news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wirausaha Digital Milenial

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2020 5:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
KEBERADAAN dan jumlah wirausaha di suatu nengara menjadi penting adanya, karena jumlah wirausaha selalu dijadikan sebagai indikator tingkat kemajuan negara. Menjadi acuan, minimalnya harus minimal 2 persen dari jumlah penduduk adalah berprofesi sebagai wirausaha.
ADVERTISEMENT
Indonesia saat ini memiliki jumlah penduduk sekitar 268 jutaan jiwa, maka kurang lebih harus memiliki 5,3 juta orang wirausaha. Jika dibandingkan dengan negara di Asia, Indonesia masih jauh daripada malaysia dengan presentase lima persen, singapura tujuh persen, thailan empat persen, dan vietnam sekitar tiga persen. Apalagi dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika dan Jepang yang masyarakatnya sebagai wirausaha sudah diatas sepuluh persen.
Negara Indonesia sangat berpotensi dalam menumbuhkan dan mengembangkan wirausahawan baru, Berdasarkan data statitik bawha pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan memiliki penduduk berusia produkti sebanak 60 persen, dengan 30 persen-nya merupakan penduduk muda dengan potensi menjadi seorang wirausaha. Gaya hidup digital yang berkembang dewasa ini sangat mendorong berkembangnya stratup dan membrikan kemudahan untuk akses pasar produk Usaha Mikro, kecil dan Menengah (UMKM).
ADVERTISEMENT
Senyatanya visi negara Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai negara digital ekonomi terbesar di Asia Tenggara di tahun 2020 menjadi acuannya, dengan tak terduga juga diganggu secara global oleh pendemi covid19. Pemerintah sudah melakukan satu fokus-nya yaitu penguatan pelaku usaha lokal dimana meliputi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah/UMKM dan Startup lokal. Dan maka pemerintah terus melakukan intervensi guna memberikan kepastian serta perlindungan hukum tanpa mematikan inovasi, serta diperlukannya gerakan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Di masa mendatang, bisnis belanja online diprediksi terus tumbuh subur di Indoneisa hingga beberapa tahun mendatang. Riset Bain & Company dan Facebook 2020 menyebutkan, sektor belanja online di Indonesia diprediksi tumbuh 3,7 kali lipat menjadi US$ 48,3 miliar di 2025 dibanding US$13,1 miliar pada 2017. Perusahaan riset mengungkapkan terdapat sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan belanja online. Pertama, kemampuan daya beli masyarakat semakin meningkat, terutama di kelas menengah. Riset tersebut mencatat konsumen digital di Indonesia tumbuh dari 64 juta atau sekitar 34% dari total populasi 2017 menjadi 102 juta atau 53% terhadap total populasi 2018. Faktor kedua, penggunaan akses internet yang juga terus bertumbuh beberapa tahun terakhir. Saat ini, akses pengguna internet sudah sekitar 70% di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Riset perusahaan mencatat, dari 2015 hingga 2017 jumlah pengguna akses internet rata-rata naik 19% per tahun. Adapun sekitar 279 juta orang yang mengakses internet tiap harinya. Selanjutnya, faktor Ketiga penetrasi belanja online tak hanya menyasar di kota-kota besar, tetapi juga di kota kecil. Penggunaan pembayaran digital, dinilai ikut mempermudah masyarakat dalam berbelanja online. Riset itu memprediksi, penggunaan pembayaran digital bakal mencapai US$ 30 miliar pada 2020 di Asia Tenggara. Dalam 5 tahun terakhir konsumen digital di wilayah ini, terutama di Indonesia semakin marak membeli aneka barang mulai dari pakaian, handphone, aksesoris, tiket, musik, hingga gim digital (Katadata.co.id).
Saat ini terlebih ketika pandemi covid19 mengguncang dunia diberbagai bidang, senyatanya tidak ada organisasi yang mampu mengingkari kekuartan teknologi di dunia modern. Sistem teknologi informasi saat ini dapat membantu suatu bisnis untuk menjadi lebih responsif, efisien, dan fleksibel dalam wujud perubahan yang cepat dan berkelanjutan. Pemanfaatan teknologi informasi yang tepat akan membuat suatu perusahaan mempercepat proses dan fokus pada inti keahlian dan kemampuan yang membedakannya dari pesaingnya di pasaran.
ADVERTISEMENT
Kegagalan merangkul kesempatan yang ditawarkan teknologi informasi dapat menyebabkan kegagalan bisnis. Menggunakan kekuatan dari sistem teknologi informasi modern untuk mengambil manfaat terbaiknya merupakan keahlian strategis yang telah menjadi persyaratan penting jika suatu organisasi tetap ingin mengungguli pesaing-pesaingnya. Teknologi informasi memenuhi banyak fungsi dalam suatu organisasi termasuk proses otomatis dan manajemen sistem; tetapi bagi para manajer, peran kuncinya adalah untuk memberdayakan teknologi. Manajer harus memilih dan menggunakan sistem teknolohi informasi untuk berkomunikasi dengan lebih efisien untuk menyederhanakan proses bisnis.
Wirausaha Digital Milenial Foto Shutterstock
Munculnya kewirausahaan teknologi digital telah memberikan dampak yang luar biasa di dunia. Usaha digital yang dibangun melalui jejaring internet seperti Google, Facebook, atau Microsoft telah mampu mengubah dunia serta telah membentuk pola komunikasi tanpa sekat geografis. Digitalisasi juga berdampak terhadap pengembangan wirausaha baru, potensi pengembangan usaha baru meningkat karena adanya peluang digitalisasi cabang usaha maupun mengubah usaha dari offline menjadi online.
ADVERTISEMENT
Wirausaha digital adalah fenomena yang muncul melalui perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Guthrie (2014) menyatakan usaha digital adalah penjualan produk atau jasa melalui jejaring elektronik. Ekonomi digital membuka peluang bagi para wirausaha untuk menciptakan area bisnis yang berbeda melalui model perdagangan elektronik (Turban et al., 2008). Wirausaha digital juga telah menarik minta usaha para pebisnis milenal khususnya di perguruan tinggi (Farani et al.,2017). Namun potensi wirausaha digital dari pebisnis milenial tentunya perlu dikembangkan dari berbagai pihak. Pihak yang berperan besar adalah pemerintah, perguruan tinggi dan industri. Triple Helix inilah sebagai organisasi yang paling kondusif dalam mengembangkan inovasi.
Wirausaha digital menurut Sussan and Acs (2017) agen yang melakukan kegiatan komersial atau sosial baik pemerintah maupun industriyang menggunakan teknologi digital. Menariknya terdapat peluang pebisnis milenial di perguruan tinggi memiliki semua ciri-ciri sebagai wirausah digital, dan mereka harus didorong untuk mengembangkan usaha digital secara inovatif baik secara produk, distribusi maupun tempat kerja yang berbasis internet untuk mencari pangsa tertentu dan peluang pasar.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pengembangan usaha digital harus dilakukan baik oleh pemerintah, perguruan tinggi dan industry melalui pusat pengembangan usaha atau disebut dengan inkubator bisnis. Selanjutnya untuk proses pengembangan wirausaha digital diawali dari tahap usaha pemula (start-up) yang mengembangkan ide awal untuk mendapatkan hasil dari kerja kerasnya. Terdapat tiga tahap dalam pengembangan usaha digital yaitu tahap pengembangan ide, kemudian pengembangan usaha pemula selanjutnya manajemen usaha.
Bersama pemerintah dan industri, perguruan tinggi memiliki peran sangat besar dalam mengembangkan teknologi, termasuk dalam hal pembaharuan industri. Perguruan Tinggi pun harus berperan dalam hal pendidikan kewirausahaan, riseat dan pengembangan inovasi. Tantangannya adalah bagaimana Pendidikan kewirausahaan digital harus menjadi topik hangat dan harus selalu diupayakan terus menerus dengan berbiaya rendah.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, penelitian melalui laboratorium perguriuan tinggi merupakan potensi pengembangan wirausaha digital pemula. Hasil penelitian menemukan semakin besar pengetahuan kewirausahaan mahasiswa, maka akan meningkatkan niat berwirausaha digital. Hal lainnya adalah, Perguruan Tinggi harus meminimalisasi kelemahannya seperti dalam hal penyebaran pengetahuan karena kurangnya sumberdaya yang memadai, kurangnya kolaborasi perguruan tinggi dan industri dalam memecahkan masalah teknologi industri.
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University