Bau Belerang Tangkuban Parahu Tercium Hingga Kota Cimahi

Konten Media Partner
12 September 2019 13:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tangkap layar akun instagram info_cimahi
zoom-in-whitePerbesar
Tangkap layar akun instagram info_cimahi
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Sejumlah warga Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat mengaku mencium bau belerang cukup pekat pada Rabu (11/9) sore. Mereka menduga bau belerang itu bersumber dari erupsi Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu.
ADVERTISEMENT
Sebagian warga mengaku cemas dan siap mengemasi barang-barangnya, waspada dengan kemungkinan meningkatnya aktivitas gunung tersebut yang hingga kini masih berstatus waspada. Sebagian warga membahasnya di grup whatsapp dan ada juga yang mengunggahnya di status media sosial mereka.
“Laa haula wa laa quwwata illaa billah Mohon doanya, udara sore hingga malam ini dipenuhi bau belerang,” tulis Dyah Prameswarie, warga Cimahi Utara pada status Facebook miliknya, Rabu (11/9). Menurut Dyah, di sudah tinggal di kawasan itu sejak tahun 1992 dan memang sering tercium bau belerang. “Sejak status Tangkuban Parahu meningkat, baru kali ini baunya lebih intens,” tulisnya.
Namun berbeda dengan Dyah, Martha, warga Kota Cimahi lainnya mengaku tidak mencium adanya perubahan bau belerang. Meskipun menurut Warga Komplek Raya Estate itu bau belerang sempat menjadi pembicaraan di kalangan tetangga dan grup whatsapp sekolah anaknya.
ADVERTISEMENT
Sumber: media sosial Facebook
Berkaitan dengan adanya informasi tersebut, tim Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) segera melakukan pengecekan lapangan. Pengecekan dilakukan dengan mengukur gas di sekitar Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu.
"Hasil pengukuran menunjukkan belum adanya indikasi peningkatan konsentrasi gas CO2, SO2 yang signifikan," kata Kepala PVMBG Kasbani dalam keterangan tertulis yang diterima Bandungkiwari.com.
Kasbani juga menyebutkan, hasil pengamatan di bibir Kawah Ratu pada 11 September 2019 pukul 21.30 WIB, dapat teramati asap dengan konsentrasi sedang hingga tebal setinggi sekitar 180 meter di atas permukaan kawah.
Kolom erupsi tidak teramati namun tercium bau belerang yang cukup menyengat disertai suara gemuruh dengan intensitas sedang. Sedangkan hasil pengamatan gas dengan Drager terukur konsentrasi CO2 sebesar 0,020 vol% dan SO2 4,6 ppm.
ADVERTISEMENT
Sehingga, lanjut Kasbani, konsentrasi gas-gas tersebut masih relatif lebih kecil dari hasil pengukuran sebelumnya yaitu pada 1 Agustus 2019. "Pemantauan suhu kawah dengan thermacam juga belum menunjukkan adanya peningkatan suhu. Amplitudo tremor yang terekam pada saat ini dominan sekitar 25 mm," ujarnya.
Kasbani menyimpulkan bahwa terciumnya gas pada jarak yang relatif jauh dimungkinkan karena tiupan angin yang cukup kencang dominan ke arah Selatan-Barat Daya yaitu lokasi di mana Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat berada.
Status Gunung Tangkuban Parahu saat ini masih berada di Level II (Waspada) dengan rekomendasi jarak bahaya di dalam radius 1,5 kilometer dari kawah.
PVMBG-Badan Geologi mengimbau agar masyarakat yang berada di luar radius 1,5 kilometer agar tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa namun tetap mengikuti perkembangan aktivitas gunungapi dari PVMBG dan Pemerintah Daerah/BPBD setempat. (Akbar/Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT