Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Fenomena Mentalitas: Tak Mau Mengakui Kesalahan dalam Menyalahgunakan Peraturan
30 Desember 2024 14:15 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ashirothu Afa Waashila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mentalitas adalah salah satu tantangan terbesar yang sering dihadapi oleh seseorang terutama dalam penerapan peraturan,mentalitas diberbagai Negara sering terjadi seperti tindak kriminalitas,penyalahan kekuasaan,dan lain-lain. Seperti halnya dinegara Indonesia terutama ketika masyarakat menyalahgunakan aturan yang ada. Fenomena ini bukan hanya terjadi di level individu, tetapi juga dapat terlihat pada kelompok-kelompok tertentu yang sering berusaha menghindari tanggung jawab. Hal ini berakar dari budaya yang lebih mengutamakan citra dan kehormatan, sehingga banyak yang takut dianggap lemah atau kurang berkompeten jika harus mengakui kesalahan.
ADVERTISEMENT
Mentalitas seperti ini dapat memperburuk situasi karena tidak adanya rasa tanggung jawab yang jelas terhadap konsekuensi dari penyalahgunaan peraturan. Ketika kesalahan tidak diakui, penyelesaian masalah menjadi terhambat, dan peraturan yang dirancang untuk menciptakan keadilan malah tidak dapat diterapkan dengan efektif. Ini juga memperburuk kepercayaan publik terhadap sistem hukum dan tata kelola pemerintahan.
Penting untuk mulai mengubah pola pikir ini dengan memupuk budaya yang lebih terbuka terhadap akuntabilitas. Pendidikan tentang pentingnya integritas dan kejujuran harus dimulai dari sejak dini dan diintegrasikan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, baik di sekolah, tempat kerja, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pemerintah dan lembaga terkait perlu memberikan contoh nyata dengan menegakkan hukum secara adil dan transparan, tanpa pandang bulu.
ADVERTISEMENT
Mengakui kesalahan bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah pertama untuk perbaikan dan kemajuan. Jika mentalitas ini dapat diubah, bukan hanya kualitas penerapan peraturan yang akan membaik, tetapi juga budaya masyarakat yang lebih bertanggung jawab dan dewasa dalam menghadapi perubahan.
Contoh nyata dari penyalahgunaan peraturan ini dapat dilihat ketika seseorang yang terkena tilang memilih untuk pura-pura kesurupan atau mengada-ada alasan lain untuk menghindari sanksi. Dalam situasi seperti ini, alih-alih menerima kesalahan dan menjalani konsekuensi yang ada, individu tersebut justru lebih memilih untuk memanipulasi keadaan agar terbebas dari hukuman. Sikap seperti ini tidak hanya merugikan sistem hukum, tetapi juga menciptakan ketidakadilan, karena orang yang berusaha menghindari tanggung jawab mengesampingkan mereka yang patuh dan mengikuti aturan dengan benar. Fenomena ini menggambarkan betapa pentingnya perubahan mentalitas dalam masyarakat agar aturan dapat diterapkan secara adil dan merata.
ADVERTISEMENT