Menyoal Target Bauran EBT 23 Persen di 2025

Azis Saputra
Renewable Energy Engineering and Business Development
Konten dari Pengguna
9 Februari 2023 18:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azis Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi EBT Jenis Turbin Angin (Sumber: Pexels.com/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi EBT Jenis Turbin Angin (Sumber: Pexels.com/Pixabay)
ADVERTISEMENT
Mungkin kita semua sering mendengar bahwa Indonesia menargetkan pada tahun 2025 mendatang persentase bauran energi baru dan terbarukan (EBT) akan mencapai 23 persen. Namun mungkin juga sebagian besar dari kita belum pernah mendengar hal tersebut sama sekali. Atau pernah mendengar, tetapi tidak tahu pasti apa maksud dari target tersebut.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, Indonesia menjadi salah satu negara di Dunia yang berkomitmen dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. NZE sendiri adalah sebuah kesepakatan global yang menekan peningkatan suhu bumi yaitu tidak lebih dari 1,5 derajat celcius. Karena jika suhu bumi terus meningkat, maka pemanasan global akan terjadi dan dapat mengakibatkan kehancuran yang luar biasa.
Untuk mencapai NZE tersebut, salah satu langkah konkret yang diambil oleh pemerintah Indonesia adalah melakukan transisi energi. Indonesia secara bertahap akan bertransformasi dari yang dulunya menggunakan energi fosil seperti batubara, menjadi menggunakan energi baru dan terbarukan seperti energi matahari. Hal tersebut kemudian dituangkan dalam target energi nasional yaitu bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, target tersebut dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 PT PLN melalui keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia. Pada putusan nomor 2 bagian c disebutkan bahwa target bauran energi baru dan terbarukan pembangkitan tenaga listrik pada akhir tahun 2025 sebesar 23 persen.
Namun di beberapa artikel atau publikasi sering disebutkan juga bahwa target EBT 23 persen pada tahun 2025 ini adalah target bauran energi nasional saja, bukan spesifik untuk energi listrik nasional. Masih belum dapat dipastikan karena adanya perbedaan pendapat dari lembaga pemerintah ataupun yang berkepentingan. Namun untuk pembahasan kali ini mari kita sepakati bahwa target bauran EBT yang dimaksudkan adalah bauran energi untuk energi listrik atau pembangkit listrik nasional.
ADVERTISEMENT
Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana progres dari target tersebut? Mengingat bahwa tahun 2025 sebentar lagi. Kurang dari 3 tahun target tersebut akan jatuh tempo. Ini akan menjadi ajang pembuktian apakah transisi energi yang diusung adalah sebuah keseriusan atau sampul saja.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita lihat salah satu grafik bauran energi nasional yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM pada laporan Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2022 yang diterbitkan pada 30 Januari 2023 ini. Grafik tersebut diberi judul “Bauran Energi Primer Pembangkit Listrik (%)”.
Grafik Bauran Energi Nasional (Sumber: esdm.go.id)
Dapat dilihat bahwa kabar target tersebut masih jauh dari angka yang diharapkan. Pada tahun 2022, bauran EBT baru berada di angka 14,11 persen saja. Sedangkan batubara masih mendominasi bauran energi nasional dengan 67,21 persen. Sementara itu gas dan BBM menyumbang masing-masing sebesar 15,96 persen dan 2,73 persen.
ADVERTISEMENT
Grafik paling kanan adalah target bauran energi yang ingin dicapai pada tahun 2025. Itulah tantangan yang dihadapi Indonesia. Akankah Indonesia mampu menambah bauran EBT menjadi 23 persen dan menekan penggunaan batubara menjadi 30 persen? Semua akan terjawab kurang dari 3 tahun lagi.
Namun hal menarik yang bisa diambil dari grafik tersebut selain EBT dan batubara adalah adanya bauran BBM 25 persen pada target nasional tersebut. Padahal penggunaan BBM untuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) saat ini sedang gencar dikurangi melalui program dedieselisasi. PLTD ke depannya akan digantikan oleh pembangkit EBT yang lebih bersih seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Lalu mengapa ada persentase BBM yang sangat besar untuk pembangkit listrik di Indonesia? Jika kita melihat kembali detail yang ada pada RUPTL 2021-2030, tercantum bahwa yang dimaksud adalah peran minyak bumi kurang dari 25 persen. Artinya 25 persen yang dimaksud hanyalah angka toleransi. Namun mengapa angka tersebut begitu besar? Melihat BBM saat ini saja hanya berkontribusi kurang dari 3 persen. Apakah kemungkinan peran batubara pada tahun 2025 jauh lebih besar dari 30 persen yang ditetapkan?
ADVERTISEMENT
Jika melihat kondisi grafik di atas dan bahasa penyampaian pada RUPTL 2021-2023 “peran batubara minimal 30 persen”, hal tersebut sangatlah mungkin terjadi. Faktanya batubara akan tetap menjadi pemeran utama dalam menyuplai listrik di Indonesia.
Kabar target 23 persen bauran EBT pada tahun 2025 tidak sedang baik-baik saja. Nyata atau wacana? Akan terjawab kurang dari 3 tahun lagi.