Konten dari Pengguna

Anakku, Atresia Ani Litte Fighter

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
27 April 2019 14:26 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat menjalani kehamilan, pernahkah Moms berpikir dan membayangkan bagaimana buah hati Moms terlahir nantinya? Apakah akan seperti ayahnya, atau seperti kita ibunya? Akankah mereka terlahir putih, kuning langsat atau dengan warna kulit yang eksotis? Kita pasti akan membayangkan hal-hal bagus tentang kelahiran si buah hati kan Moms? Lalu pernahkah Moms membayangkan bagaimana jika buah hati Moms terlahir dengan kekurangan? Nah inilah yang saya alami saat ini, Moms. 
ADVERTISEMENT
Saat kehamilan anak ke-4, saya tidak pernah terpikir akan melahirkan seorang anak dengan kekurangannya, yang ada di bayangan saya adalah ia sehat seperti ketiga kakaknya. Tapi kenyataannya justru ia terlahir dengan diagnosa atresia ani.
Tahukah Moms apa itu atresia ani? Atresia ani adalah tidak adanya lubang anus pada bayi baru lahir. Untuk sebagian kasus, usus kecil yang terhubung ke arah lubang anus tidak sampai atau bahkan buntu, dan harus melalui beberapa tahap operasi. Inilah yang terjadi pada anak saya, di mana ia harus menjalani operasi pertamanya di usia 1 hari 5 jam. Bayangkan bagaimana perasaan Moms melihat bayi sekecil itu harus melalui berbagai sayatan dan jahitan untuk membuat stoma di perutnya agar ia bisa buang air besar?  Remuk dan pedih tentunya ya Moms. Di sinilah awal saya pun terkena postpartum syndrome distress atau baby blues
ADVERTISEMENT
Namun itu belum selesai Moms, perawatan ekstra steril di rumah, drama pasang kolostomi bag dan cuci kantong yang melelahkan bahkan kadang menguras air mata saya dengan kondisi saya saat itu. Masih ada operasi kedua di usianya yang ke-6 bulan, yaitu untuk pembuatan lubang anusnya, dan operasi ketiga di usianya yang ke-10 bulan untuk tutup stoma dan sambung ususnya.
Perjalanan panjang itu sudah dilalui anak ke-4 saya, banyak tetesan air mata untuk merawatnya. Tapi dia sungguh anak yang hebat dan luar biasa untuk saya. Bahkan saat saya sedih dan menangis, dia justru tersenyum dan tertawa untuk menghibur saya. Bahkan terkadang tangan mungilnya membelai pipi saya. Dalam hati saya meminta maaf, karena pernah menyakitinya.
ADVERTISEMENT
So Moms, syukuri apa pun kondisi anak kita, entah itu ia hitam atau putih, mancung atau pesek, bermata sipit atau seperti kelereng, selama mereka sehat itu sudah cukup. Jangan dengarkan apa kata orang tentang anak-anak kita, karena mereka adalah anugerah untuk kita orang tuanya. 
 
Semoga bermanfaat.
By: Devi Nuryanti via Babyologist