Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
25 Ramadhan 1446 HSelasa, 25 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Risiko Tersembunyi Parangtritis: Jangan Sampai Liburanmu Berujung Petaka
23 Maret 2025 15:58 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Ghassani Azka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak kenal Pantai Parangtritis? Tempat ini selalu masuk daftar wajib kunjung bagi siapa pun yang liburan ke Yogyakarta. Pemandangannya memukau, deru ombaknya seolah memanggil untuk bermain air, dan hamparan pasirnya menawarkan sensasi seru mulai dari naik ATV, sandboarding, atau sekadar duduk menikmati senja. Tak heran jika Parangtritis menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, di balik segala pesona yang ditawarkan, ada sisi lain dari Parangtritis yang jarang diketahui yaitu bahaya yang tersembunyi di balik ombak, panas, debu, dan aktivitas ekstrem yang tampak menyenangkan. Liburan yang seharusnya menjadi momen penuh tawa dan kenangan manis bisa berubah dalam sekejap jika kita lengah. Faktanya, tak sedikit kasus kecelakaan atau kondisi darurat yang terjadi karena minimnya informasi serta pengelolaan risiko di kawasan wisata ini. Saatnya membuka mata dan membicarakan hal yang seringkali terabaikan "keselamatan wisatawan"
ADVERTISEMENT
Saat Liburan Hampir Berujung Petaka: Kasus Wisatawan Kazakhstan
Salah satu contoh nyata dari ancaman yang mengintai di Parangtritis terjadi pada 1 Maret 2025, saat seorang wisatawan asal Kazakhstan nyaris kehilangan nyawanya karena terseret rip current arus balik yang kuat di laut. Kejadian ini berlangsung sekitar pukul 10 pagi, ketika korban bermain air sendirian di area yang sudah dikenal sebagai zona berbahaya. Menurut laporan dari SAR Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah III Parangtritis, korban sempat berusaha berenang kembali ke pantai, namun gagal karena kuatnya arus. Beruntung, tim SAR yang sigap langsung mengevakuasinya dengan bantuan papan selancar dan pelampung. Meskipun korban selamat tanpa luka fisik, insiden ini menunjukkan betapa minimnya kesadaran wisatawan terhadap risiko, serta pentingnya pengelola wisata untuk memasang rambu peringatan dan edukasi area rip current secara lebih masif.
ADVERTISEMENT
Risiko-Risiko Serius yang Jarang Disadari di Parangtritis
Penelitian yang dilakkukan oleh Wijaya dkk (2024) mengungkap bahwa kawasan Pantai Parangtritis menyimpan banyak potensi risiko, mulai dari yang ringan hingga ekstrem. Aktivitas populer seperti sandboarding, berkendara ATV, jeep tour, dan bermain air ternyata memiliki tingkat risiko tinggi dan bahkan ekstrem. Misalnya, risiko terkena gangguan pernapasan akibat debu pasir, dehidrasi karena panas ekstrem, hingga potensi tenggelam akibat arus laut yang kuat. Penelitian ini mencatat bahwa sebanyak 55,6% aktivitas wisata di Parangtritis berada dalam kategori risiko tinggi, 38,9% sedang, dan sisanya ekstrem serta rendah. Mirisnya, sistem manajemen risiko keselamatan dan kesehatan di kawasan ini masih belum diterapkan secara memadai.
Manajemen Risiko: Pilar Utama Wisata Aman dan Berkelanjutan
ADVERTISEMENT
Manajemen risiko dalam dunia pariwisata bukanlah sebuah pelengkap administratif semata, tetapi menjadi pilar utama dalam menciptakan pengalaman wisata yang aman, nyaman, dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, standar SNI ISO 31000 menjadi acuan penting. Standar ini menetapkan bahwa proses manajemen risiko harus dimulai dari penetapan konteks, dilanjutkan dengan identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi, dan perlakuan risiko, serta didukung dengan komunikasi, konsultasi, monitoring dan evaluasi.
Penetapan konteks berarti memahami secara menyeluruh lingkungan internal dan eksternal dari destinasi wisata, termasuk kondisi geografis, profil pengunjung, aktivitas utama, serta faktor sosial dan budaya yang memengaruhi tingkat risiko. Setelah itu, risiko-risiko diidentifikasi berdasarkan aktivitas wisata. Misalnya, ATV dan jeep mengandung risiko getaran dan tabrakan, sementara wisata air memiliki risiko tenggelam akibat arus. Risiko ini kemudian dianalisis berdasarkan dua variabel utama: kemungkinan terjadinya (likelihood) dan tingkat keparahan dampaknya (consequences), lalu dikategorikan ke dalam tingkat risiko: rendah, sedang, tinggi, dan ekstrem.
ADVERTISEMENT
Penanganan atau perlakuan terhadap risiko harus dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian bahaya, yang mencakup:
Dalam studi Novi Nugrahani dkk., dijelaskan bahwa pengelolaan wisata tanpa penerapan ISO 31000 sangat berisiko menghadapi ketidaksiapan menghadapi insiden. Proses seperti pencatatan dan pelaporan risiko, pemetaan stakeholder, serta evaluasi berkala menjadi bagian penting dari sistem ini. Jika dikelola dengan baik, risiko bisa ditekan ke level minimum, dan ini bukan hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga memperkuat citra destinasi.
ADVERTISEMENT
Strategi Pengendalian Risiko yang Harus Dilakukan Sekarang Juga
Beberapa strategi mendesak yang bisa diterapkan di Parangtritis antara lain adalah pemasangan rambu larangan berenang di zona rip current dalam beberapa bahasa (Indonesia, Inggris, Rusia, dll), serta pelatihan keselamatan bagi petugas lapangan. Briefing keselamatan juga wajib diberikan sebelum aktivitas berisiko seperti ATV dan jeep. Penggunaan APD harus distandardisasi dan tersedia bagi seluruh wisatawan. Selain itu, sistem pelaporan insiden secara real-time perlu dikembangkan, dan hasil evaluasi harus menjadi dasar pembaruan kebijakan wisata secara rutin.
Tidak hanya itu, perlu juga melibatkan masyarakat lokal dan pelaku UMKM untuk berperan aktif dalam menjaga keselamatan wisata. Edukasi publik melalui media sosial dan kolaborasi dengan media bisa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran bersama bahwa liburan aman adalah tanggung jawab kolektif.
ADVERTISEMENT
Keselamatan Sebagai Daya Tarik Baru dalam Wisata Modern
Era pariwisata modern menuntut lebih dari sekadar panorama yang indah. Wisatawan masa kini menempatkan aspek keselamatan sebagai faktor utama dalam memilih destinasi. Oleh karena itu, pengelolaan risiko yang baik bukan hanya soal teknis lapangan, tapi juga strategi membangun reputasi destinasi. Jika Parangtritis bisa menjadi pelopor penerapan manajemen risiko berbasis SNI ISO 31000, maka kepercayaan wisatawan akan meningkat, dan berpotensi mendatangkan dampak positif bagi semua pihak: dari wisatawan, pelaku usaha, hingga masyarakat lokal.
Keselamatan wisata bukanlah elemen pelengkap, tapi justru indikator utama kepuasan dan keberlanjutan pariwisata. Maka, jika kita benar-benar ingin menjadikan pariwisata sebagai motor penggerak ekonomi, sudah saatnya manajemen risiko ditempatkan di garis depan
ADVERTISEMENT
Referensi :