Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ulama yang Menimba Ilmu di Samudera Pasai dan di Jawa Masa Sultan Malik Al-Saleh
19 Desember 2022 15:04 WIB
Tulisan dari Bagas Kusumaraharja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapakah Sultan Malik Al-Saleh?
Sebagaimana kita tahu bahwa Sultan Malik Al-Saleh adalah seorang pemimpin kerajaan Samudera Pasai yang pertama. Beliau merupakan putra Batak Gayo, bekas prajurit kesultanan Daya Pasai, pada mulanya beliau bernama Meurah Silu dan belum beragama Islam(Sejarah Peradaban Islam Abad Pertengahan di Indonesia, 2017: 3). kemudian ia diIslamkan oleh Syeikh Ismail, seorang ulama dari Makkah, yang memberinya nama Sultan Malik Al-Saleh atau Malik Ash-Soleh.
ADVERTISEMENT
Letak Kerajaan
Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang muncul pada abad pertengahan yaitu pada tahun 1267 M, yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, sekitar kota Lhokseumawe, Aceh Utara Provinsi Aceh, Indonesia saat ini(Kerajaan Samudera Pasai, Wahyu Widiyatmiko: 1). Banyaknya pengaruh kekuasaan yang dimiliki Sultan Malik Al-Saleh, Islam bisa berkembang luas di wilayah Nusantara hingga ke negeri-negeri lainnya di kawasan Asia Tenggara. salah satu kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran islam di Indonesia atau Nusantara yaitu di bidang perdagangan yang terletak di pesisir(pusat perdagangan).
Para Ulama Menimba Ilmu di Samudera Pasai dan Jawa
Setelah masuknya Islam di kerajaan Samudera Pasai, maka Samudera Pasai bermazhab Syafi'i dan menghilangkan Syi'ah(Sejarah peradaban Islam abad pertengahan di Indonesia, 2017: 6). Bukti berikutnya Samudera Pasai berkontribusi dalam islamisasi yaitu banyak ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Samudera Pasai.
ADVERTISEMENT
Menurut tradisi, Wali Songo merupakan bukti eratnya hubungan antara Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Pulau Jawa. Konon, Sunan Kalijaga merupakan menantu Maulana Ishak, Sultan Pasai. Selain itu, Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di wilayah Cirebon serta Banten, menurut tradisi putera daerah Pasai.
Juga sejumlah bangsawan Aceh ikut pindah ke Majapahit (berdiri 1296 M) dan kelak menjadi penyebar agama Islam pertama di Jawa. Antara lain adik Putri Champa bernama Pangeran Makhdum yang nantinya dikenal sebagai Sunan Ampel. Dengan izin kakak iparnya Raja Majapahit yang masih beragama Hindu, Makhdum diizinkan membuka pesantren. Izin tersebut diberikan agar dia bersedia menetap di Jawa dan kakaknya tidak merasa kesepian. Makhdum memilih Desa Ampel Gading di pinggir Sungai Mas, Surabaya, dan kemudian menjadi salah seorang Wali.
ADVERTISEMENT
Selain ulama-ulama yang berasal dari Jawa dan Pasai yang menyebarkan Islam, terdapat pula seorang ulama penyebar Islam di Afrika Selatan yang berasal dari Makassar, yakni Syekh Yusuf yang merupakan seorang sufi, juga pernah menimba ilmu di Pasai. Data ini membuktikan bahwa meskipun zaman itu masih belum canggih, namun sudah terjalin jaringan intelektual antara Aceh dan Jawa dan juga dengan seluruh Nusantara(Menelusuri tinggalan Arkeologi Kesultanan Samudera Pasai, Budi Sulistiono, 2015: 3).
Makam Malik Al-Saleh
Semenjak beliau memeluk agama Islam maka sistem pemerintahan yang dijalankan menganut ajaran-ajaran agama yang beliau anut yaitu agama Islam. Setelah Sultan Malik Al-Saleh meninggal tahun 1927 M, sebagai waktu berdirinya kerajaan Samudera Pasai dalam nisan berbahasa Arab. Makamnya terletak di desa Beuringen, Kec. Samudera letaknya kurang lebih 17 km sebelah timur kota Lhokseumawe(Kerajaan Samudera Pasai, Wahyu Widiyatmiko: 8).
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Jadi begitulah sejarah singkat para ulama yang menimba ilmu pada masa Sultan Malik Al-Saleh. Khususnya hubungan antara Samudera Pasai dengan Jawa, yang merupakan hasil dari perjuangan dan pengorbanan para ulama-ulama untuk berdakwah dijalan Allah, menyebarluaskan agama Islam, agama yang Rahmatan lil’alamin, agama untuk semua alam dan makhluknya, serta kita meyakini bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna dan diridhoi Allah Subhanahu wa ta’ala. sehingga sampai saat ini, kita bisa merasakan nikmatnya Islam, Iman, berkat izin Allah yang diperantarakan oleh para ulama-ulama terdahulu. maka dari itu kita wajib bersyukur kepada Allah, atas perjuangan dan pengorbanan mereka dengan mendoakan dan meneladaninya.