Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kisah Sarjana Farmasi ITB yang Sukses jadi Agripreneur di Usia Muda
23 Februari 2022 11:17 WIB
Tulisan dari Ayo Naik Kelas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta - Belakangan, wirausaha menjadi profesi yang banyak digeluti oleh anak muda, terlebih di masa pandemi. Kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, membawa para fresh graduate kepada pilihan menjadi pengusaha muda.
ADVERTISEMENT
Bahkan tak jarang, mereka juga sudah belajar berwirausaha sejak kuliah untuk mengasah dan menambah keterampilan dalam dunia wirausaha.
Puji Hatmoko, pemuda asal Ciparay Bandung ini sejak kuliah sudah bercita-cita menjadi pengusaha yang berdampak bagi lingkungan di sekitarnya.
“ Ada satu lagu semasa kuliah yang selalu teringat oleh saya, bunyinya ‘berjuta rakyat menanti tanganmu, mereka lapar dan bau keringat’ sepenggal lirik yang dalam maknanya. Dari situ, saya bercita-cita beres kuliah, mau memberi dampak sosial ke masyarakat.”
Puji yang berdomisili di Kab. Bandung ini tinggal di daerah yang mayoritas pekerjaannya sebagai petani. Sehingga, Ia ingin dapat memberdayakan masyarakat melalui usaha di bidang pertanian atau perikanan. Selain itu, Ia juga melihat masih kurangnnya kemampuan pasar dalam memenuhi permintaan ikan.
ADVERTISEMENT
Meski ada peluang pasar yang terbuka lebar, memiliki keinginan yang kuat, dan mendapat dukungan dari orang di sekitarnya, nyatanya Ia juga pernah mengalami demotivasi.
“Pernah dulu, bergulat dengan pikiran sendiri. Apakah bisnis ini bisa berhasil? Tapi, kemudian saya ikut ajang yang diselenggarakan Dispora Jabar. Waktu itu mendapat Juara 3 dan hadiah uang tunai 7 juta. Kemudian dari sana mengenal Kasi Wirausaha Jabar dan mendapat relasi untuk ikut Kompetisi sociopreneur muda kategori kick off di UGM. Ternyata jadi Juara 1, dapat hadiah 40 juta dan best presentation, dari situ semangat saya muncul kembali. Ternyata ide saya diterima oleh orang-orang,” ucap pria yang akrab disapa Kang Puji ini.
Kangpuj Farm sendiri merupakan bisnis sosial yang berdiri sejak tahun 2017, dengan konsep awal berupa Integrated Urban Farming, yakni mengintegrasikan kegiatan perkebunan dengan komoditas perikanan. Hingga saat pandemi tiba, konsep usahanya mengalami perubahan dan lebih condong ke bidang perikanan dengan berfokus pada budidaya dan pasca panen.
ADVERTISEMENT
“Budidaya dilakukan dengan berkolaborasi bersama para petani ikan air tawar yang ada di kawasan Bandung Selatan, dimana bagian produksi diisi dengan pemberdayaan masyarakat,” terangnya.
Sementara untuk bagian pasca panen, Kangpuj Farm memasok berbagai produk olahan ikan ke beberapa distributor yang tersebar di kawasan Bandung Raya, di antaranya Kota Bandung, Kab. Bandung, Cimahi, hingga Kab. Bandung Barat.
Puji menjelaskan jika usaha olahan ikan ini mendapat permintaan yang cukup banyak dari pasar, bahkan melebihi kapasitas produksi Kangpuj farm sendiri.
Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan Ia bekerja sama dengan petani sekitar Bandung yang belakangan diketahui ternyata juga sering mengalami kesulitan menemukan pasar yang tepat.