Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Debat Pilgub Jabar, Seru, Serius dan Lucu
13 Maret 2018 9:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Suasana debat Pilgub Jabar di Gedung Sabuga, Bandung, Senin (12/3/2018) malam. (Foto: Utara Jaya)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Debat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yang diselenggarakan pada Senin (12/3/2018) malam di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) berlangsung seru, serius dan lucu. Empat pasangan calon menyampaikan janji-janji dan program kerja secara serius tapi diselingi beberapa pernyataan lucu dan didukung keseruan para pendukung mereka.
Debat yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah Jawa Barat (KPUD Jabar) bekerja sama dengan Kompas TV ini dimulai sekitar pukul 19.00 WIB dan berlangsung dalam lima segmen.
Keempat pasangan hadir dengan kostum berbeda. Pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil - Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) mengenakan kostum berbeda. Ridwan Kami mengenakan jas tanpa dasi serta peci hitam, sedangkan Uu mengenakan baju koko putih lengkap dengan peci putih dan sorban hijau.
ADVERTISEMENT
Pasangan nomor urut 2, Tubagus Hasanuddin - Anton Charliyan (Hasanah) mengenakan pakaian yang sama, pakaian formal berupa jas lengkap dengan dasi. Adapun pasangan nomor urut 3 Sudrajat - Ahmad Syaikhu (Asyik) tampil dengan pakaian kemeja berwarna putih. Sedangakan pasangan nomor urut 4 Deddy Mizwar - Dedi Mulyadi mengenakan kemeja putih. Dedi Mulyadi membalut kemejanya dengan jaket hitam dan tak lupa yang menjadi ciri khasnya adalah ikat kepala putih.
Debat yang dipandu moderator Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi, ini berlangsung dengan beberapa cara. Pertama, para Pasangan Calon diminta untuk memaparkan visi misinya. Setelah itu mereka menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pasangan lain. Hingga setiap pasangan harus mampu menjawab pertanyaan dalam amplop yang dibacakan Rosiana.
ADVERTISEMENT
Salah satu pertanyaan yaitu menyoroti kondisi Jawa Barat sebagai wilyah seksi untuk menanamkan investasi tinggi tapi masih memiliki tingkat pengangguran dan kemiskinan yang sangat tinggi, bahkan menunjukan gini ratio ekonomi atau ketimpangan sosial yang sangat jomplang.
Ketika menjawab pertanyaan ini, calon gubernur nomor urut 4, Deddy Mizwar menyatakan sebetulnya persentase persoalan ekonomi di Jawa Barat terbilang rendah apabila dibandingkan dengan akumulasi angka di tingkat nasional. Namun, dia juga menyentil bahwa persentase bagi Jawa Barat paling besar disumbang oleh Kota Bandung.
"Jawa Barat 7,83 persen kemiskinan dan gini ratio paling rendah dibanding nasional, dan persentase itu disumbang Kota Bandung paling tinggi," kata pria yang akrab disapa Demiz tersebut.
Lantas Ridwan Kamil pun menimpali bahwa ketimpangan sosial yang disebutkan Demiz sudah diupayakannya sampai menurun selama dia menjabat sebagai Wali Kota Bandung pada masa periode 2013 - 2018. Emil, panggilannya, beralasan adanya ketimpangan sosial merupakan dampak dari urbanisasi penduduk pedesaan yang belum siap, sehingga dia melontarkan pernyataan bahwa seharusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) bisa bisa melakukan pemerataan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Waktu saya mulai jadi wali kota gini rasio 0,48 persen saya turunkan 0,44. Ketimpangan karena ragam pekerjaan, karena BTS menilai 6 bulan yang datang ke kota jadi objek statistik, misalkan dari Garut dan Sumedang datang ke (Kota) Bandung. Itulah tugas gubernur membuat perkonomian meningkat hingga tidak perlu pindah ke Kota Bandung," timpal Emil.
Suasana mulai seru saat Rosiana mempersilahkan paslon memberikan pertanyaan kepada lawan tandingnya. Paslon nomor urut 3 Ahmad Syaikhu diberi kesempatan kepada paslon nomor urut 4 Dedi Mulyadi. Kesempatan ini dipakai Syaikhu untuk menanyakan perihal banyaknya pohon yang dibalut oleh kain di Kabupaten Purwakarta.
"Itu sengaja biar tidak ada yang pasang iklan, daripada dipaku dan dipasang iklan sedot tinja maka lebih mulia dipasang kain. Itu ajaran kebudayaan memuliakan pohon sebagai sumber penyerapan air dan menghasilkan oksigen. Pohon dikasih kain lebih utama dari pada ditebang untuk ekonomi," jawab Dedi sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Menanggapi jawaban dari lawannya, Syaikhu membeberkan pernyataan bahwa di Purwakarta kepala daerahnya lebih mengutamakan kemuliaan pohon ketimbang memberikan kain kepada anak-anak yang kurang mampu.
"Ironis pohon dipakai kain anak-anak kekurangan kain, bagaimana pohon dimulaikan bagaimana manusia dimuliakan, kami memuliakan manusia lebih baik, kami sepakat pemuliaan manusia didahulukan terhadap yang lain, tidak menafikan lingkungan harus diperhatikan," timpal Syaikhu.
Pernyataan Syaikhu ini dijawab lagi oleh Dedi dengan mempertanyakan pernyataan Syaikhu tentang anak-anak yang tidak pakai kain. Menurut Dedi, setiap Jumat sekolah pakai sarung dan semuanya pakai sarung yang baik. “Tidak ada relevansi dengan kebijakan provinsi di Jabar karena jadi wagub tidak ngurusin pohon,” katanya sambil tersenyum. (rana/Utara Jaya)