Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Tiga Komitmen Ridwan Kamil
5 Maret 2018 19:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Dia Ayu Rahmah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada tiga hal yang menjadi perhatian paling mendasar dalam komitmen Ridwan Kamil maju sebagai calon gubernur Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Pertama, isu toleransi dan nilai-nilai Pancasila. Sejauh ini, Jawa Barat dikenal sebagai propinsi tertinggi di dalam kasus-kasus intoleransi dan kekerasan.
Di dalam laporan Komnas HAM selama 2016, dalam pengaduan atas pelanggaran kebebasan agama yang berjumlah 97 kasus (meningkat dari 87 kasus pada 2015), Jawa Barat menduduki posisi teratas – di atas DKI di posisi kedua dan Sulawesi Utara di posisi ketiga – dengan mengoleksi 21 pengaduan (tirto.id).
Posisi ini juga mendapat pengokohan dari riset-riset yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerhati dan advokasi HAM lainnya seperti Setara Institute dan Wahid Institute. Misalnya tahun 2015, Setara Institute mencatat ada 44 peristiwa di Jawa Barat yang dikategorikan sebagai pelanggaran hak kebebasan beragama dan berkeyakinan. Sementara itu, Wahid Institute mencatat 46 peristiwa (tirto.id).
ADVERTISEMENT
Problem intoleransi ini menjadi ‘PR’ penting untuk segera memperoleh ‘titik terang’ cara mengatasinya. Tingginya peristiwa intoleransi ini menunjukkan gambaran terbalik dari masyarakat Sunda yang dikenal sangat lembut. Bukankah seorang penulis berkebangsaan Portugis, Tome Pires dalam laporannya kepada Raja Emanuel, Summa Oriental Que Trata Dar Maroxo Ate Aos Chins atau ikhtisar wilayah timur dari laut merah hingga negeri Tiongkok, menyebut masyarakat Sunda sebagai masyarakat yang toleran, jujur dan pemberani? (antaranews).
Dalam hal ini, Kang Emil melihat problem utamanya adalah miskinnya dialog dalam perbedaan. Dialog adalah suatu cara mengikis kesalahpahaman yang mungkin terjadi di dalam perbedaan-perbedaan di masyarakat. Dialog memungkinkan perbedaan-perbedaan diterima sebagai kewajaran. Oleh sebab itu, Ridwan Kamil berencana mendorong dan mengembangkan forum-forum dialog sehingga memungkinkan terjadi kesalingpemahaman yang bermuara pada keharmonisan di dalam masyarakat Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Kang Emil juga meyakini adanya rasa kemanusiaan yang kuat di dalam falsafah hidup orang Sunda: ‘saling asah, saling asih, saling asuh’. Kearifan ini adalah modal penting dalam membangun keharmonisan itu. Tentu sekali lagi, kearifan ini mesti diberi kekuatan dan dimunculkan melalui keterlibatan pemerintah dalam wujud dan kesadaran membangun dan mengembangkan dialog.
***
Kedua, Ridwan Kamil berkomitmen untuk membawa Jawa Barat menjadi propinsi paling inovatif di Indonesia. Dalam terang pemikiran RK, komitmen ini sungguh sangat beralasan. Di Jawa Barat terdapat sejumlah perguruan tinggi terbaik bahkan tingkat nasional. Sebut saja di Depok ada Universitas Indonesia (UI) yang selama ini memiliki peranan penting dalam riset-riset nasional. Di Bogor ada IPB yang mencurahkan perhatiannya pada permasalahan pertanian.
ADVERTISEMENT
Keberadaan institusi-institusi pendidikan ini mesti dirangkul oleh pemerintah, diajak untuk bersama-sama turut memberikan perhatiannya pada persoalan nyata di dalam masyarakat dan dalam mendukung kebijakan pembangunan oleh pemerintah. RK mempercayai bahwa sinergisitas itu hanya perlu diwujudkan antara pemerintah dan perguruan tinggi, maka segala upaya dan kebijakan inovatif pemerintah besar kemungkinan terwujudkan dengan baik. Bukankah memang ranah lahirnya perguruan-perguruan tinggi, selain sebagai tempat atau ruang kondusif bagi tumbuhnya kreatifitas dan ilmu pengetahuan, melainkan juga untuk menjawab problem nyata masyarakat?
Sebagai tambahan, RK selama ini terbukti membawa sejumlah gagasan dan program inovatif yang terimplementasi dengan baik di Bandung. Dia adalah sosok ‘inovative leader’. Steve Jobs, inisiator dan otak dari perusahaan ‘apple’ mengatakan: innovation distinguishes between a leader and a follower (inovasi memberi ‘pembeda’ yang tegas antara seorang pemimpin dan pengikut).
ADVERTISEMENT
***
Ketiga, Ridwan Kamil berkomitmen meningkatkan kreatifitas milenial. Di Jawa Barat, jumlah milenial berada di kisaran 30 persen. Angka ini tinggi. Posisi mereka menjadi begitu penting. Milenial ini berada di usia produktif. Mereka memiliki kemampuan dalam memanfaatkan teknologi yang di era kini kian menjadi ‘penting’ dalam kebutuhan sehari-hari.
Dalam pandangan Kang Emil, memberikan perhatian kepada milenial demi meningkatkan kreatifitas mereka adalah prasyarat penting demi kemajuan daerah. Milenial atau dikenal juga sebagai generasi Y adalah generasi yang berpotensi besar untuk diharapkan ‘mampu’ menjalankan roda kepemimpinan para generasi X.
Survey McKinsey, yang dijadikan acuan Ridwan Kamil, mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi negara terhebat ketiga di dunia apabila tiga syarat terpenuhi. Pertama, ekonomi tidak berada di bawah 5 persen. Kedua, adanya generasi milenial yang kompetetif. Ketiga, tidak ada gejala krisis sosial politik di dalam demokrasi (kompascom).
ADVERTISEMENT