam hal ini manusia yang berkualitas yaitu manusia yang beriman, bertaqwa, berahlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan, disiplin dan bertanggung jawab serta menguasai iptek. Visi tersebutlah yang harus dikembangkan dalam bidang pendidikan, sehingga dengan demikian tidak ada khawatiran bagi para stakeholedr, orang tua, masyarakat, dan para generasi peserta didik.
Kegiatan pemasaran bukan sekedar kegiatan bisnis agar lembaga-lembaga pendidikan mendapat peserta didik, melainkan juga merupakan peningkatan mutu pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab kepada masyarakat luas. Lembaga pendidikan dituntut untuk senantiasa merevitalisasi strateginya, guna menjamin kesesuaian tuntutan lingkungan dan persaingan dengan kekuatan internal yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
Strategi yang harus dilakukan oleh sekolah yaitu; Pertama, strategi pemasaran produk jasa pendidikan dengan menerapkan strategi diferensiasi diantaranya; keunggulan kerja, inovasi produk, pelayanan yang baik, citra merek (brand image), kemudian strategi keunggulan biaya yaitu; biaya tinggi dengan produk dan layanan yang baik dan strategi fokus yaitu; fokus pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai luaran outcomes yang memiliki kriteria tujuan pendidikan nasional.
Kedua, faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran produk jasa pendidikan yaitu kualitas produk, fasilitas dan layanan, serta harga. Ketiga, untuk mengukur efektivitas strategi pemasaran produk jasa pendidikan, dilihat dari sejauh mana target yang telah dicapai oleh manajemen sekolah. Efektifitas strategi pemasaran targetnya diukur dari tingkat kepuasan pelangan terhadap produk jasa pendidikan sebuah sekolah dan tingkat ketercapaiannya dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah siswa yang masuk di sekolah tersebut apakah mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.
Bagi sekolah swasta, perolehan siswa tahun ajaran 2020-2021 hampir semua sekolah mengalami penurunan jumlah siswa. Pandemi COVID-19 telah benar-benar menguji strategi pemasaran lembaga pendidikan, sekolah yang mampu bertahan adalah yang memiliki strategi keunggulan bersaing berkelanjutan (Sustainable Competitive Adventage).
ADVERTISEMENT
Saat ini yang bisa menjadi tolak ukur keberlangsungan sekolah swasta sebagai lembaga penyedia jasa adalah PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang jelas terlihat dari perolehan siswa dalam setiap tahun ajarannya., Tidak aneh jika persaingan antar sekolah swastapun dilakukan dengan mendahului start terlebih dulu pada saat Penerimaan Peserta Didik Baru.
Jelas sekali jika sekolah swasta yang tidak peka atau kurang mampu menangkap kebutuhan stakeholder secara luas, maka era “kejayaan” sekolah swasta akan menuju masa decline atau kebangkrutan. Tantangan dan ancaman pendidikan swasta jelas kontekstual dan strategik dengan perkembangan jaman dan era tanpa sekat (globalisasi) dan dirsupsi juga pandemi COVID-19, keniscayaannya sekolah swasta harus memiliki daya saing sehingga secara sehat mampu bersaing dengan sekolah-sekolah lainnya.
ADVERTISEMENT
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Bakti Nusnatara 666 Cileunyi Kab. Bandung.