Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Catatan Visual Bandung Internasional Arts Festival #4
30 Juli 2018 15:36 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Sebanyak 2.513 penari menarikan tarian Daun Pulus Keser Bojong di area CFD Dago pada acara BIAF #4. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Helaran Bandung Internasional Arts Festival (BIAF) #4 telah usai. Sejumlah tempat menjadi saksi bagaimana tubuh-tubuh lokal dan internasional telah berkisah menyampaikan pesan yang berkelindan.
Tubuh-tubuh gemulai dan kaku itu berbahasa sama menafsirkan lingkungan sebagai pijakan bergerak untuk menuturkan pentingnya doa dan alam sebagai wacana kegelisahan bersama.
Gelaran kali ke-4 yang diselenggarakan Masyarakat Seni Tradisi Indonesia (Masri) sejak 27 sampai 29 Juli 2018 memang mengusung tema doa dan alam.
Para seniman lintas seni dari dalam dan luar negeri mengikuti acara penutupan BIAF #4 di kawasan Curug Templek. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Doa dan alam menjadi pola ungkap untuk mengingatkan bahwa doa dan alam, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ungkapan seni tradisi agraris nan sarat dengan nilai-nilai spiritulitasnya sangat kental mengingat hubungannya dengan leluhur dan lingkungan alamnya.
Selain memaknai kembali doa dan alam yang menjadi bahasa kesemestaan penghuni dunia, gelaran BIAF pun tidak melupakan pentingnya menghormati tokoh seni yang memiliki kontribusi dan dedikasi untuk perkembangan Jaipong; Gugum Gumbira.
Nani Losari tampil membawakan tarian Topeng Losari pada acara BIAF #4 di kawasan River Spot Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Tidak tanggung, sepanjang kegiatan Car Fre Day di kawasan Dago sebanyak 2.513 penari dari bocah sampai orangtua menarikan tarian Daun Pulus Kese Bojong.
Penari Iing Sayuti dari Indramayu tampil membawakan tarian berjudul Taksu pada kegiatan BIAF #4. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Mereka bersama melafalkan cinta dalam gerak, sekaligus mengenang kembali jasa Gugum Gumbira yang telah menghadirkan tari Jaipong sampai menjadi identitas kultural masyarakat Sunda sampai saat ini.
Dua seniman mancanagara Takeshi Takeguchi dari Jepang (kiri) dan Tony Yap dari Australia (kanan) berkolaborasi pada acara BIAF #4 di kawasan Curug Templek. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Tiga hari berjalan, kegiatan BIAF telah memberikan impresi kepada seluruh peserta dan publik yang terlibat maupun tersentuh paparan pesan simbolik, untuk mengingat kembali identitas manusia yang tidak lepas dari doa dan alam.
Seniman mancanegara tampil pada acara BIAF #4 di kawasan River Spot Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Doa dan alam tentu dua aspek yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, karena dua aspek tersebut pada akhirnya mengingatkan kita akan pada pemilik doa dan alam itu sendiri.
Maka tidaklah mengherankan apabila Jalaluddin Rumi mengatakan “Kau senantiasa menari di dalam hatiku, meski tak seorang pun melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu”. (Agus Bebeng)