Transformasi dan Akselerasi Inovasi Perguruan Tinggi

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
27 Februari 2021 6:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kampus Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kampus Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
FUNGSI strategis dimiliki Perguruan Tinggi dalam menggali dan mengembangkan potensi manusia untuk diasah dan berkembang menjadi individu berkualitas. Saat ini perguruan tinggi tidak hanya dalam domain sebagai penghasil kelulusan yang cerdas dan siap terjun ke dunia kerja, selain itu juga pendidikan tinggi harus mampu mencerahkan peserta didiknya memahami esensi jati diri secara religius serta mampu berperan berdasarkan akhlak terpuji di dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hal ini sebagaimana dapat dijelaskan berdasarkan substansi pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan yang dilaksanakan di perguruan tinggi menjadi usaha penyadaran bagi peserta didik secara terencana untuk mengembangkan potensi diri serta memiliki kekuatan spritual keagamaan, pendalama diri, kepribadian dan kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan diri peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara.
Saat ini Perguruan Tinggi harus memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa. Kemudian tujuan lainnnya yaitu mendorong Perguruan Tinggi harus bisa menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis penerapan nilai-nilai humaniora untuk kemudian dapat dimanfaatkan bagi kemajuan bangsa dan peradaban kesejahteraan umat manusia.
ADVERTISEMENT
Dari beberapa tujuan tersebut diharapkan mampu mendorong terwujudnya pengabdian kepada masyarakat dalam upaya memajukan kesejahateraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jelaslah jika Perguruan Tinggi merupakan pendidikan tertinggi yang memiliki tanggung jawab humanistik untuk menyiapkan manusia Indonesia memiliki potensi unggul dan kepribadian mulia yang ditopang dengan penguasaan ilmu dan teknologi.
Namun, keberlangsungan dan ketahanan Perguruan Tinggi dalam diskursus tema-tema revolusi industri mengalami guncangan dan gangguan ketika mulai merebaknya wabah Corona Virus Disease (COVID-19). Revolusi industri 4.0 dengan seluruh disrupsinya diuji secara mengejutkan oleh COVID-19, salah satunya melalui pembelajaran daring terkoneksi internet yang dilakukan oleh seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia.
Ilustrasi Kepala LL DIKTI Wil IV dan Pengelola Perguruan Tinggi, Foto Universitas Ma'soem Doc
Secara tiba-tiba, lebih dari 4.000 institusi pendidikan tinggi di Indonesia berpindah ke metode pembelajaran daring. Tercatat pula lebih dari 7 juta mahasiswa dan 300.000 dosen saat ini sudah mengadakan kelas daring.
ADVERTISEMENT
Kondisi lainnya, banyak industri melakukan PHK terhadap pekerja dan banyak yang operasi industrinya berhenti total. Keputusan pemerintah dalam memutus rantai penyebaran virus menyebabkan aktivitas semua kampus maupun industri banyak yang ditutup selama pandemi.
Artinya arus perubahan revolusi 4.0 dengan COVID-19 menjadi suatu siklus dengan dinamika kompleks yang memberikan dampak terhadap semua sektor kehidupan, khususnya pengelolaan pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia.
Selanjutnya reanalisis bisa dilakukan oleh para akademis dan peneliti usai pandemi Covid-19, apakah sistem Perguruan Tinggi di Indonesia berhasil atau tidak memasuki era revolusi 4.0 selama masa pandemi?
Alhasil, keniscayaannya jika Perguruan Tinggi era revolusi Industri 4.0 dan Pandemi Covid-19 harus:
ADVERTISEMENT
Genap setahun Perguruan Tinggi di tengah pademi COVID-19 telah menunjukkan beberapa perubahan dan dinamika positif, misalnya ruang akademik virtual bagi dosen dan mahasiswa beraktualisasi melalui learning management system (LMS), webinar dan diskusi via instagram serta mobilitas peningkatan literasi digital secara masif di tengah pandemi COVID-19.
Tantangan dan kendala lain ditemukan jika sistem pembelajaran daring berbasis digital yang diandalkan memiliki kelemahan akses jaringan belum memadai, selanjutnya konsep besar Cyber University yang diharapkan menawarkan pembelajaran daring dengan sistem distance learning bagi mahasiswa di pelosok-pelosok masih jauh dari kenyataan. Kemudian kelemahan lainnya datang dari segi budaya dan literasi digital dosen maupun mahasiswa.
Selain tantangan tersebut, ada tantangan lain yaitu 21st century skills for students yang mana kita harus siap dan menyiapkan berbagai macam keterampilan untuk para mahasiswa. Sehingga para sarjana di masa depan akan bersaing dengan baik secara nasional juga global.
ADVERTISEMENT
**Asep Totoh-Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi.Kab.Bandung.