Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Indonesia dan Diplomasi Golf
24 Februari 2019 8:28 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
Tulisan dari Atu Yudhistira Indarto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Olahraga golf erat kaitannya dengan bisnis. Golf sering dijadikan sarana pebisnis untuk membicarakan kesepakatan usaha. Golf juga acapkali distigmakan sebagai olahraga mewah.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, tidak banyak yang mengetahui jika golf juga digunakan dalam diplomasi dan memberikan kontribusi bagi masyakat. Sejumlah negara telah merasakan manfaatnya, termasuk Indonesia.
Diplomasi Golf
Penggunaan golf di ranah diplomasi kerap dibingkai dalam istilah Diplomasi Golf (Golf Diplomacy). Walau golf telah digunakan sejak lama dalam diplomasi, istilah Diplomasi Golf baru kembali ramai dibicarakan di masa kepemimpinan Presiden AS saat ini.
Presiden Donald Trump adalah pemilik 17 lapangan golf dan memiliki handicap terbaik (2.4) dari 19 Presiden AS terakhir yang bermain golf.
Banyak kegiatan pertemuan Presiden Trump dengan kepala negara menggunakan medium golf. Salah satunya pertemuan Presiden Trump dengan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe.
Pada bulan November 2016, PM Abe menghadiahkan stik golf emas (driver) seharga USD 3,700 kepada Presiden Trump.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Presiden Trump dan PM Abe tercatat sedikitnya tiga kali bermain golf di sela-sela pertemuan bilateral baik di AS maupun di Jepang pada bulan Februari dan November 2017, serta April 2018.
Dari pertemuan keduanya, PM Abe telah mendapatkan jaminan dari AS untuk memenuhi perjanjian terkait keamanan negaranya dan membuka peluang pembahasan perjanjian perdagangan bebas.
Manfaat Diplomasi Golf bagi Indonesia
Hasil yang diraih Jepang merupakan salah satu contoh manfaat Diplomasi Golf. Indonesia, sebagai salah satu negara yang melakukan Diplomasi Golf, juga telah merasakan sedikitnya tiga manfaat.
Pertama, Diplomasi Golf telah memfasilitasi networking dan pendekatan diplomat Indonesia kepada pengusaha asing untuk berbisnis dan berinvestasi di Indonesia.
Pendekatan melalui golf dipandang efektif mengingat mayoritas pengusaha asing bermain golf dan membahas bisnisnya di lapangan golf.
ADVERTISEMENT
Dalam artikel blog Sekolah Bisnis Whitman di Syracuse University disebutkan 90% dari CEO perusahaan Fortune 500 bermain golf.
Adapun survei Guideline Research & Consulting Inc, kepada 401 pebisnis menemukan 45% klien memutuskan untuk berbisnis jika bermain golf bersama dan 43% pebisnis mendapatkan deal bisnis besar di lapangan golf.
Satu contoh penerapan pendekatan ini dilakukan oleh diplomat Indonesia yang bertugas di KBRI London kepada pengusaha di Inggris, Synghys Khuzlanov, Direktur Utama Berlanga Ltd, yang bergerak di bidang energi.
Melalui permainan golf, diplomat tersebut mendorong Khuzlanov untuk melebarkan sayap usahanya ke Indonesia. Hasilnya, pengusaha tersebut memutuskan untuk membuka bidang usaha baru di Bandung dan Surabaya.
Manfaat Diplomasi Golf yang kedua dirasakan di arena perundingan di tingkat ASEAN. Tensi tinggi dan kebuntuan perundingan pada pembahasan isu ‘sensitif’ kerap terjadi di pertemuan ASEAN, baik di tingkat kepala negara/pemerintahan maupun menteri.
Para diplomat ASEAN, termasuk Indonesia, sering menggunakan wahana golf untuk menurunkan tensi tinggi dan memecah kebuntuan tersebut.
ADVERTISEMENT
Seperti saat terjadi sengketa Kuil Preah Vihear di perbatasan Thailand dan Kamboja, Menteri Pertahanan dan delegasi kedua negara bermain golf di Siam Reap Thailand sebelum memulai perundingan.
Menurut Edith Terry, akademisi dari the Hong Kong University of Science and Technology Business School, diplomat negara anggota ASEAN sering mendiskusikan isu-isu besar melalui golf.
Dia memaparkan bahwa setelah pertemuan para diplomat melanjutkan pembahasan isu di lapangan golf dan mendapatkan hasil produktif.
Manfaat Diplomasi Golf yang ketiga dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia melalui kegiatan Jakarta Ambassador Golf Association (JAGA). Ali Alatas, Menteri Luar Negeri Indonesia periode 1988-1999, membentuk JAGA sebagai medium pendekatan kepada duta besar negara-negara asing di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sejak tahun 2015, aktivitas JAGA, yang saat ini diketuai Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) RI, A.M. Fachir, dikembangkan untuk mendorong negara-negara melalui duta besarnya di Jakarta berkontribusi dalam bantuan kemanusiaan.
Bentuk kontribusi JAGA baru-baru ini terwujud dalam pembangunan Jembatan Diplomasi di Garut. Jembatan yang diresmikan oleh Menteri Luar Negeri RI , Retno Marsudi, pada bulan Juli 2018 membantu masyarakat di desa Cibunar dan Mangkurakyat untuk menyeberang dalam waktu 30 menit dari yang sebelumnya 2 jam.
Selain jembatan diplomasi, saat ini JAGA tengah merancang dua bentuk kontribusi lainnya, yaitu pembangunan masjid yang rusak saat bencana gempa bumi di Lombok dan instalasi air bersih di Desa Napan, Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, JAGA telah memberikan bantuan kepada korban gempa bumi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Ketiga manfaat Diplomasi Golf menggambarkan luasnya medium yang digunakan dalam diplomasi, baik bilateral maupun regional.
Diplomasi Golf juga telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan golf tidak hanya seperti yang distigmakan sebagai olahraga mewah, namun dapat berkontribusi positif dalam diplomasi.