Lantunan Doa Untuk Tumbuh di tengah Gempuran Kehidupan

Atika Juniati
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
16 Januari 2024 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atika Juniati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wawak adalah nama panggilannya saat di tengah riuhnya keadaan pasar tradisional Bumiayu. Terkadang, bukan hal yang asing ketika seorang ibu paruhbaya masih mempunyai semangat yang membara untuk mendapatkan segenggam rezeki. Bukan menjadi kewajiban pula yang mengharuskan ia berniaga. Melainkan, mereka hanya bosan dengan keadaan dan menginginkan suasana diluaran yang ramai.
ADVERTISEMENT
Ibu supriyati adalah nama asli. Walaupun belum pernah singgah di Madinah, selain wawak terkadang ia kerap dipanggil ibu haji. Senyumnya yang menawan dibawah kerutan wajah, dia tak pernah menunjukkan rasa lelah maupun amarah. Pelajaran hidupnya dijadikan pengalaman serta contoh untuk anak-anaknya. Sekarang ia menginjak usia 65 tahun dan sudah mempunyai predikat lanjut usia.
Banyak yang mengira sosok ibu supriyati ini adalah wanita yang lemah ketika tidak mempunyai seorang tulang punggung yang menafkahinya. Padahal, dugaan itu salah. Ia tetap tangguh di tengah gempuran keadaan yang menghimpitnya. Anaknya selalu menjadi penyemangat dan berdagang adalah hobinya. Tentu saja, ia tidak pernah mengeluh akan sulitnya kehidupan. Karena ia mempunyai dua gadis dan satu jaka. Bukan hanya itu, rumahnya selalu ramai oleh suara tangisan cucu-cucunya.
ADVERTISEMENT
“Apapun keadaan yang saat ini saya alami, saya akan terus bersyukur.”
Kutipan inilah salah satu motivasi dari ibu Supriyati untuk anak-cucunya. Ia selalu bersyukur dalam semua bait pelajaran yang dikasih oleh Tuhan Yang Maha Esa. Memang, obat dari segala luka hanyalah ibadah.
Banyak orang yang kagum akan perjuangannya untuk membesarkan anaknya tanpa dukungan siapapun. Doa yang selalu ia panjatkan, menjadi dukungan kuat dari Tuhan. Sesekali ia menangis untuk melantunkan disetiap ibadahnya. Tak sedikit pula, orang iri akan kekuatan mentalnya yang begitu kuat mengahadapi semua cobaan kehidupannya.
“Saat lelah dan pikiran buntu, saya selalu ibadah disepertiga malam. Tujuannya hanya satu yaitu meminta pertolongan dan diberikan hati yang tenang.” Ucap ibu Supriyati.
ADVERTISEMENT
Julukan “single mom” tidak membuatnya ia patah dalam menumbuhkan anak yang tangguh. Hadiah yang selalu ia berikan berlipat-lipat ganda melalui doa yang dipanjatkan. Ia tidak pernah letih saat menjadi preman saat di pasar. Walaupun cacian dan makian sering ia dapatkan saat menagih uang dagangannya, tetapi ia tidak pernah putus asa untuk menjualnya kembali untuk orang-orang. Bukan hanya itu, pengalaman yang sangat panjang dan menumpuk menjadi sebuah inspirasi untuk anak-cucunya hingga orang banyak agar tetap tabah dan tegar dalam menghadapi semua cobaan yang menghadang.