Konten dari Pengguna

Skincare dan TikTok: Menggali Tren Viral dan Implikasinya terhadap Ekonomi

Azahra Qanita
Mahasiswa Hubungan Internasional UNS
18 Desember 2024 16:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azahra Qanita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membuat konten skincare  (sumber: Freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membuat konten skincare (sumber: Freepik.com)

Tren Skincare dan FYP Tiktok

ADVERTISEMENT
Skincare telah mengalami pertumbuhan industri yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi tren terkini. Banyak perempuan di usia muda sampai tua kini semakin sadar akan pentingnya perawatan kulit dan memilih berinvestasi dalam produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
ADVERTISEMENT
Tren ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk meningkatnya akses informasi melalui media sosial dan platform digital salah satunya adalah Tiktok. Tiktok adalah media sosial yang telah berperan penting dalam meningkatkan kesadaran dan minat konsumen terhadap berbagai produk skincare. Platform tersebut telah menjadi sarana efektif bagi pemilik produk untuk mempromosikan produknya, berinteraksi langsung dengan konsumen, serta memfasilitasi pertukaran pengalaman dan tips perawatan kulit antar pengguna.
Ditambah dengan adanya fitur FYP yang merupakan singkatan dari For Your Page di TikTok berdampak besar pada produk skincare dan ekonomi di Indonesia. Fitur FYP mempunyai algoritma yang cerdas dalam mempromosikan produk skincare. Pasalnya, algoritma FYP Tiktok telah dirancang untuk memberikan pengalaman yang personal bagi penggunanya. Konten yang muncul di FYP pengguna berdasarkan interaksi sebelumnya, seperti video yang disukai, dibagikan, atau dikomentari. Jadi, pengguna sering berinteraksi dengan konten skincare, mereka akan lebih sering melihat video terkait skincare di FYP mereka.
ADVERTISEMENT
Kaitannya dengan Teori Ekonomi
Artikel ini berfokus pada 2 teori yaitu teori perilaku konsumen dan juga teori permintaan dan penawaran.
1. Teori Perilaku Konsumen
Peningkatan visibilitas produk melalui algoritma dan konten yang menarik di media sosial sangat relevan dengan teori perilaku konsumen dalam konteks pengantar ilmu ekonomi. Teori ini menjelaskan bahwa keputusan untuk membeli produk skincare dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk preferensi individu, pendapatan, dan pengaruh sosial. Dalam hal ini, pengaruh influencer yang mempromosikan produk atau layanan dapat secara signifikan memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli produk skincare. Misalnya, ketika seorang influencer dengan banyak pengikut merekomendasikan produk tertentu, pengikutnya cenderung merasa lebih percaya diri untuk mencoba produk tersebut.
Selain itu, berkembangnya istilah FOMO (Fear of Missing Out) di masyarakat juga menjadi faktor penting dalam perilaku konsumen saat membeli produk skincare yang sedang viral. FOMO merujuk pada ketakutan akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang dianggap menarik atau populer. Dalam konteks skincare, konsumen mungkin merasa harus membeli produk yang sedang tren agar tidak ketinggalan informasi atau pengalaman yang dibagikan oleh orang lain di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan pembelian tidak hanya didasarkan pada pertimbangan rasional, seperti kualitas dan harga produk, tetapi juga dipengaruhi oleh fenomena sosial dan interaksi dengan orang lain, termasuk pengaruh dari influencer.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh lagi, fenomena ini menciptakan siklus di mana produk yang viral di media sosial mendapatkan perhatian lebih, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan.
2. Teori Permintaan dan Penawaran
Dilanjut dari teori perilaku konsumen yang menciptakan peningkatan permintaan dikarenakan adanya produk skincare viral dan menjadi tren. Tak heran jika produk skincare semakin menjamur akibat lonjakan permintaan yang drastis. Konten yang menarik menciptakan efek domino, di mana semakin banyak orang yang tertarik untuk membeli produk tersebut setelah melihat orang lain menggunakannya. Fenomena ini sering disebut “viral marketing,” yaitu strategi mempromosikan produk dengan cara menciptakan konten menarik yang menyebar dengan cepat dan luas, mirip dengan cara virus menyebar.
Ketika produk skincare menjadi viral, permintaan terhadap produk tersebut meningkat secara signifikan, sering kali melebihi kapasitas penawaran yang ada.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, penawaran yang menarik, seperti diskon, bundling produk, atau hadiah gratis, semakin memperkuat daya tarik produk. Ketika konsumen melihat orang lain mendapatkan manfaat dari penawaran tersebut, mereka lebih cenderung untuk ikut membeli. Misalnya, jika sebuah produk skincare menawarkan paket bundling dengan harga diskon, konsumen yang awalnya ragu mungkin merasa terdorong untuk membeli karena mereka melihat banyak orang lain yang juga tertarik dengan penawaran tersebut. Ini menciptakan siklus positif yang mendorong penjualan lebih lanjut.
Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan bagaimana interaksi antara permintaan dan penawaran dapat menciptakan dinamika pasar dengan iklim yang bagus. Ketika permintaan meningkat, produsen mungkin merespons dengan meningkatkan penawaran mereka, baik melalui produksi lebih banyak barang atau dengan menciptakan variasi produk baru yang sesuai dengan tren yang sedang berlangsung. Hal ini tidak hanya menguntungkan produsen, tetapi juga memberikan konsumen lebih banyak pilihan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
ADVERTISEMENT

Dampak terhadap perekonomian Indonesia

Pertumbuhan penjualan produk skincare tidak hanya menguntungkan perusahaan-perusahaan di sektor ini, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini tercermin dari penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan pajak, dan dorongan inovasi dalam industri kecantikan, termasuk dalam hal endorsement oleh influencer.
Menurut data dari Statista.com (sebuah platform data dan intelijen bisnis global), total pendapatan industri kecantikan diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 48% dalam periode 2021-2024. Pendapatan diperkirakan meningkat dari USD 1,31 miliar (sekitar Rp 21,45 triliun) pada tahun 2021 menjadi USD 1,94 miliar (sekitar Rp 31,77 triliun) pada tahun 2024.
Ke depan, industri skincare di Indonesia diperkirakan akan terus berkembang, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan menciptakan peluang baru. Dengan inovasi yang terus berlanjut dan interaksi yang semakin erat antara merek dan konsumen, masa depan industri kecantikan tampak cerah.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, baik konsumen maupun pelaku industri perlu tetap peka terhadap perubahan tren dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mencapai kesuksesan bersama.
Sumber Referensi