Uji Coba Sekolah Tatap Muka

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
28 Maret 2021 6:20 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah siswa mengenakan masker dan menrapkan jaga jarak soial (social distancing) mengikuti kegiatan belajar tatap muka di Bekasi, Rabu (24/3).  Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah siswa mengenakan masker dan menrapkan jaga jarak soial (social distancing) mengikuti kegiatan belajar tatap muka di Bekasi, Rabu (24/3). Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
PANDEMI covid-19, mendisrupsi berbagai aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan yang dipaksa serentak secara nasional melakukan pembelajaran dengan cara daring, tujuannya menghindari penyebaran virus jika pendidikan dilakukan tatap muka (luring).
ADVERTISEMENT
Kegiatan belajar mengajar lebih banyak disampaikan virtual berbasis aplikasi melalui bantuan internet. Pembelajaran belajar jarak jauh (PJJ) memang bisa lakukan di mana saja, murid dan guru tidak perlu ke sekolah.
Akan tetapi, seperti diketahui setelah hasil evaluasi sekolah daring menunjukkan adanya penurunan kualitas pembelajaran. Daya tangkap siswa terhadap pelajaran yang diberikan oleh pengajar tidak mampu diserap dengan optimal.
Pola pendidikan daring diduga menyebabkan penyerapan pengetahuan oleh siswa menurun. Selain jam belajar yang umumnya berkurang, penyampaian materi yang tidak leluasa, kesulitan untuk bertanya ataupun konsultasi dengan guru, serta gangguan kelancaran internet.
Terlebih ada beberapa mata pelajaran khusus yang memang membutuhkan pembelajaran secara tatap muka, utamanya adalah pelajaran yang lebih sering dilaksanakan dengan praktikum. Khususnya pelajaran tertentu seperti matematika, kimia, dan fisika atau pelajaran lain yang kompetensi dasarnya yang menyangkut praktikum.
ADVERTISEMENT
Seperti Sekolah Menengah Kejuruan misalnya, yang mengajarkan beberapa keterampilan dan harus memegang alat dengan pembelajaran berbasis produk dan projek. Tidak menampik dan harus diakui jika ketergantungan pada pendidikan di sekolah ternyata telah menyebabkan kemampuan kompetensi belajar siswa di era pandemi covid-19 menurun pesat sebagai imbasnya.
Pemerintah telah menargetkan pembelajaran tatap muka bisa kembali terlaksana mulai Juli 2021. Pasca prioritas vaksinasi kepada guru dan tenaga pendidik, persiapan dan uji coba harus segera dipersiapkan secepatnya.
Menjadi pertanyaan nya Apakah prokes bisa diterapkan sekolah atau proses tatap muka (bisa terlaksana) atau bisa dipastikan?
Bukan tanpa alasan jika berbagai persiapan dilakukan, hal ini guna memastikan semua protokol kesehatan (prokes) yang diperlukan para pendidik, tenaga pendidikan,siswa dan warga sekolah lainnya nantinya sudah berjalan baik dan bisa digunakan sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT
Mengutip Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA) yang menyebutkan jika rencana pembukaan sekolah sepatutnya memenuhi “5 Siap”. Yakni, siap daerahnya, siap sekolah dan gurunya, siap sarana-prasarana pendukungnya, siap orang tuanya, dan siap peserta didiknya. Kemen-PPPA juga menegaskan pentingnya pengawasan rutin dan perinci atas slogan 5 Siap untuk rencana Pembelajaran Tatap Muka.
Uji coba sistem pembelajaran kombinasi luring dan daring di masa pandemi Covid-19 pun harus dilakukan, sebab uji coba ini menjadi bentuk persiapan pembelajaran tatap muka untuk sekolah tersebut.
Bentuk uji coba bisa dilakukan selama beberapa hari dan dengan kegiatan tersebut bisa menggambarkan aktivitas di sekolah secara detail. Misalnya, ketika siswa datang dan kepulangan, keluar dari kelas maupun ke kamar mandi, kemudian ketika mereka istirahat di kelas, atau pola interaksi dengan teman-temannya.
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Sekolah Tatap Muka, Foto; Pixabay
Jika kegiatan belajar ingin segera tatap muka maka yang penting untuk dilakukan oleh pemerintah, pihak sekolah, guru, orang tua, siswa dan masyarakat adalah memastikan tidak ada risiko penularan dan tertular virus COVID-19.
Kepatuhan dan disiplin 5M adalah keniscayaan wajib dilaksanakan oleh semua pihak untuk memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilisasi, dan mencuci tangan dengan sabun atau hand-sanitizer setiap bersentuhan dengan orang lain atau benda-benda publik, akan memberikan jaminan dan bisa mencegah kita dari kemungkinan tertular.
**Asep Totoh-Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung