Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Motivasi Ketika Jalan Hidup Tak Mulus, Tapi Tetap Harus Lanjut!
5 Maret 2025 11:53 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Balyan Firjatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Rasanya kalau ditanya, hidup ini bakal selalu mulus aja ga ya? hidup ini gampang ga ya dijalaninnya? Jawabannya udah jelas, engga dong! Tapi ya gapapa, justru itulah seni kehidupan. Pada tulisan kali ini, aku mau sedikit ceritain gimana sih salah satu perjalanan yang menjadi fase spektakuler dari hidupku.
ADVERTISEMENT
Waktu itu aku duduk di bangku SMA, lagi masa kelas 12 pas sibuk-sibuknya ngerjain banyak tugas dan projek tapi di satu sisi juga harus mikirin buat ke depannya mau gimana. Alhamdulillah pada saat menerima pengumuman kuota SNBP (Seleksi Nasional Berbasis Prestasi) namaku masuk ke dalam salah satu kuota pesertanya. Aku merasa senang sekali, karena ini adalah cara masuk perguruan tinggi yang paling banyak diinginkan oleh banyak orang, kenapa? jelas karena ga perlu ada proses pengerjaan sesuatu, tinggal daftar dan milih jurusan yang dituju apa, sehabis itu tunggu pengumannya deh.
Pemilihan jurusan serta kampus mana yang ingin dituju dalam SNBP bukan merupakan hal yang mudah. Aku harus memertimbangkan dari berbagai macam sisi, mulai dari bagaimana track record sekolah di kampus tersebut, apakah nilaiku rasional untuk masuk ke jurusan dan kampus tersebut, apakah aku ada prestasi penunjang yang dapat didaftarkan, dan bagaimana persaingan bahkan dengan teman satu sekolah lainnya. Seringkali diriku bersama teman-teman konsultasi ke ruangan BK bertemu dengan guru BK untuk mencari tahu bagaimana baiknya untuk kami memilih jurusan dan universitas agar mendapatkan kesempatan besar untuk diterima.
ADVERTISEMENT
Aku merasa dilema dalam memanfaatkan kesempatan ini, apakah aku harus optimis atau realistis? Kesempatan masuk perguruan tinggi lewat jalur SNBP bukan merupakan hal yang bisa didapatkan oleh semua orang, ini merupakan kesempatan emas bagiku untuk bisa melaju ke perguruan tinggi, pikirku waktu itu. Setelah berbagai konsultasi, akhirnya aku memantapkan diri untuk memilih pilihan yang realistis tapi juga sesuai dengan minat yang aku mau.
Waktu itu aku ingat sekali, kalau pengumuman jalur SNBP ini ada di bulan puasa, di minggu pertama bulan puasa. Meskipun jujur aku sangat berharap bisa masuk melewati jalur ini, aku tetap berusaha memersiapkan diriku untuk masuk melewati jalur lainnya, yakni jalur SNBT (Seleksi Nasional Berbasis Tes) UTBK. Perlahan-lahan aku belajar sedikit demi sedikit guna memersiapkan diriku terhadap kemungkinan terburuk yang bisa aku dapat.
ADVERTISEMENT
Kalau boleh jujur, waktu itu sembari aku menunggu pengumuman SNBP, aku mempunyai firasat bahwa hal yang aku inginkan ini tidak akan mudah tercapai. Feelingku diperkuat dengan beberapa kali selama masa ini, aku mengalami kejadian yang tidak mengenakan, seperti aku yang tiba-tiba sering ada hambatan di jalan yang mengakibatkan aku terlambat masuk sekolah, ada musibah terkait kendaraan yang dipakai oleh ayahku, ada musibah yang menimpa keluargaku, dan lain-lain. Semua peristiwa itu terjadi seperti sebuah rangkaian kereta, seolah-olah aku berada disebuah persimpangan kereta yang menunggu untuk bisa melewati persimpangan tersebut karena ada kereta yang sedang berjalan. Sampai di suatu titik, aku merasa kalau aku akan mendapatkan satu tantangan yang paling berat sebelum akhirnya aku bisa berhasil.
ADVERTISEMENT
Aku terus menunggu dan memersiapkan diriku sehingga sampailah pada hari pengumuman. Hasil dari seleksi tersebut diumumkan pada pukul 3 sore secara serentak. Aku yang berdiskusi bersama teman-teman akhirnya mulai mendapatkan kabar dari mereka tentang bagaimana hasil dari pengumumannya. Aku sangat senang melihat ada teman kelasku dan teman baikku bisa lolos dalam seleksi ini. Rasanya bangga sekali, tapi bagaimana dengan diriku? Apakah perasaan senang dan bangga ini juga bisa aku rasakan pada diriku sendiri? Ternyata tidak. Setelah aku Shalat Ashar, aku membuka pengumuman tersebut di depan ibuku sambil meminta restu, ternyata hasilnya aku ditolak. Aku tidak merasakan apa-apa pada saat itu, hanya memandangi layar dan berkata “Yaudah gapapa” pada diriku sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa perasaan kecewa mengaliri diriku, salah satu mimpiku pupus. Aku memutuskan untuk rehat selama satu hari untuk menjernihkan pikiranku.
ADVERTISEMENT
Selama menjernihkan pikiran, aku berusaha untuk introspeksi diri apakah ada yang kurang dari yang aku lakukan, atau apakah ada yang salah dari yang aku usahakan. Pada saat itu, aku kembali terfikirkan tentang perasaanku yang mengatakan kalau ada satu tantangan paling berat sebelum akhirnya aku bisa berhasil, awalnya aku pikir perasaanku salah karena tidak ada kejadian apapun yang terjadi sampai hari pengumuman. Namun, aku tersadar kalau sebenarnya tantangan paling berat adalah justru ketidaklulusanku itu pada seleksi SNBP. Aku tersadar dan memang mungkin sudah rezeki dan jalanku untuk berusaha lebih terlebih dahulu sebelum mencapai apa yang aku impikan.
Aku mulai belajar dengan rutin untuk mendapatkan skor terbaik dari UTBK dan bisa lolos di jurusan dan universitas yang aku inginkan. Saat itu sedang bulan puasa, setelah sahur aku ibadah dan istirahat sejenak, lalu bangun dan mulai belajar pukul 9 pagi. Aku belajar sampai pukul 12 siang dan setelahnya istirahat. Dilanjutkan kembali pada pukul 1 sampai Ashar. Setelah itu istirahat dan melakukan pengingatan pelajaran pada malam harinya. Aku melakukan aktivitas rutin itu selama satu bulan lebih, sampai aku sendiri sudah lelah rasanya untuk belajar. Sembari belajar, aku juga memerkuat ibadahku sebagai salah satu jalan agar doa dan pilihanku diridhai dan bisa terwujud.
ADVERTISEMENT
Rasanya semua ini tidak mudah, aku berulang kali belajar sesuatu yang sebenarnya aku sendiripun tidak paham bagaimana maksudnya. Namun, aku tidak bisa menyerah karena ada impian diriku dan orang tuaku yang aku perjuangkan. Setelah sekian purnama, akhirnya tiba pada saat hari pelaksanaan ujian. Aku pergi ke salah satu universitas ditemani oleh kedua orang tuaku. Aku meminta restu dan kelancaran untuk mengerjakan agar bisa diberikan hasil yang terbaik. Aku mengerjakan sebaik yang diriku bisa dan akhirnya aku dinyatakan lulus berdasarkan hasil tes tersebut.
Perjalanan ini merupakan fase yang spektakuler dalam hidupku. Aku merasa bahwa memang segala sesuatu dalam hidup kita pasti tidak sesuai dengan keinginan kita. Rasanya terkadang susah untuk menerima kenyataan tersebut dan merasa jika kenapa kita harus ada dalam keadaan seperti ini? Tapi justru itulah dinamikanya, seninya berkehidupan. Jika kita selalu hidup dalam kenyamanan, keamanan, tidak ada gejolak yang kita rasakan untuk mau lebih mengusahakan sesuatu kedepannya. Sebab justru, semangat juang bisa jadi faktor utama penentu keberhasilan dari suatu usaha. Semakin tinggi semangat juang, maka semakin tinggi kegigihan kita dalam mengejar sesuatu. Orang yang berbakat akan kalah dengan orang yang giat untuk selalu berusaha, itulah kuncinya.
ADVERTISEMENT
Setiap fase dalam perjalanan hidup kita pasti memiliki makna dan hikmahnya masing-masing. Selalu nikmati proses perjalanannya karena inilah yang menjadi cerita dan melukis bagaimana diri kita untuk kedepannya. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk semua orang yang membaca dan tengah berjuang dalam perjalanan hidupnya. Semangat ya semuanya!