Konten dari Pengguna

Sekolah Kopi dan Coffeepreneur

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
23 Juli 2020 9:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PADA tahun 2019, rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) untuk mendirikan sekolah kopi kian matang, langkah tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan dan membangkitkan kembali kejayaan kopi di Jawa Barat. Sebuah alasan penting Jabar ingin mendirikan sekolah kopi agar setiap orang bisa belajar, menanam, dan mengolah kopi. Bahkan, nantinya bisa sampai jadi barista atau petani yang hebat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat itu berencana akan ke Korea Selatan untuk mematangkan rencana tersebut karena memang ada universitas kopi dari Korea yang ingin bekerja sama membuka sekolah kopi tersebut. Rencananya, sekolah kopi akan berdiri di daerah Pangalengan. Pendirian sekolah kopi tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kopi di Jabar, upaya lainnya adalah Pemprov Jabar kembali menggelar West Java Specialty Coffee Festival setelah sukses terselenggara selama 4 tahun berturut-turut.
Sebelumnya pada tahun 2018, SMK PPN (Pertanian Pembangunan Negeri) Tanjungsari Sumedang dipercaya oleh pemerintah pusat menjadi pilot project atau percontohan sekolah yang memiliki jurusan kopi. Ini merupakan satu-satunya sekolah di Jabar bahkan di Indonesia yang pertama kali menerapkan jurusan kopi. Keberadaan SMK Kopi ini menjawab tantangan jika SMK harus relevan dengan ekonomi baru, dimana saat ini menjadi tren di seluruh dunia adalah ekonomi kopi.
ADVERTISEMENT
Dalam perdagangan internasional, Indonesia terkenal sebagai salah satu negera penghasil kopi terbaik di dunia dengan produk kopi berkualitas tinggi. Catatan sejarah, jika industri kopi terbesar di dunia lahir di Indonesia tepatnya di Jawa Barat yaitu kopi Gunung Malabar. Saat itu bibit kopi Malabar dibawa ke Belanda, kemudian disebar di daratan Amerika Latin. Negara Indonesia memiliki luas tanaman yang menghasilkan kopi terbesar kedua di dunia, akan tetapi hanya menduduki posisi terbesar keempat sebagai penghasil kopi sekaligus eksportir dibawah Kolumbia, Vietnam dan teratas Brasil (Sumber: ICO, diolah 2017).
Potensi pasar kopi untuk ekspor komoditas kopi Indonesia, khususnya Jawa Barat masih sangat berpeluang untuk ditingkatkan. Saat ini dari sekitar 600-700 ton kopi yang dihasilkan baru sekitar 50-60% kopi yang diekspor. Tidak kalah dari sisi kualitas, kopi yang dihasilkan petani tanah air sangat baik dan telah diakui di level dunia. Seperti yang diketahui, kopi asal Jabar memiliki memiliki jenis kopi yang beragam dan potensial sebagai komoditas yang menjanjikan di pasar nasional maupun internasional.
ADVERTISEMENT
Menjadi tantangan besar dalam pasar era disrupsi dengan merebaknya industri kopi di Indonesia, hal tersebut menandai babak baru bahwa peluang industri kopi menjadi ranah penting yang strategis secara ekonomis. Strategisnya, Pertama. Fakta bahwa Indonesia memproduksi kopi secara masif, dan membuat harga beli biji kopi sangat terjangkau. Dan Kedua. Para peminat kopi di Indonesia semakin meningkat seiring dengan beragam varian dan jenis kopi yang ditawarkan dari industri kopi.
Menjadi sebuah pertanyaan besar bahkan seolah resisten, ketika misalnya pemerintah menganjurkan prodi kopi dan terbaru dengan sekolah kopi. Seolah ada yang salah dengan prodi atau sekolah kopi tersebut, padahal industri kuliner di Indonesia termasuk perkopian bernilai triluyunan rupiah yang melibatkan puluhan juta masyarakat beserta ranta-rantai pasoknya (Value chain). Disarikan dari beberapa sumber misalnya saja berkaca dari negara tetangga Malaysia, beberapa Universitasnya serius dalam mengembangkan bisnis perkulineran yang dikemas dalam prodi Hosptality. Selanjutnya di Singapura, Chef-Chef mereka telah mengusai TV Channel Asian Food Channel (AFC). Sehingga sangat disayangkan dan mengherankan jika ketika memiliki industri yang bernilai triliyunan dan tidak kalah dengan industri manapun, namun tidak didukung dengan pendidikan formal yang baik.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya industri kuliner akan berkaitan dengan pariwisata, negara-negara dipelbagai belahan dunia saat ini masif dengan pariwisata kuliner. Semisal jika berkunjung ke Korea, Jepang, Malaysia atau Singapura yang menata dengan baik dan apik pariwisata kulinernya. Hal tersebut yang menjadikan potensi untuk pengembangan kembali industri kopi dengan meningkatkan produktivitasnya. Menarik dicermati, jika akhir-akhir ini cenderung bertumbuh dan berkembang secara beragam bisnis kopi disektor hilir. Industri hilir kopi dapat diusahakan menjadi usaha kecil maupun menengah, tentunya disesuaikan dengan kemampuan memulai usaha.
Awalnya industri kopi dalam bentuk kedai kopi banyak dimulai oleh para peminum kopi yang kemudian terjun menjalankan hobi tersebut menjadi sebuah usaha atau bisnis, selain untuk menambah penghasilan bahkan menjadi sumber panghasilan utama. Dalam perkembangannya, sebagaian masyarakat mengkomsusi kopi jika beberapa tahun yang lalu hanya pada warung atau kopi sederhana maka seiring perubahan zaman berkembang menjadi coffee shop modern ataupun coffee corner. Persaingan pun tidak terelakkan dan semakin ketat, bisnis coffee shop atau coffee corner berusaha menyediakan layanan produk dan fasilitas yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Tidak dinampikkan jika keberadaan kedai kopi atau kafe di Indonesia saat ini telah mengubah cara masyarakat Indonesia dalam meminum kopi dari hanya sekedar rutinitas harian dalam rumah tangga dan menjamu tamu, menjadi bisnis modern yang tumbuh pesat dan marak sekali. Sehingga meminum kopi itu tidak hanya menjadi kebiasaan untuk menguragni kantuk, namun menjadi gaya hidup (life style) bagi orang dewasa maupun anak muda baik pria maupun wanita dalam aktivitas hariannya. Hal tersebut bisa menjadi salah satu barometer bahwa perkembangan bisnis kopi di Indonesia masih sangat terbuka lebar, karena pergeseran gaya hidup yang secara ekonomis membuat nilai jual kopi menjadi lebih tinggi.
Keniscayaannya untuk menikmati secangkir kopi yang bercita rasa tinggi akan membutuhkan beberapa proses yang cukup lama, dan upaya mempertahankan kualitas kopi tersebut dimulai sejak proses pemanenan dikebun dilanjutkan proses pascapanen sampai dihasilkan biji kopi kering (green bean). Kemudian untuk mempertahankan kualitas kopi tetap prima, mulai dari penyangraian (roasting) penggilingan (grinding) sampai menjadi produk bubuk kopi yang siap dikemas dan dijual.
ADVERTISEMENT
Senyatanya menjadi tuntutan utama jika Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari sekolah kopi adalah sebagai petani, pedagang, pengekspor, roaster, barista, baperista (pembuat kopi yang baperan) atau pemilik gerai kopi. Tantangan terberat dan kunci nyata dari keberadaan sekolah kopi adalah pada outcomes-nya, di sekolah kopi ini para siswa harus sampai diberikan jaminan sampai bisa disalurkan bekerja dan terbaiknya sebagai coffeepreneur atau berwirausaha di industri kopi.
Terdapat banyak peluang usaha coffeepreneur dengan tidak harus mengeluarkan modal yang besar selain Coffee Shop modern, semisal: 1). Berbisnis Cold Brew atau kopi seduh dingin. Konsepnya membuat brand cold brew sendiri tidak perlu kafe atau kedai kopi besar, yang diperlukan adalah kepiawaian menjual melalui social media marketing dengan sangat efektif. 2) Penjual Biji Kopi. Usaha ini tidak mengeluarkan modal sama sekali, yang di butuhkan hanyalah koneksi dengan roaster, pabrik kopi dan petani kopi. 3). Kedai Kopi Manual. Membuat kedai kopi yang berkualitas dengan membuat konsep kedai kopi menggunakan alat seduh manual. 4). Coffee Truck atau Gerobak Kopi. Konsepnya menjajakan kopi dengan berkeliling dan nongkrong di pinggir jalan. Dan 5). Angkringan kopi, sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan atau dipelataran toko. Alhasil, tentunya akan terciptanya peluang usaha kopi lainnya yang bisa dilakukan dari hasil kreativitas dan inovasi para coffeepreneur lulusan sekolah kopi.
ADVERTISEMENT
Penulis:
Asep Totoh - Dosen Ma’soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666