Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Ramadhan dan Tradisi Kenaikan Harga-harga
19 April 2021 10:07 WIB
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aktivitas rutin ramadhan era pandemi COVID-19 masih tetap berjalan seperti lazimnya, hal biasa yang sering kita temui yaitu kenaikan harga barang saat menjelang bulan Ramadhan sampai dengan saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Fenomena tahunan ini menjadi kerap kita temui di Indonesia. Lalu, kenapa harga-harga bisa ikut naik?
ADVERTISEMENT
Melansir keterangan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) telah melaporkan sejumlah komoditas bahan pokok alami kenaikan harga di awal bulan puasa, dalam laporannya tercatat kenaikan terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Mengapa harga-harga bahan pokok mengalami kenaikan? Dalam pandangan ekonomi Islam, mekanisme pasar dalam penentuan harga ini berlangsung alami. Kondisi tersebut tergantung dengan permintaan dan penawaran. Ketika permintaan naik, penawaran tetap, maka harga akan naik. Namun bila permintaan turun, penawaran tetap, harga juga akan turun.
Aktivitas pada saat ramadhan mewajibkan kita untuk berpuasa seharian, rata lamanya kira-kira 13-14 jam. Walakin, bukan berarti permintaan akan kebutuhan pokok akan menyusut. Justru, pada bulan Ramadhan, kebutuhan akan sembako atau barang yang lainnya semakin laris manis.
ADVERTISEMENT
Penyebab kenaikan harga tersebut selain karena adanya kebutuhan bahan pokok, tentunya paling utama adalah perilaku konsumtif dan berlebihan dari masyarakat. Ibn Taymiyyah (1996) dalam bukunya, Majmû‘ Fatâwâ, mengemukakan beberapa faktor yang memengaruhi fluktuasi permintaan dan konsekuensinya terhadap harga.
Pertama, jenis kebutuhan manusia sangat bervariasi satu sama lain. Tingkat kebutuhan tersebut berbeda-beda tergantung pada kelimpahan atau kelangkaan barang-barang yang dibutuhkan itu. Suatu barang akan lebih dibutuhkan pada saat terjadinya kelangkaan daripada saat melimpahnya persediaan.
Kedua, harga sebuah barang beragam tergantung pada tingginya jumlah permintaan. Jika jumlah permintaan semakin tinggi karena jumlah manusia yang membutuhkan sebuah barang semakin banyak, maka hargapun akan bergerak naik terutama jika jumlah barang hanya sedikit atau tidak mencukupi.
ADVERTISEMENT
Ketiga, harga barang juga dipengaruhi oleh besar atau kecilnya kebutuhan terhadap barang dan tingkat ukurannya. Jika kebutuhan sangat besar dan kuat, maka hargapun akan melambung hingga tingkat yang paling maksimal, daripada jika kebutuhan itu kecil dan lemah.
Keempat, harga barang berfluktuasi juga tergantung pada siapa yang melakukan transaksi pertukaran barang itu. Jika ia adalah seorang yang kaya dan tepercaya dalam hal pembayaran utang, harga yang murah niscaya akan diterimanya.
Kelima, harga juga dipengaruhi oleh bentuk alat pembayaran yang digunakan dalam bentuk jual-beli. Jika yang digunakan umum dipakai, harga akan lebih rendah daripada jika membayar dengan uang yang jarang ada di peredaran.
Keenam, disebabkan oleh tujuan dari kontrak adanya timbal-balik kepemilikan oleh kedua pihak yang melakukan transaksi. Jika si pembayar mampu melakukan pembayaran dan mampu memenuhi janjinya, tujuan dari transaksi itu mampu diwujudkan dengannya.
ADVERTISEMENT
Dan Ketujuh, aplikasi yang sama berlaku bagi seseorang yang meminjam atau menyewa.
Dalam hal ini Ibnu Taimiyah menghargai Mekanisme harga sebagai proses yang berjalan atas dasar gaya tarik menarik antara konsumen dan produsen. Baik dari pasar output (barang) ataupun input (faktor-faktor produksi). Sedangkan harga adalah sejumlah uang yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tersebut.
Peran lain yang ikut menentukan harga adalah para pengepul atau juga kartel. Kartel adalah gabungan beberapa produsen independen yang berusaha untuk menguasai pasar dengan cara memainkan harga dan menekan distribusi.
Cara kerja mereka biasanya adalah dengan meraup hasil panen para petani dalam jumlah besar. Akan tetapi ada sebagian pelaku kartel yang dengan sengaja jika hasil tersebut ditimbun dan disimpan sampai persediaan di pasar menipis. Maka setelah itu, mereka menjualnya dengan harga yang sangat tinggi. Niscaya, mereka akan meraup keuntungan
ADVERTISEMENT
Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadis: Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah SAW, ” Wahai Rasulullah, harga-harga barang naik (mahal), tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi riszki. Aku berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”
Selanjutnya yang berperan menentukan harga adalah distribusi sebagai proses memindahkan barang dari satu tempat ke tempat-tempat yang lain. Pola ketika bulan Ramadhan, diketahui bahwa permintaan akan bahan-bahan pokok akan meningkat maka pasokan pun biasanya akan menipis. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan di beberapa daerah, antar daerah akan bekerja sama untuk memenuhi satu dengan yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan di dalam distribusi ini bisa juga dengan melibatkan daerah-daerah yang berbeda pulau. Misalnya, untuk mendapatkan pasokan bahan pokok, kota-kota di pulau jawa harus menunggu pasokan dari rantai distribusi yang panjang misalnya dari pulau Sumatera. Jadi, inilah yang menyebabkan harga sembako meningkat.
Artinya jika distribusi seperti contoh di atas bukanlah menjadi perkara yang mudah dan murah. Perjalanan dari Sumatera ke kota-kota pulau Jawa itu sangatlah panjang, dan kalau ditempuh dengan truk maka akan menyita banyak waktu dan biaya. Jadi untuk menutupi beban distribusi tersebut, biasanya pedagang akan menaikkan harga.
Kemudian yang turut menentukan harga terutama komoditas pertanian adalah kondisi iklim yang tak menentu, cuaca yang berubah-ubah. Menyebabkan para petani kewalahan, apalagi jika waktu panen mereka menjadi tak jelas. Kadang-kadang hujan berkepanjangan, atau kadang-kadang kemarau berkepanjangan, atau bahkan tetiba mengalami kemarau di musim hujan.
ADVERTISEMENT
Akibatnya adalah kelangkaan bahan pokok pun terjadi. Tentunya kelangkaan dapat menyebabkan harga sembako dan barang lainnya naik drastis. Padahal ramadhan adalah momen di mana permintaan akan bahan pokok meningkat.
Senyatanya Islam melarang adanya intervensi harga, artinya jika ingin menstabilkan harga di pasar maka peran pemerintah penting sekali dalam menjaga kestabilan harga. Kebijakan pemerintah lainnya bisa dengan memasok barang atau mengurangi pasokan barang ke pasar. Selain itu juga, pemerintah harus menjamin bahwa transaksi perdagangan di pasar, harus bebas dari spekulasi dan kecurangan.
Paling penting lainnya masyarakat harus meninggalkan kebiasaan buruk yang sering kita lakukan saat sedang puasa yaitu seolah balas dendam ketika berbuka. Akhirnya makan terlalu banyak, tidak bisa mengontrol diri, karena tubuh terlalu lemas dan lapar saat siang hari.
ADVERTISEMENT
Senyatanya jika perilaku berlebih-lebihan, boros dan konsumtif harus dihindari. Saat bulan ramadhan seharusnya berhemat dalam pengeluaran, terlebih pengeluaran untuk makan. Pasalnya, saat bulan ramadhan, pola makan kita hanya dilakukan saat sahur dan berbuka, namun terkadang aneka macam makanan seperti wajib dihidangkan, seperti aneka jajanan untuk takjil. Sebagaimana firman Allah :
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan".[Al-A’raf : 31]
Dan,
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. ( Al Isra ayat 27)
**Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung.
ADVERTISEMENT