Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Jangan Sepelekan Benjolan
28 September 2019 20:06 WIB
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jangan Sepelekan Benjolan
ADVERTISEMENT
Hallo mommies!
Saya mau cerita tentang si sulung. Sebenarnya kejadian ini sudah 2 tahun yang lalu. Saya bagikan disini supaya bisa menjadi pelajaran buat mommy yang membacanya. Semoga bisa diambil hikmahnya.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu saya tidak curiga sama sekali dengan benjolan di paha sebelah kanan anak saya. Saya pikir itu biasa efek vaksinasi dan konsul ke DSA pun jawabannya seperti itu. Dianjurkan untuk dikompres saja. Kejadiannya pas anak saya masih berusia hitungan bulan (tepatnya saya lupa). Saya kompres tapi tidak rutin setiap hari, saya berpikir nanti juga kempes sendiri.
Pas umur anak saya satu tahun kok benjolannya tidak kempes juga. Konsul lagi ke DSA, lagi-lagi dengan jawabannya yang sama. Oke, berarti tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sampai menginjak umur 2 tahun masih tidak kempes juga. Periksa kembali ke DSA. Kali ini mendapat jawaban yang berbeda. "Bu, ini mah dalamnya ada isinya harus dikeluarkan" begitu kata dokter. Deg, seketika rasa khawatir muncul kembali.
ADVERTISEMENT
Dokter menjelaskan kemungkinan ini bukan nanah, karena kalau nanah pasti keluar. Isinya sesuatu yang lain, begitu kata dokter. Lalu dokter memberikan rujukan dokter bedah anak terbaik di kota Bandung.
Singkat cerita kami konsul dengan dokter bedah anak. Kami disuruh untuk rontgen dada/thorax, USG paha dan cek darah. Setelah itu, baru konsul kembali. Setelah ada hasilnya kami konsul kembali ke dokter bedah anak di RS berbeda (karena biaya konsulnya lebih murah). Hasil rontgen dadanya bagus dan darahnya juga bagus. USG pahanya memang ada isinya saya lupa apa namanya, yang dihasilkan oleh bakteri penyebab TB. Nah, pada saat kontrol kedua ini dari benjolan nya itu sudah keluar "sesuatu" yang berwarna kuning teksturnya seperti keju mozzarella.
ADVERTISEMENT
Lalu dokter menanyakan mau operasi di RS mana. Kami sepakat untuk di operasi di RS swasta pas konsul awal. Beberapa hari kemudian kami datang ke RS dengan percaya diri mau minta jadwal operasi. Suster menanyakan surat dari dokternya sedangkan kami tidak membawa apa-apa dari dokternya. Lalu susternya menelepon dokternya dan menanyakan perihal ini. Kami pun bertanya mengenai biaya yang harus kami siapkan. Bagaikan petir di siang bolong kami kaget dengan biaya yang harus kami siapkan sampai puluhan juta seharga motor baru.
Hopeless, itu yang kami rasakan saat itu. Bingung, harus bagaimana mendapatkan uang sebanyak itu. Akhirnya kami cari tahu biaya operasi di RS pemerintah. Ternyata biayanya jauh lebih terjangkau. Tapi, sedihnya harus menunggu selama 1 tahun. Dikarenakan ruangannya sudah penuh.
ADVERTISEMENT
Kami pulang dengan lemas, setelah bolak-balik rumah sakit. Kami berdoa mohon petunjuk Allah ta'ala. Akhirnya, saya dan suami sepakat untuk ganti dokter. Sedangkan kondisi anak saya pada saat itu benjolnya sudah banyak mengeluarkan isinya, tapi dia tidak merasakan sakit. Oh iya, benjolannya itu sebesar telur ayam.
Konsul pertama dengan dokter baru langsung deal mau operasi. Pukul 18.00 sore anak saya dioperasi. Alhamdulillah berjalan lancar. Ketika terbangun anak saya langsung nangis, masih dalam pengaruh obat bius. Alhamdulillah cuma menginap semalam besoknya sudah boleh pulang.
Ketika kontrol pasca operasi diperlihatkan hasil lab nya. Ternyata positif TB dan harus menjalankan pengobatan minimal 6 bulan. Anak saya menjalani pengobatan selama 9 bulan karena ini bakteri nya menyerang jaringan jadi lebih lama pengobatannya.
ADVERTISEMENT
Tiap bulan kami kontrol ke dsa dan menebus obatnya. Alhamdulillah selama 6 bulan biaya untuk obat nya gratis dari pemerintah, kami hanya bayar biaya konsul dokter. Setelah itu, selama 3 bulan kami menebus obat dengan biaya sendiri. Selama 9 bulan pengobatan pasti di awal ada drama anak susah minum obat. Alhamdulillah semua itu terlewati dengan baik dan pengobatannya tuntas selama 9 bulan. Good job, Boy!
Hati kami tenang. Syukur alhamdulillah benjolannya tidak kambuh. Sekarang anak saya sudah berusia 4 tahun. Semoga cerita ini bisa diambil manfaatnya ya.