Diplomasi Kopi Indonesia di Negeri Pencinta Teh

Atu Yudhistira Indarto
Peserta Sesdilu 63.
Konten dari Pengguna
31 Maret 2019 23:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Atu Yudhistira Indarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kopi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kopi (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Masyarakat Inggris selama ini dikenal sebagai peminum teh. Istilah afternoon tea yang berupa ritual minum secangkir teh di sore hari ditemani kue scone pun bermula di Inggris. Bahkan, terdapat satu jenis teh yang dinamai dari Inggris, yaitu English Breakfast Tea.
ADVERTISEMENT
Namun belakangan ini, masyarakat Inggris, terutama kaum mudanya, sudah mulai memiliki kebiasaan baru, yaitu minum kopi. Berdasarkan data UK Department for Environment, Food, and Rural Affairs (DEFRA) Inggris, terdapat penurunan konsumsi teh dari sekitar 68 gram per minggu pada 1974 menjadi 25 gram per minggu pada 2014.
Di sisi lain, konsumsi kopi justru meningkat tiga kali lipat sejak 1970. Hal ini juga ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah kedai kopi di Inggris yang mencapai lebih dari 20 ribu. Selain itu, penjualan dari tiga jaringan kedai kopi di Inggris, yaitu Costa Coffee, Starbucks, dan Caffe Nero, memiliki 53% share penjualan secara internasional.
ADVERTISEMENT
Pasar Kopi Inggris
Perubahan budaya minum teh ke minum kopi ini mendorong tumbuhnya pasar kopi di Inggris. Saat ini Inggris merupakan pasar kopi terbesar kelima di Eropa. Pada 2015, masyarakat Inggris tercatat mengkonsumsi 216 ribu ton kopi atau sekitar 9% dari total konsumsi green coffee di Eropa.
Pada 2017, kontribusi Gross Value-Added dari industri kopi di Inggris diperkirakan mencapai 9,1 miliar Poundsterling. Industri kopi juga telah membuka lapangan pekerjaan sebanyak 210 ribu. Pertumbuhan pasar kopi Inggris mencapai 10% setiap tahunnya.
Terkait dengan pola minum kopi, mayoritas masyarakat Inggris masih mengonsumsi kopi instan di rumah masing-masing. Diperkirakan sekitar 7% dari konsumen Inggris memiliki mesin pembuat kopi di rumah, seperti V60, aeropress dan chemex.
Salah satu kedai kopi jaringan Costa Coffee, di Inggris (Foto: Adrianna Calvo/Pexels)
Walau demikian, jumlah penikmat kopi specialty di kedai kopi juga semakin meningkat. Berdasarkan laporan yang disusun Allegra World Coffee Portal, diperkirakan sebanyak 2,2 miliar gelas kopi dikonsumsi setiap tahun di kedai kopi di Inggris. Allegra memperkirakan jumlah kedai kopi di Inggris akan melebihi 30 ribu dan bernilai lebih dari 15 miliar Poundsterling pada 2025.
ADVERTISEMENT
Konsumen kopi Inggris, baik yang mengkonsumsi kopi di rumah maupun di kedai kopi, dapat dibagi ke dalam 3 segmen, yaitu upper-end, middle-range, dan lower-end. Harga jual kopi per kilogram untuk masing-masing segmen berkisar di harga 226 Euro untuk upper-end, 18 Euro untuk middle-range, dan 12,60 Euro untuk lower-end.
Upaya Menembus Pasar Kopi Inggris
Besarnya pertumbuhan pasar kopi di Inggris membuat banyak negara produsen kopi di dunia melirik Inggris sebagai destinasi ekspor. Dominasi ekspor kopi ke Inggris masih dikuasai oleh negara produsen asal Amerika Latin dan Asia. Secara konstan, pada periode 2012-2016, tiga produsen kopi teratas di Inggris adalah Brazil (19%), Viet Nam (18%), dan Indonesia (16%).
Data Impor Kopi Inggris dari Negara Asal pada Periode 2012-2016 (sumber: https://www.cbi.eu/market-information/coffee/uk)
Selain untuk memasuki pasar Inggris, faktor lain yang mendorong ekspor kopi ke Inggris adalah re-export ke negara-negara lain di Eropa. Pada 2016, jumlah biji kopi yang diekspor kembali ke Kawasan Eropa sebesar 15 ribu ton atau sekitar 2,3% dari total re-export di Eropa.
ADVERTISEMENT
Tiga negara utama re-export kopi Inggris adalah Irlandia (32%), Jerman (4,8%), dan Perancis (3,8%). Di luar Kawasan Eropa, re-export terbesar kopi Inggris dikirim ke Amerika Serikat, mencapai 30% dari total re-export pada 2016.
Indonesia secara berkala melakukan berbagai upaya untuk menembus pasar kopi Inggris. Pada November 2018, Indonesia menggelar acara Indonesia Coffee Day di London. Acara tersebut menghadirkan 10 pelaku industri kopi dan dikemas dalam format coffee cupping, diskusi, dan business matching.
Duta Besar RI untuk Inggris, Dr. Rizal Sukma, menggarisbawahi potensi transaksi perdagangan kopi antara Indonesia dan Inggris. “Sebagai produsen kopi terbesar keempat, diharapkan bahwa dari pameran tunggal kopi Indonesia yang pertama di Inggris ini akan makin banyak ekspor kopi Indonesia hadir di Inggris,” jelas Rizal.
ADVERTISEMENT
Industri kopi dari Indonesia yang hadir dalam acara Indonesia Coffee Day tersebut di antaranya Kopi Pagalaram, Gayo Mandiri, Malabar, Bali Arabica, Dialog Coffee, Kopi Sarongge, Work Coffee Indonesia, Ngopi Yuk, dan Petimera.
Jenis kopi yang dibawa meliputi kopi dari Aceh, Bali, Jawa Barat, Sumatera, dan Flores. Seluruh jenis kopi tersebut dikenalkan dalam sesi coffee cupping yang dibawakan oleh Syafrudin dari Specialty Coffee Association Indonesia.
Pelaksanaan coffee cupping di acara Indonesia Coffee Day di London, November 2018 (Foto: Dok. KBRI London)
Secara khusus, Work Coffee Indonesia membawa lima jenis specialty coffee yaitu kopi Solok Radjo, kopi Garut Kasuga, kopi Flores Bhajawa, kopi Bandung Naganingrum, dan kopi Gayo Pantan Musara.
"Kami serius ingin memperkenalkan biji kopi specialty dari Indonesia, demi memperbesar pasar dan memberi nilai tambah bagi produsen dan petani kopi Indonesia," ujar Prima dari Work Coffee Indonesia.
ADVERTISEMENT
Jika dilihat trennya, ekspor kopi Indonesia ke Inggris terus mengalami peningkatan dan mengambil pangsa pasar yang sebelumnya dikuasai Brazil dan Viet Nam. Pada 2016, persentase share pasar kopi ketiga negara semakin mendekat. Saat itu, Indonesia mengekspor sekitar 18 ribu ton kopi ke Inggris.
Selain upaya promosi, berbagai langkah kerja sama pelaku industri kopi Inggris dengan petani kopi Indonesia untuk memastikan mereka memenuhi standar pasar Eropa juga sangat membantu. Salah satu contohnya adalah upaya Fairtrade dalam membantu sertifikasi kopi Indonesia.
Anna Pierides, Coffee Supply Chain Manager Fairtrade, menyatakan, “Yang menarik dari kopi Fairtrade adalah bahwa hampir seluruh produksi kopi Fairtrade adalah organik, dan bahwa keikutsertaan petani Indonesia dalam Fairtrade telah menghasilkan premium senilai USD 4,8 juta.”
ADVERTISEMENT
Pada akhir Maret 2019, upaya diplomasi kopi Indonesia akan ditambah melalui keikutsertaan Indonesia pada the London Coffee Festival 2019 yang diselenggarakan di London, Inggris. Secara unik, kehadiran Indonesia juga disertai Barista Nathanael Charis yang akan mengikuti kompetisi Coffee Master.
The London Coffee Festval merupakan event tahunan yang mempertemukan sekitar 30 ribu buyers dari industri kopi di Eropa dan dunia. Partisipasi Indonesia dalam festival tersebut diharapkan dapat membantu peningkatan nilai ekspor kopi Indonesia ke Inggris.
Flyer informasi partisipasi Indonesia pada The London Coffee Festival 2019 (Sumber: KBRI London)