Konten dari Pengguna

Pendidikan Karakter Siswa Saat Pandemi?

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
28 Januari 2021 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PILIHAN moda Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan sebuah transisi kegiatan belajar mengajar dari yang seharusnya dilakukan secara tatap muka di sekolah, sebab dikarenakan adanya pandemi Covid-19 maka kegiatan sekolah pun harus dialihkan menjadi jarak jauh, baik secara luring maupun daring.
ADVERTISEMENT
Tantangan paling utama adalah semua pihak baik pemerintah maupun guru untuk terus melahirkan inovasi-inovasi serta kreativitas dalam menyampaikan pembelajaran bagi siswa di tengah pandemi. Dalam keadaan pandemi dan melakukan PJJ seperti ini bukan berarti tidak ada media untuk memberikan pembelajaran karakter pada siswa
Di dalam buku pedoman yang disusun oleh Pusat Kurikulum tentang Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2010), karakter didefinisikan sebagai suatu ’moral excellence’ atau akhlak yang dibangun di atas berbagai kebajikan (virtues) yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi atas nilai‐nilai yang berlaku dalam budaya (bangsa).
Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara Indonesia berdasarkan tindakan‐tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan sesuai nilai yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Melihat definisi yang dikutip oleh Koesoema (2010) bahwa karakter sebagai suatu proses yang dikehendaki, maka pendidikan memungkinkan untuk melakukan perubahan atas perilaku seseorang.
ADVERTISEMENT
Menyoal pendidikan karakter dengan moda jarak jauh sebenarnya bukanlah hal baru, Johnson & Williams (2010) dalam bukunya The Phenomenon of Character Development in Distance Education Course. Mengemukakan hasil penelitian, yakni siswa-siswa dalam sebuah pembelajaran jarak jauh mengalami perkembangan karakter yang positif di beberapa area:
Pertama, performance character traits and strengths dalam bentuk disiplin diri, arah diri, pendekatan yang lebih analitis dan mendalam terhadap pembelajaran. Lalu, imaginasi dan kreativitas, apreasiasi terhadap literatur, motivasi untuk terus melanjutklan pendidikan.
Kedua, moral character traits and strengths dalam bentuk meningkatnya kualitas kearifan dan keberanian moral.
Ketiga, relational character traits and strengths dalam bentuk keterbukaan, kesediaan berbagi pembelajaran, memperbaiki komunikasi dan hubungan dengan sesama. Keempat, spiritual character traits and strengths dalam bentuk kerendahhatian, keimanan, harapan, dan kedermawanan.
ADVERTISEMENT
Menjadi utama, tentu saja dibutuhkan peran serta berbagai pihak untuk mewujudkan karakter terbaik siswa-siswi. Di sinilah peran tri pusat pendidikan, yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi signifikan. Sebelum pandemi, orangtua cenderung menyerahkan begitu saja pendidikan anak-anak mereka ke sekolah, sekarang hampir setiap pihak memiliki peran yang penting dan seimbang untuk keberhasilan pendidikan siswa.
Tuntuan karakter siswa yang harus dibentuk adalah mengimplementasikan nilai-nilai beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Karakter, foto:Shutterstock
Selama PJJ ini pun para guru juga bisa menumbuhkan jiwa entrepreneurship pada siswa, dimana dalam entrepreneurship itu terkandung nilai-nlai karakter seperti kemandirian, gigih dan pantang menyerah menghadapi tantangan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya untuk prinsip pembelajaran di tengah pandemi itu ada empat hal yang harus difokuskan yaitu kenalkan, internalisasi, terapkan, dan biasakan. Kenalkan itu adalah tahap memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama, pengetahuan dan keterampilan melalui dimensi akal, rasio atau logika dan kinestetik dalam setiap bidang studi.
Internalisasi adalah penghayatan atau tahap menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan melalui dimensi emosional, hati atau jiwa. Terapkan adalah tahap mempraktekan nilai-nilai kebaikan melalui dimensi prilaku kegiatan ibadah dan amal-amalan nyata serta berupaya untuk menebar kebaikan. Dan Biasakan, adalah kegiatan kontinyuitas atau keistiqomahan untuk selalu menjaga karakter selalu dipraktekan dalam aktivitas sehari-hari.
Alhasil, karakter akan terbentuk jika rukhiyah, fikhriyah serta amalan dari keempat prinsip tersebut bisa diterapkan oleh guru, siswa dan juga peran orang tua.
ADVERTISEMENT
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666.