Konten Media Partner

Berburu Jamur Tiung di Desa Tanjungpura

29 Oktober 2019 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu Tokoh Pemuda Desa Tanjungpura, Rusdi, sedang memetik Jamur Tiur di sekitar kebun karet miliknya.(babelhits)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu Tokoh Pemuda Desa Tanjungpura, Rusdi, sedang memetik Jamur Tiur di sekitar kebun karet miliknya.(babelhits)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Warga Desa Tanjungpura Kecamatan Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah saat ini sedang berburu Jamur Tiung atau yang lebih populer disebut Kulat Tiung.
ADVERTISEMENT
Jamur ini tumbuh dengan suburnya di bawa perkebunan pohon karet milik warga setempat. Jenis jamur liar yang langka ini hanya tumbuh satu tahun sekali di penghujung musim kemarau ketika memasuki musim penghujan.
Warga berbondong-bondong mendatangi kebun karet mereka untuk memburu jamur ini, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual.
Nenek Sauna (65) warga Desa Tanjungpura, dengan hasil petikan Jamur Tiung yang masih fresh.(babelhits)
Tak ketinggalan, Sauna (65) warga Desa Tanjungpura, juga ikut memetik Kulat Tiung bersama warga lainnya.
"Biasanya kalau musim kemarau, ada hujan beberapa hari, Kulat Tiung mulai tumbuh di bawah batang karet di hutan. Itu pun satu tahun sekali Kulat Tiung ini tumbuh," ungkap Sauna kepada Babelhits saat memetik Kulat Tiung.
Uniknya, berdasarkan keterangan warga setempat, Jamur Tiung akan tumbuh jika hujan lebat disertai petir.
ADVERTISEMENT
"Biasanya kalau ada ribut (hujan lebat disertai petir—red) kulat ini tumbuh banyak di hutan,” imbuh Sauna.
Jamur Tiung atau hygrocybe SP tumbuh di hutan sekitar Pohon Karet milik warga Desa Tanjungpura.(babelhits)
Salah satu Tokoh Pemuda Desa Tanjungpura, Rusdi, mengatakan warga desa mereka sudah rutin setiap tahun memetik kulat ini, biasanya selain untuk dikonsumsi sendiri juga untuk dijual dengan harga Rp 15 ribu per kilogram.
"Kulat Tiung ini biasa diolah jadi menu masakan seperti ditumis kering, dimasak rendang, dilempah darat hingga bisa dibikin rempenyek. Biasa juga kita jual ke tetangga atau di pasar terdekat dengan harga per kilogramnya sebesar Rp 15.000," tutur Rusdi seraya menunjukan Jamur Tiung yang masih fresh.
Aman atau tidaknya Jamur Tiung ini untuk di konsumsi, Tim Babelhits sudah mendapatkan penjelasan secara ilmiah dari akademisi Universitas Bangka Belitung, yakni Dosen Biologi, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Rahmad Lingga.
ADVERTISEMENT
Rahmad menjelaskan Jamur Tiung tersebut bernama latin Hygrocybe Sp dan merupakan jamur yang bisa dikonsumsi oleh manusia (edible mushroom). Jamur jenis ini tumbuh pada suhu yang memiliki kelembapan yang cukup tinggi.
"Jamur ini biasa dikenal di luar negeri 'woodland mushroom', atau waxy grassland, namun jenisnya sangat banyak, tapi pada umumnya bisa di konsumsi semuanya," terang Rahmad.
Rahmad juga menjelaskan mengenai Jamur Tiung yang tumbuh pada saat hujan lebat dan disertai petir. Menurutnya hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan masyarakat sekitar.
"Kalau sudah ada petirkan artinya sudah mau hujan mas, kelembapan tinggi hingga saat yang tepat untuk berkembangnya jamur," tukas Rahmad Lingga.(*)