Pulang

Azis Saputra
Renewable Energy Engineering and Business Development
Konten dari Pengguna
29 Januari 2023 5:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Azis Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pulang (Sumber: Pexels.com/Jason)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pulang (Sumber: Pexels.com/Jason)
ADVERTISEMENT
Aghhh, akhirnya pulang. Cara terbaik untuk menenangkan diri, merenungkan ulang apa yang terlewatkan selama ini, dan kembali menyusun semangat yang membara. Pulang selalu menjadi obat penawar dari segala masalah.
ADVERTISEMENT
Pagi, ditempat yang sama, satu tahun yang lalu penulis mulai untuk menulis di media online. Di pekarangan rumah, ditemani suara ayam, tetangga lewat, dan dinginnya pagi. Pertama kali menulis di media online karena suatu kewajiban dalam program gerilya. Kini menulis menjadi bagian dari keseharian penulis.
Sebagai informasi, mungkin sudah 1 tahun lebih penulis tidak pulang. Bahkan pada kesempatan Hari Raya Idul Fitri pun penulis tidak menyempatkan diri untuk pulang. Atau bahkan memilih untuk tidak. 1 tahun di perantauan pun banyak yang terjadi pada penulis. Banyak yang berubah, banyak yang datang dan pergi.
Bukan tahun pertama merantau, karena penulis saat ini sudah menginjak tahun terakhir perkuliahan. Bahkan saat kecil pun penulis sudah berada jauh dari keluarga. Sekolah menengah pun di tempuh di sekolah berasrama. Kendati demikian, pulang tetaplah menjadi hal yang didambakan. Selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu.
ADVERTISEMENT
Kurang dari 24 jam penulis berada di rumah sederhana namun penuh kehangatan ini. Senyum dari orang tersayang seakan memantik kembali semangat yang mungkin saja sempat padam. Atau mimpi yang sedikit redup. Atau bahkan pola pikir yang sedikit berubah. Atau pola pikir yang sepenuhnya berubah.
1 hal yang sangat terasa saat penulis pulang kali adalah mengingat kembali bahwa banyak mimpi yang belum tertuntaskan. Begitu banyak tanggung jawab yang harus penulis penuhi. Bukan sebuah tuntutan dari siapapun, melainkan mimpi kecil yang berasal dari hati. Janji kepada diri sendiri akan banyak hal. Hal-hal yang didasari oleh rasa cinta.
Mungkin selama ini penulis hidup dengan semua kecukupan yang luar biasa. Atau bahkan terlalu berlebihan. Hidup untuk diri sendiri. Penulis mengakui bahwa ia lupa ada mimpi yang tanpa sadar terkesampingkan.
ADVERTISEMENT
Hal seperti inilah yang sangat berbahaya. Ketika kita mulai untuk merantau, jauh dari keluarga, apapun bisa terjadi. Apapun bisa berubah. Gaya berpikir, gaya hidup, bahkan yang paling menyeramkan adalah lupa asal. Bukan untuk membelenggu, tetapi lebih sebagai sarana motivasi diri. Mengingat kembali bahwa banyak mimpi yang harus dirajut.
Untuk siapapun teman perantauan diluar sana, tetaplah semangat. Lebarkan sayapmu dan terbang sejauh mungkin. Terbang lebih tinggi. Tetapi jangan lupa pulang. Jangan lupakan asal. Ingat tujuan awalmu. Jangan biarkan kenikmatan membuat mimpi tersebut hilang. Pulang, dan bakar kembali semangat tersebut. Hidupkan mimpi yang redup.