Mengenal Buya Hamka Lewat Film dan Buku

Ayu Novita Pramesti
Aparatur Sipil Negara yang melayani guru, tenaga kependidikan, dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan di Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbud
Konten dari Pengguna
28 April 2023 10:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ayu Novita Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
                                                                dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Film berdurasi 100 menit ini dimulai dengan pembukaan yang begitu menyentuh. Berlatar tempat di sebuah rumah tahanan, Buya Hamka dijenguk oleh istri dan anak-anaknya. Istrinya, Siti Raham, membawa masakan kesukaan Buya. Sebelum makan, Buya terlihat menitikkan air mata. "Ummi, air mata ini ibarat garam kehidupan. Tanpanya, hidup jadi terasa hambar," ujar Buya.
ADVERTISEMENT
Istri dan anak-anak Buya kemudian pamit pulang seiring dengan waktu berkunjung yang sudah habis. Sambil memeluk satu di antara anaknya, Buya meminta anaknya itu mengambil kertas-kertas yang diselipkan di punggung. Di film, tidak dijelaskan apa isi kertas-kertas itu. Namun, kalau kita membaca novel biografi Buya Hamka yang ditulis A. Fuadi, terkuaklah isinya. Ternyata, kertas-kertas itu berisi tulisan Buya mengenai perlakuan yang beliau terima selama menjalani penahanan tanpa pernah diadili sebelumnya.
Film kemudian bercerita tentang kehidupan Buya Hamka dan keluarganya yang berpindah-pindah. Dari hidup di Makassar karena harus mengembangkan Muhammadiyah di sana hingga hijrah ke Medan karena Buya diminta menjadi pemimpin redaksi sebuah media. Dari Medan, Buya harus kembali pulang kampung ke Padang Panjang karena media yang dipimpinnya tutup dan Buya dicurigai telah tunduk pada penjajah Jepang. Begitulah dinamika kehidupan Buya Hamka yang ikhlas dijalaninya demi berkhidmat untuk ummat.
ADVERTISEMENT
Menonton film ini membuat kita mengenal Buya Hamka lebih dekat. Buya bukan hanya penulis 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck' dan 'Tafsir Al Azhar'. Beliau juga seorang wartawan andal dan pejuang yang mempertahankan kemerdekaan. Angku Haji, panggilan hormat dari istri beliau, adalah seorang suami dan ayah yang baik untuk keluarganya.
Film yang disutradarai oleh Fajar Bustomi ini terbagi menjadi tiga volume. Volume 1 sudah tayang di liburan Idulfitri ini. Volume 2 dan volume 3 nya akan menyusul kemudian, kemungkinan saat momen Iduladha dan Tahun Baru Islam. Film volume 2 mengisahkan perjalanan hidup Buya Hamka dari awal kemerdekaan Indonesia sampai beliau menjadi tahanan politik Orde Lama. Dan film volume 3 mengisahkan masa kecil beliau hingga beliau bertemu dengan istrinya, Siti Raham.
ADVERTISEMENT
Selain menonton filmnya, sebaiknya juga membaca buku novel biografi Buya Hamka yang ditulis oleh A. Fuadi. Momen yang tidak divisualisasikan secara detail di film akan terkuak di buku setebal 375 halaman ini. Sebagai penutup, berikut cuplikan blurb yang bisa menyemangati kita untuk menonton film Buya Hamka dan membaca novel biografinya.
Membaca kisah hidup Hamka bagai menonton aneka film sekaligus. Film petualangan penuh adegan mendebarkan, film religi yang menyentuh sanubari, dan film romantis yang terasa manis di hati. Hidupnya memang kerap berayun ekstrem dari satu kutub ke kutub lain. Mulai dari penulis roman sampai jadi ulama besar penulis tafsir, dari gerilyawan melawan Belanda sampai dituduh makar dan ditangkap Orde Lama. Tapi di kemudian hari, dia malah diangkat jadi pahlawan nasional.
ADVERTISEMENT