Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Ketua Asosiasi Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Barat Suryana mengklaim, Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil tembakau nomor satu, dengan kualitas yang baik. Di tingkat dunia, Jawa Barat menjadi daerah penghasil tembakau terbaik nomor 5.
ADVERTISEMENT
Salah satu keunggulan produk tembakau dari Jabar, menurut Suryana, adalah tembakau yang dihasilkan dapat dimodifikasi warna sesuai kebutuhan pasar. "Unggulnya tembakau di Jawa Barat adalah bisa dimodifikasi warna sesuai kebutuhan pasar, misalkan ingin membuat tembakau merah, hijau putih, kuning dan coklat. Ini keunggulan Jawa Barat. Sementara yang lain gak ada," ujar Suryana di sela-sela Road to World Tobacco Growers Day (WTGD) 2019 di Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat Selasa (13/8).
Sayangnya, kata dia, produk tembakau di Jawa Barat ternyata belum bisa memenuhi kebutuhan warganya. Diketahui saat ini lahan untuk perkebunan tembakau di kabupaten Bandung hanya memiliki lahan seluas 1.524 hektar termasuk Desa Citaman, Kecamatan Nagreg, tersebut.
Suryana menjelaskan, produksi di Desa Citaman setiap hektar dapat menghasilkan 10 -14 ton tembakau basah. Dari angka ini, bisa dihasilkan sekitar 3-5 ton daun tembakau kering. Dengan begitu, total tembakau yang dihasilkan dari Jawa Barat bisa mencapai 38 ribu ton. Hasil tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan tembakau di Jabar yang per tahunnya membutuhkan sekitar 138 ribu ton.
ADVERTISEMENT
"Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan di Provinsi Jabar, kami mendatangkan dari Jawa Timur (Jatim) sekitar 70 ribu ton tembakau kering dan selebihnya dari Nusa Tenggara Timur (NTB)," kata Suryana.
Ketua Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo, kontribusi pendapatan negara dari tembakau cukup tinggi, tetapi kontibusi dari pemerintah dalam membantu dan mempermudah para petani tembakau dirasa masih belum adil. Salah satunya ketika pemerintah mengeluarkan regulasi yang menekan para industri tembakau.
Selain itu, kata dia, munculnya regulasi tentang cukai serta lahirnya aturan di sejumlah daerah yang mengatur kawasan tanpa rokok juga turut berdampak. “Karena itu berkaitan dengan daya beli masyarakat," ujarnya.
Budi mengungkapkan jika pemerintah akan menaikkan cukai maka akan muncul rokok-rokok ilegal dan yang dirugikan adalah pemerintah. Sementara untuk para petani kenaikan cukai itu tidak masalah, karena para pelaku industri masih membeli tembakau ke petani. (rls/rana akbari)
ADVERTISEMENT