Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Cerita Pengalaman Melahirkan Mom Monicha
27 Maret 2019 12:17 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hai Moms, saya mau berbagi lagi pengalaman saya melahirkan, dan pentingnya psikis yang baik saat melahirkan.
ADVERTISEMENT
Pada 10 Januari 2019, tepat 22 bulan sebelumnya, saya melahirkan anak saya yaitu Muhammad Hafizh A.L. (yaa 2 yang akan datang ia akan masuk usia 2 tahun, harapan dan doa saya adalah dia selalu sehat-sehat).
Jadi saya kerja dan tinggal di Tangerang, dan orang tua tinggal di Boyolali Solo. Saya maunya melahirkan dekat dengan orang tua kandung, tidak tau kenapa, mungkin seperti itu yaa anak melahirkan mau dekat dengan orang tua, supaya merasa nyaman dan aman. Akhirnya saya cuti melahirkan di usia kehamilan 38 minggu, karena sudah hamil besar jadi tidak bisa naik pesawat, saya dan suami naik kereta api ke rumah orang tua. Sebelumnya saya sudah browsing dan cari tau tentang rumah sakit dan dokter yang recommended di Surakarta, dan yang pasti rumah sakit yang bisa terima jaminan perusahaan dari kantor tempat saya bekerja.
ADVERTISEMENT
Oke akhirnya tiba di Solobalapan malam-malam dan dijemput papa, suami cuti sebentar karena cuti lama maunya diambil pas lahiran. Suami akhirnya abis cuti dan balik ke Jakarta, saya sama orang tua dan adik. Saya lewatin hari-hari dengan santai, nonton tv, ngobrol sama orang tua, jalan-jalan ke mall, jalan-jalan keliling rumah, dan lain-lain. Saya juga sudah dapat rumah sakit pilihan, yaitu di Rumah Sakit Hermina Solo dengan dr Sri Purwatiningsih, SpOG. Beliau dokter yang pro normal, pro ASI, sabar, ramah dan Muslimah pastinya. Saya control dengan beliau dan berusaha menceritakan segala kronologi medis saya di Jakarta.
Sampai suatu saat suami sudah ambil cuti pajang, udh 39 Minggu, saya dan suami inisiatif ke Bidan dekat rumah. Dan di sana saya cek dalam, dan katanya bidan bayinya masih tinggi, belum masuk panggul. Oh iya sebelumnya sih kalau setiap kontrol, dokter selalu bilang anak saya lebih besar seminggu dari usianya.
ADVERTISEMENT
Karena belum masuk panggul, saya dan suami rajin jalan pagi sambil berjemur matahari, sampe gobyos karena jalannya jauh banget hehe dan suami bilang kalau pengen anaknya lahir Hari Jumat aja, karena bagus dalam Islam.
Sampe sehari sebelum HPL sudah harap-harap cemas lah tuh, kenapa ini belum tanda-tanda ada kontraksi ya, dan pas HPL tgl 8 Maret 2017 jam 17.00 WIB saya seperti mulai merasakan gelombang kontraksi. Makin malem makin jadi, jam 23.00 WIB saya tidak tahan sampe nangis bilang sama suami sakitnya kontraksi, akhirnya jam 23.30 WIB bangunin mama papa, bilang kalau sepertinya sudah kontraksi, dan kami langsung bersiap-siap ke Rumah Sakit Hermina Solo.
Sampai rumah sakit jam 01.00 WIB tgl 9 Maret 2017. Masuk UGD dan ngurus administrasi, akhirnya saya dioper ke Ruang Bersalin, dan diperiksa oleh bidan baru Bukaan 1 (berarti dari jam 5 Sore kemarin baru Bukaan 1). Sampai jam 17.00 WIB saya baru bukaan 6, dan dokter memang selalu datang buat cek bukaan. Selama menunggu bukaan naik, saya jalan-jalan, tapi saat bukaan 8, saya sudah harus tiduran di kasur. Saat itu saya sudah nanya suster terkait suntikan penghilang rasa sakit saat kontraksi (tanda-tanda sudah nyerah hehe), ternyata kata suster mesti di bawah bukaan 5.
ADVERTISEMENT
Dan jam 23.00 WIB saya dicek udah bukaan 9, sehingga perkiraan dokter akan lahir malam nanti.
Hari Jumat tanggal 10 Maret 2017 Jam 02.00 WIB sepertinya kontraksi makin jadi. Dokter ga datang-datang, saya sudah teriak-teriak sama bidan dan suster nanyain dokter, ternyata dokter lagi nolongin yang lahiran juga di ruangan sebelah. Jam 02.30 WIB dokter datang, dan cek dalam, dokter bilang sudah bukaan 10 (Alhamdulillah), semua peralatan bersalin udh disiapin. Tapi dokter memberikan kabar buruk, kalau beliau pegang kening bayi, bukan ubun-ubun kepala, dan masih tinggi. Akhirnya saya bilang “terus gimana dok?” dokter jawab “harus Caesar”, dengan perasaan makin panik dan tenaga sudah lemes karrna ga tidur 2 malem saya jawab “iya dok SC aja” padahal suami belum jawab apa-apa.
ADVERTISEMENT
Ok, suami ngurus administrasi, dan saya ditemenin mama di kamar bersalin (selama proses di kamar bersalin, ditemani oleh suami, mama, papa, dan adik kecil). Saat itu saya sudah panik minta ampun, kontraksi 2 menit sekali, dan saya mesti nungguin persiapan ruang operasi dan dokter anastesi yang sedang otw dari rumahnya. Di situ saya sudah teriak-teriak manggil suster dan bidan, panik bukan main, dan air ketuban pecah, saya bilang mama, dan manggil suster (suster bilang sudah hijau air ketubannya).
Akhirnya tiba saya akan dibawa ke ruang operasi, tapi saya harus pindah tempat tidur, saya tidak sanggup angkat badan karena dibarengi dengan kontraksi 2 menit sekali. Tapi suster meyakinkan kalau kontraksi akan makin sering kalau saya tidak cepat pindah. Ok saya pindah temapt tidur dan disuruh ganti pakaian pasien operasi. Di ruang operasi saya tidak boleh ditemani suami, sehingga saya sampai bilang sama suster supaya jangan tinggalin saya sendirian.
ADVERTISEMENT
Dokter sudah siap, termasuk dokter Obgyn dan Anestesi, saya harus suntik Spinal (semacem suntik bius di punggung), dan saya harus bangun, duduk buat disunti, di situ saya mulai protes. Saya bilang “dok bukannya saya tiduran aja ya?” Dokter bilang “ga bisa bu, harus duduk, nanti obatnya ga bekerja baik”
Saya ditindak oleh dokter dan para petugas medis di meja operasi, dan saya ga bisa nafas bahkan ngomong aja ga bisa, saya berusaha keras bilang ke dokter anastesi di samping saya “Dok, saya ga bisa nafas” dokter bilang “oya bu? Saya kasi masker oksigen ya bu”
Selama dikasi masker oksigen saya rasa juga sama ga bisa nafas, dan dokter bilang karena saya panik dan lelah jadi itu efek obat biusnya sampai ke kepala.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah anak saya lahir berkelamin laki-laki dan nangis kencang pada hari Jumat 10 Maret 2017 jam 04.15 WIB beberapa menit sebelum Adzan Subuh dengan berat 3.962 gr panjang 50 cm setelah 34 Jam Kontraksi sampai bukaan 10, dan pada usia kandungan 40 minggu lebih 2 hari.
Saya disodorin anak saya untuk nyium dia, tapi kepala sudah ga bisa gerak, dan akhirnya dibantuin dokter anastesi. Pertanyaan saya “dok gimana anak saya? Sehat?” dokter Cuma bilang “sehat bu, skrg ibu istirahat ya”. Dan saya tertidur lelap.
Anak saya lahir tepat hari Jumat sesuai dengan ucapan suami dan pantas aja dia ga masuk panggul, ukuran tubuhnya tergolong besar hehe
Semoga bermanfaat.
By: Monicha Sari virginia
ADVERTISEMENT
Copyright by Babyologist
Paus Fransiskus wafat di usia 88 tahun pada Senin pagi (21/4) akibat stroke dan gagal jantung. Vatikan menetapkan Sabtu (26/4) sebagai hari pemakaman, yang akan berlangsung di alun-alun Basilika Santo Petrus pukul 10.00 pagi waktu setempat.