Konten dari Pengguna

Perguruan Tinggi Penyumbang Wirausaha?

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
8 Oktober 2020 10:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kampus Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kampus Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Jika melihat Data BPS yang menyebutkan bahwa tingkat pengangguran terdidik akibat pandemi, untuk lulusan Perguruan Tinggi tingkat diploma meningkat sebesar 8,5%, sarjana akan meningkat tajam sebesar 25%. Artinya angka kenaikan ini seharusnya menjadi bahan evaluasi dan menyusun strategi untuk mengembangkan softskill lulusan yang sesuai dengan kebutuhan user. Pilihannya Lulusan siap kerja atau wirausaha? ini menjadi masalah klasikal hampir di setiap Perguruan Tinggi.
ADVERTISEMENT
Kenaikan besaran angka pengangguran ini tentunya harus menjadi pekerjaan rumah bersama, terkhusus juga Perguruan Tinggi yang memberikan andil penyumbang pengangguran terbesar kedua setelah SMK. Masalah utama saat ini adalah terjadinya GAP antara skill lulusan dengan kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri, masalah link and match masih menyisakan banyak masalah.
Jika melihat lampiran Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 5 tahun 2019 tentang Instrumen Akreditasi Program Studi sebenarnya sudah mengakomodir bahwa jenis pekerjaan lulusan harus sesuai dengan profil lulusan yang didapatkan dari penelusuran tracer study.
Selanjutnya jika berpedoman pada instrumen BAN-PT, jenis kemampuan dan keterampilan lulusan meliputi etika, keahlian pada bidang ilmu, kemampuan berbahasa asing, penggunaan teknologi informasi, kemampuan berkomunikasi, kerja sama tim, dan pengembangan diri juga harus menjadi fokus utama bagi perguruan tinggi agar lulusan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
ADVERTISEMENT
Jelaslah jika peran Pendidikan tinggi memiliki misi dan fungsi penting dalam memberikan kontribusi kepada pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), khususnya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan unggul dalam pengembangan masyarakat. Sebuah tantangan nyata yang harus dihadapi bangsa ini guna mencapai Indonesia Emas 2045 adalah kualitas SDM, moral dan karakter bangsa.
Artinya solusi nyatanya adalah, menjadi antitesis jika outcomes Perguruan Tinggi itu harus bisa mencetak pencipta lapangan pekerjaan bukan saja hanya pencari pekerjaan. Jika merujuk pada BAN-PT yang memberikan poin terhadap jumlah lulusan yang berwirausaha yang tidak berizin, berizin maupun skala Nasional maupun Internasional yang sebelumnya tidak ada instrumen penilaian ini di instrumen tujuh standar. Artinya pemerintah memberikan Perguruan Tinggi untuk mencetak para lulusan menjadi entrepreneur, dikarenakan realita jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia sangat tidak seimbang dengan jumlah lulusan tiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, setelah melalui transformasi tiga generasi, yaitu, Humboldtian, Teaching University dan Research University. Kini perguruan tinggi bertransformasi menuju perguruan tinggi generasi 4.0 (fourth generation university) yaitu entrepreneurial university. Elemen pokok dalam gagasan entrepreneurial university adalah pergeseran kegiatan penelitian dari basis individual menjadi kelas kolektif atau berkelompok. Melihat dari trend dan perkembangan Pendidikan Tinggi secara global maka terdapat sebuah utopia mengenai sebuah bentuk pendidikan tinggi, keniscayaannya diperlukan perubahan paradigma (change paradigm) bagaimana agar perguruan tinggi mampu mencetak para wirausahawan yang mampu memberikan lapangan kerja kepada masyarakat secara luas. Peran dari perguruan tinggi sebagai salah satu institusi penyumbang calon wirausaha sangat dinantikan peranannya.
Keniscayaannya jika “entrepreneurship” merupakan salah satu kendaraan untuk mendayagunakan demografi penduduk, meningkatkan perekonomian sebuah negara dan daya saing bangsa. Survei membuktikan semakin banyak kesempatan berwirausaha di sebuah negara, maka akan semakin baik pula iklim ekonomi di negara tersebut. Mengacu pada data Kementerian Perindustrian yang menunjukkan rasio wirausaha di Indonesia saat ini masih sekitar 3,1% dari populasi penduduk, jumlah wirausaha 3,1% kurangnya minimal kita butuh 4 juta pengusaha baru dan tentunya ini masih jauh sekali dari target untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia. Jumlah Entrepreneur di Indonesia masih tertinggal ketimbang negara-negara lain. Berdasarkan data Global Entrepreneurship Index (GEI) 2018, Indonesia ada di urutan ke 94 dari 137 negara. Berada di bawah Singapura, Brunei Darusalam, Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam.
com-Ilustrasi entrepreneur. Foto: Shutterstock
Langkah-langkah strategis harus dilakukan Perguruan Tinggi dalam menumbuhkan kesadaran dan mendorong mahasiswa agar memiliki jiwa kewirausahaan dan mau berwirausaha adalah; Pertama, memberikan mata kuliah wajib tentang kewirausahaan dengan model “Best Parctice”. Para mahasiswa di encourage agar bisa untuk mencoba mengimplementasikan apa yang mereka terima di kelas untuk dipraktikkan secara langsung.
ADVERTISEMENT
Kedua, mengadakan kompetisi wirausaha dan kuliah umum dengan mendatangkan para pakar dan para wirausaha sukses tekini. Ketiga, melibatkan mahasiswa dalam usaha-usaha yang dijalankan kampus. Keempat, mengadakan program pengabdian masyarakat berbasis kewirausahaan. Kelima, mengadakan kerja sama dengan perbankan/lembaga keuangan, pelaku UKM dan pengusaha untuk membina dan mengasah jiwa wirausaha mahasiswa serta menggandengnya sebagai mitra usaha. Dalam hal ini harus adanya dukungan besar PT dan perusahaan lainnya menjadi mitra usaha sebagai pendamping jaminan DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri), yang ikut menerima para mahasiswa lulusan untuk menjadi wirausaha atau mudah bekerja.
Dan Keenam, tuntutan nyata perguruan tinggi adalah pendidikan untuk pengembangan organisasi di luar kampus dengan melalui laboratorium atau pelembagaan inkubator bisnis dan pengembangan startup companies. Lembaga ini akan melahirkan lulusan sarjana, organisasi baru dan perusahaan rintisan, sehingga perguruan tinggi menjadi simpul dari jaringan perusahaan (companies network).
ADVERTISEMENT
Senyatanya wujud strategi, kebijakan, kurikulum pendidikan perguruan tinggi menemukan tantangan yang tak lagi sederhana. Konteks universitas era revolusi generasi keempat (Enterpreneuial University) mendorong tumbuhnya iklim berusaha mandiri dalam format industri kreatif berbasis digital, menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi mengatasi kemiskinan. Kebutuhan paling mendesak saat ini adalah ketersediaan basis data yang kuat, kelompok think thank, jejaring (network) dan cetak biru (blueprint) arah kebijakan pendidikan tinggi dalam kerangka jangka pendek, menengah dan panjang berbasis perubahan revolusi industri 4.0 yang mensyaratkan SDM yang bervisi entrepreneurship.
Oleh :
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University