Amankah Mengonsumsi Telur Selama Kehamilan?

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
Konten dari Pengguna
19 November 2018 19:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi telur (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi telur (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Faktanya, telur adalah salah satu bahan makanan terbaik untuk konsumsi ibu hamil. Ahli Diet Sarah Haas memperbolehkan ibu hamil mengonsumsi telur asalkan telah sepenuhnya matang atau dipasteurisasi.
ADVERTISEMENT
Telur mentah atau setengah matang dapat membawa organisme penyebab penyakit seperti bakteri Salmonella, yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Jika Moms terjangkit penyakit yang disebabkan oleh Salmonella, Moms mungkin mengalami demam tinggi, muntah, diare, dan dehidrasi. Dalam kasus yang serius, gejala-gejala ini bisa cukup parah untuk menyebabkan persalinan prematur atau bahkan keguguran. Pasteurisasi dan proses memasak menghancurkan bakteri Salmonella.
Untuk menghancurkan bakteri, telur harus dimasak sampai warna kuning dan putihnya menjadi keras. Itu berarti Moms tidak boleh mengonsumsi telur rebus yang lunak, dimasak singkat, dan berair.
Jika Moms menyiapkan telur atau hidangan telur yang kurang matang atau telur mentah (seperti eggnog, es krim, puding, cokelat mousse, saus hollandaise, saus béarnaise, mayones, dan saus salad Caesar), gunakan telur yang dipasteurisasi. Jangan mencicipi adonan roti atau adonan kue, kecuali telur di dalamnya dipasteurisasi.
ADVERTISEMENT
Telur yang sudah dipasteurisasi mudah dibedakan dari label dalam kemasan. Sementara itu, telur yang tidak dipasteurisasi biasanya akan menampilkan “instruksi penanganan aman” pada karton sebagai gantinya. Sesuai instruksi, telur harus disimpan dalam lemari pendingin, dimasak sampai kuning telur keras, dan jika dimasak dengan makanan yang mengandung telur harus dimasak secara menyeluruh.
Karena sulit untuk memverifikasi apakah Moms mengonsumsi telur yang sudah dipasteurisasi atau tidak saat makan di luar, sebaiknya hindari semua hidangan dengan telur mentah atau setengah matang di restoran.
Produk yang dijual di toko, seperti mayones di rak belanja, harus dibuat dengan telur yang dipasteurisasi, sehingga aman dikonsumsi. Produk telur yang cair, dibekukan, dan dikeringkan juga harus dipasteurisasi. Namun, untuk lebih amannya, Departemen Pertanian Amerika Serikat merekomendasikan kepada ibu hamil untuk hanya mengonsumsi produk telur dalam hidangan yang telah dimasak.
Ilustrasi mengocok telur ayam (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengocok telur ayam (Foto: Shutterstock)
Telur yang dimasak, dipasteurisasi atau tidak, juga dapat berisiko jika Moms tidak langsung memakannya, meskipun disimpan di kulkas. Makanan apa pun yang tidak ditangani atau didinginkan dengan benar, termasuk telur, dapat menyimpan bakteri yang menyebabkan penyakit yang disebut listeriosis, yang dapat menyebabkan keguguran, kelahiran mati, atau persalinan prematur.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah listeriosis, praktikkan penanganan dan penyimpanan makanan yang aman, dan makan sisa makanan sesegera mungkin. Masak hidangan apa pun yang dibuat dengan telur (seperti quiche atau souffle) hingga sekitar 70 derajat Celsius dan panaskan hidangan yang sudah dimasak sebelumnya ke suhu itu sesaat sebelum Moms memakannya. Jika Moms tidak memiliki termometer, pastikan makanannya mengepul.
Moms juga harus mewaspadai makanan yang dikirimkan ke rumah (delivery). Jangan makan makanan delivery seperti deviled eggs dan salad dengan komposisi telur, kecuali Moms yakin bahwa makanan tersebut telah disiapkan dengan aman (dimasak dengan matang, misalnya). Tindakan paling aman adalah membuat makanan ini di rumah, sehingga Moms tahu telur-telur tersebut sudah dimasak dan ditangani dengan langkah-langkah keamanan makanan yang tepat.
ADVERTISEMENT
Semoga bermanfaat.
By: Babyologist Editor
Copyright by Babyologist