Konten dari Pengguna

Transendentalis yang Menolak untuk Menjadi Seorang Hipokrit

Aurelia Salsabilla
Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Andalas
25 Oktober 2023 19:25 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aurelia Salsabilla tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat ini, kita mendapati banyaknya manusia yang kian hari, kian banyak yang mengeluh perihal dengan kehidupannya yang membosankan dan monoton. Mereka mengaku jenuh akan pekerjaan dan keseharian mereka yang sama dan terus berulang seperti siklus. Banyak di antara mereka yang mengatakan ingin bebas dan mewujudkan mimpi-mimpinya.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, mimpi mereka beragam ada yang ingin menjadi kaya raya, berkelana atau hanya sekadar ingin bersantai di bilik kamarnya sambil menonton film favoritnya. Banyak yang jenuh dengan ketetapan dan aturan-aturan baku yang ada dalam sistem masyarakat modern saat ini.
Bisa terlihat dari aturan-aturan yang tidak lagi asing di telinga orang Indonesia. Seperti perlakukan aturan sekolah 12 tahun, mulai dari SD, SMP sampai dengan SMA. Dan jikalau memiliki kemampuan lebih untuk dapat melanjutkan studinya, maka disarankan untuk melanjutkan nya ke tingkat perguruan tinggi. Mereka yang tak dapat menyelesaikan studinya selama 12 tahun itu atau bahkan tak dapat melanjutkan studinya ke jenjang perguruan tinggi seperti didogma tak akan bisa menjadi seseorang yang sukses layaknya mereka yang bisa melanjutkan studinya.
ADVERTISEMENT
Atau juga bisa dilihat dari kelompok minoritas yang mulai bermunculan di Indonesia. Seperti kelompok yang memegang teguh prinsip “Child free”. Di Indonesia gerakan semacam ini terbilang cukup sensitif dan tabu untuk dilakukan, dan jikalau ada yang berani untuk melakukannya secara terang-terangan maka orang tersebut dipastikan menjadi bulan-bulanan caci maki dari masyarakat bahkan termaksud oleh anggota keluarga terdekat mereka. Seakan-akan sistem dalam masyarakat modern saat ini mencetak manusia-manusia menjadi sesuatu yang sama, sesuai dengan standar yang berlaku di masyarakat.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, muncul kaum oposisi yang enggan dan muak dengan keterikatan akan aturan dari korporasi yang ada. Mereka manamai kelompok mereka sebagai transendentalisme, pemahaman ini sudah ada jauh pada abad 18, pemahaman ini berlawanan dengan pemahaman empirisme, paham ini mengutamakan kebebasan dari roh atau jiwa dari seseorang.
ADVERTISEMENT
Pemikiran transendentalis ini mengatur sedemikian rupa hilangnya relasi antara subjek dan juga objek, dalam hal ini manusia itu bukanlah subjek maupun objek dalam kehidupannya. Sehingga manusia tak pantas untuk diperlakukan dengan tak adil dan jahat.
Pemikiran ini juga sempat mepengaruhi pemikiran dari seorang revolusioner di Amerika yaitu Henry David Thoreau yang resah akan perlakuan semena-mena dari kaum kera putih terhadap kaum proletar serta budak yang diperlakukan dengan semena-mena, sehingga pada akhirnya terlahirlah HAM yang menjadi salah satu tonggak keadilan di seluruh dunia.
Contoh sikap atau tindakan daripada paham ini yakni penghapusan perbudakan. Di dalam perbudakan manusia itu dianggap sebagai objek, dengan dihapuskan perbudakan manusia menjadi makhluk yang bebas seutuhnya dan memiliki kuasa penuh atas dirinya.
ADVERTISEMENT
Menurut david thoreau, bahwa paham Transendentalisme merupakan pemikiran khas umat hindu, yang berkata bahwa tak ada jarak atau pembeda antara manusia dan juga alam, keduanya sama saja. Jadi ketika manusia diperlakukan dengan baik, maka alam juga haruslah diperlakukan secara baik pula. Sesungguhnya transendentalisme adalah salah satu dari gerakan perjuangan untuk melawan tirani yang bejat.
Kaum ini mempromosikan penggunaan intuisi dan imajinasi sebagai alat untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan diri sendiri. Kaum Transendentalis mengutamakan pengalaman pribadi dalam pencarian kebenaran dan makna dalam hidup. Mereka meyakini bahwa individu harus mencari pemahaman langsung tentang dunia alam dan spiritual melalui pengalaman pribadi dan refleksi.
Kaum ini sangat mengutamakan penilaian dan kesadaran dari diri sendiri untuk bisa mencapai suatu pemahaman. Bisa saja ada individu yang dalam memahami suatu topik dalam waktu yang cukup lama, namun ada individu yang lain dengan mudah bisa menyelesaikannya dengan cepat. Semua itu bukanlah masalah bagi kaum transendentalisme, karena pemahaman akan sesuatu itu tergantung pada pengetahuan dan pengalaman dari suatu individu dan tak bisa dipaksakan.
ADVERTISEMENT
Kaum Transendentalis sering mengkritik masyarakat yang terlalu materialistik, individualisme yang berlebihan, dan pengejaran kekayaan sebagai hal yang tidak sehat. Mereka menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dan moral dalam kehidupan. Dalam hal ini di mana kaum materilistik sangat benci dengan kaum materialistik.
Seperti yang diketahui bahwa gaya hidup materialistik sangat tak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Misalnya ada seseorang yang sudah memiliki 5 pasang sepatu, namun masih belum puas dan masih membeli lagi. Atau ada orang yang sudah kaya raya,tapi masih mau lebih kaya lagi. Kaum transendentalis membenci itu.
Salah satu tokoh terkenal yang menerapkan pemikiran transendentalisme dalam hidupnya adalah Christopher McCadless. Dalam kisahnya ia menolak untuk menjadi seorang hipokrit yang hanya bisa berkata-kata dan mengkritik tanpa aksi nyata. Ia memutuskan untuk meninggalkan segala harta dan kebendaan dunia dengan melakukan perjalanan spiritualnya dalam mencari jati diri ke Alaska di usia yang masih terbilang belia.
ADVERTISEMENT
Kisahnya ini sampai diangkat menjadi sebuah novel dan film berjudul Into the Wild. Film ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Christopher McCandles, namun semasa petualangan nya ia memperkenalkan dirinya sebagai Alexander Supertramp. Alex pemuda yang cukup idealis dan suka kebebasan, tapi ia terbilang cukup cerdas dengan status cumlaude yang diraihnya ketika mengakhiri masa studinya.
Konflik dalam film ini bermula ketika keluarga Chris mulai pecah dan Chris yang melihat banyaknya kepalsuan yang hadir di sekitarnya. Konflik keluarga dan batin dalam dirinya membuat dirinya memutuskan untuk meninggalkan segalanya, termasuk menyumbangkan seluruh uangnya kepada OXFAM serta membuang segala sesuatu yang tak dibutuhkannya dan pada akhirnya memutuskan untuk pergi berkelana menuju Alaska.
Chris memulai perjalanannya, untuk mencapai Alaska ia menemui banyak orang baru dan pengalaman baru. Chris bahkan bekerja di mana saja untuk dapat mendapatkan uang untuknya melanjutkan perjalanannya. Setelah melakukan perjalanan yang panjang, Chris menyadari bahwa ia tetap merasa kosong, pikirannya masih tetap berisi keluarganya.
ADVERTISEMENT
Walau beberapa kali pernah goyah dan ingin menyerah, Chris tetap teguh dan tak melihat ke belakang. Chris adalah salah satu dari karakter film yang berpegang teguh kepada prinsipnya dan tak pernah menyesali atas apa yang telah ia lakukan. Ia mempertahankan nilai yang dipegangnya sampai akhir hayatnya.
Film ini mengungkapkan pesan-pesan eksplisit terkait dengan kemauan dan tekad dari seseorang. Dalam hal ini karakter Christopher McCandles merepresentasikan kemauan akan kebebasan dan penyembuhan serta pelarian dari konflik nyata yang terjadi dalam hidupnya.
Film ini diadaptasi dari buku biografi asli tentang Christopher McCandless yang ditulis oleh Jon Krakauer yang terbit pada tahun 1996 dan diadaptasi dalam medium film pada tahun 2007 yang disutradarai oleh Sean Penn. Semasa setelah perilisan buku dan filmnya, kisah tentang Christopher McCandless berhasil memancing hingga ribuan orang untuk mengunjungi situs “magic bus” di Alaska, para penggemar berusaha untuk mengikuti cara-cara Chris bertualang di alam liar.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit yang akhirnya terluka karena mengikuti cara Chris itu. Pengaruh dari penerbitan media yang berbau survival dia ala liar seperti into the wild, menarik banyak perhatian orang. Bahkan pada tahun 2007, film ini pernah berhasil memenangkan penghargaan film paling bergengsi di dunia yaitu Gotham Award untuk kategori Best Feature.
Namun, walaupun banyak yang mengaku terinspirasi dari kisah Christopher McCandless, dikutip dari salah satu laman populer tempat untuk melakukan review film yaitu di letterboxd.com, banyak yang kurang setuju dengan tindakann Chris tersebut, dan berkata bahwa Chris adalah seorang pengecut yang lari dari kenyataan.
Karakter Chris merepresentasikan identitas dari salah satu kelompok penganut ideologi yang bernama “transendentalisme”. Salah satu dari fenomena nyata yang hadir yaitu eksistensi perusahaan jasa penghilang jejak, yang membantu seseorang untuk menghapus keberadaaanya, bahkan bisa dinyatakan keberadaannya sebagai orang hilang selama bertahun-tahun lamanya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini terjadi di Jepang, masyarakat Jepang dikenal sebagai individu yang cukup tertutup dan juga individualis, mereka bahkan tak memiliki banyak teman semasa hidupnya. Beban kerja, gaya hidup, jeratan utang, masalah pekerjaan sampai dengan biaya kebutuhan hidup yang tinggi membuat tingkat stress di Jepang, terbilang cukup tinggi.
Kelompok ini dipanggil dengan sebutan “Jouhatsu”, Para Jouhatsu mengaku lelah dengan keseharian dan orang-orang yang ada di sekitarnya dan memutuskan untuk pergi meninggalkan kehidupan lamanya. Mereka mulai kembali membangun dari awal lagi kehidupan mereka.
Ralph Waldo Emerson dalam esainya yang berjudul “Nature”, mengatakan bahwa transendentalisme itu adalah salah satu ideologi yang mengatakan bahwa cara untuk mendapatkan pemahaman ataupun ilmu yang lebih mendalam dari sesuatu, adalah dengan merasakan dan melakukannya sendiri, yaitu bisa melalui perenungan dan kontemplasi sampai dengan bermeditasi di alam.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengungkapkan gagasan terkait hubungan antar manusia dan juga alam yang haruslah dijaga, karena sebenarnya salah satu dari guru besar bagi seorang manusia itu adalah alam. Bahwa dengan mendengarkan, memperhatikan dan berdiskusi dengan alam dapat membantu seseorang mendapatkan pemahaman yang lebih dalam lagi terkait dengan apa pun.
Ia percaya bahwa dengan bertukar informasi dengan alam secara tidak langsung juga dapat berkomunikasi dengan tuhan pencipta alam semesta itu sendiri. Transendentalisme menitikberatkan pada kedalaman pemikiran dan pengalaman pribadi untuk mencapai suatu titik pemahaman dan kebijaksanaan serta alasan dari keberadaan segala sesuatu.
Secara sekilas paham transendentalisme memiliki arti yang cukup tumpang tindih dengan salah satu ideologi yaitu paham anti materialisme. Sebelum itu dijelaskan pengertian materialisme menurut Moser dan Trout menyebutkan salah satu konsep dari materialisme yaitu ontologis, mengatakan bahwa kaum penganut paham materialistik itu sangat mempercayai keberadaan dari suatu materi atau pun benda, dalam hal konteks kehidupan masyarakat modern, materi yang paling populer adalah uang.
ADVERTISEMENT
Para penganut paham materialistik mengabdikan seumur hidup mereka baik itu pikiran, emosi sampai dengan kesadaran mereka terhadap materi, kaum materialistik tak percaya pada per andaian dan mimpi-mimpi serta kepercayaan takhayul-takhayul lainnya, mereka percaya pada eksistensi keberadaan yang nyata dan bisa dilihat dan disentuh.
Materialisme saat ini merupakan salah satu paham mayoritas di masyarakat modern, bukti keberadaannya dapat dilihat dari materi kepunyaan masyarakat modern yang hampir dipunyai oleh seluruh masyarakat modern, di antaranya adalah uang, rumah dan smartphone. Namun, walaupun menjadi salah satu ideologi yang banyak dipercayai oleh masyarakat modern saat ini, tetap ada paham oposisi yang memiliki pemikiran yang berbeda dengan paham materialistik.
Yaitu paham anti materialistik dan paham transendentalisme. Kedua paham oposisi ini memiliki sedikit kesamaan, namun dalam pelaksanaannya berbeda.
ADVERTISEMENT
Paham anti materialisme menentang paham materialisme dan lebih mengedepankan pada segala sesuatu secara secukupnya serta sehat. Anti materialisme tersebut termasuk kepada nilai, sampai dengan kemauan dan gaya hidup penganutnya yang “menolak” sifat kebendaan dari kaum materialistik, namun mereka tetap hidup di dunia materialistik tersebut, hanya saja mereka membatasi sifat kebendaan mereka tersebut.
Beda dengan paham transendentalisme, paham ini juga menolak pemahaman dari kaum materialistik, tapi penolakan mereka itu secara terang-terangan dan memutuskan untuk memisahkan diri dari kaum materialistik dan melaksanakan kemauan dan pemahamannya terkait dengan hubungan antara manusia dan alam. Mereka mengagumkan pemaknaan dan perenungan mendalam dan memilih untuk menjauhi kaum materialistik yang kental dengan penempatan sistem kebendaan, contohnya adalah norma sosial dan stratifikasi sosial.
ADVERTISEMENT
Kaum transendentalisme lebih suka hidup sebagai manusia yang bebas. Tidak memerintah dan tidak diperintah. Kaum anti materialisme masih memberikan ruang untuk menerima pemikiran-pemikiran luar untuk mereka pertimbangkan, namun tidak dengan kaum transendentalisme, mereka keras dengan kemauan mereka dan bersifat lebih tertutup dengan kemauan dan prinsip mereka.
Mereka menilai, pemikiran ini sebagai salah satu perwujudan dari sifat individualisme yang berlebihan, padahal pemahaman ini juga secara gamblang menyindir dan menolak pemikiran materialistik dalam masyarakat modern yang juga mereka nilai sebagai pemikiran yang dapat membuat masyarakat menjadi indivualistik.