news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kasus Obesitas Usia 15 Tahun Cenderung Meningkat di Jabar

Konten Media Partner
15 Februari 2019 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Data Riskesdas Kemenkes RI soal obesitas. (Dok Kemenkes RI)
zoom-in-whitePerbesar
Data Riskesdas Kemenkes RI soal obesitas. (Dok Kemenkes RI)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Kasus obesitas cenderung meningkat di Indonesia. Jawa Barat (Jabar) sebagai provinsi padat penduduk turut menyumbang angka besar pada peningkatan penyakit kegemukan atau kelebihan berat badan tersebut.
ADVERTISEMENT
Penelusuran Bandungkiwari pada data Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jumat (15/2), menunjukkan angka obesitas meningkat dibandingkan dengan data tahun sebelumnya.
Untuk diketahui, data Riskesdas dibuat 5 tahun sekali. Pada Riskesdas 2018, proporsi berat badan lebih (overweight) dan obese pada dewasa usia lebih dari 18 tahun 2007-2018 adalah 8.6 persen pada 2007, naik menjadi 11.5 pada 2013, dan naik menjadi 13.6 pada 2018.
Sementara angka obese (obesitas) pada 2007 sebesar 10.5 persen, 2013 naik menjadi 14.8, dan 2018 21.8. Untuk diketahui, indikator berat badan lebih dewasa yaitu Indek Massa Tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengan 25,0 s.d lebih kecil dari 27.0.
ADVERTISEMENT
Data proporsi obesitas pada dewasa umur 18 tahun ke atas rata-rata dari tiap provinsi sebanyak 21.8 persen. Di Jabar, proporsinya mencapai di atas 21. Sementara data Proporsi Obesitas Sentral Pada Dewasa usia 15 tahun 2007-2018 juga menunjukkan peningkatan. Pada 2007 sebesar 18.8 persen, 2013 sebesar 26.6 persen, dan 2018 sebesar 31.0 persen. Indikatornya adalah lingkar perut wanita yaitu lebih dari 80 cm; dan pria yaitu lebih dari 90 cm.
Lalu, Proporsi Obesitas Sentral Pada Dewasa 15 sampai 15 tahun ke atas rata-rata 31. Sedangkan angka Jabar di atas 31 persen.
Di tempat terpisah, dr Hikmat Permana Sp.B.KBD, mengatakan obesitas merupakan faktor resiko untuk penyakit lain seperti jantung, diabetes melitus, dan darah tinggi (hipertensi). Faktor makanan dan minimnya aktivitas fisik atau olahraga menjadi penyebab utama obesitas.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, data dunia yang dirilis WHO menunjukkan jumlah obesitas tidak banyak jika dilihat dari gradenya. Namun obesitas sendiri terdiri dari beberapa grade yang jika digabungkan maka prevalensinya bisa besar. “Itu prevalensinya bisa mencapai di atas 10 persen,” kata Hikmat.
Dokter yang spesialisnya terkait obesitas dan diabetes ini mengatakan, angka obesitas bisa lebih besar lagi jika digabung dengan penyakit yang menyertainya seperti diabetes, jantung dan hipertensi. Karena obesitas, kata Hikmat, penyakit yang biasa disertai penyakit jantung, diabetes, hipertensi.
Ia menyebut, di daerah memang ada kecenderungan angka obesitas tinggi sesuai dengan Riskesdas 2018. Bagaimana mengatasinya, menurut Hikmat, obesitas terkait erat dengan faktor makanan dan aktivitas fisik atau olahraga.
Terapi pertama untuk pasien obesitas ialah mengatur asupan makanan dan olahraga. Kementerian Kesehatan pun, kata dia, mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat.
ADVERTISEMENT
“Kementerian kesehatan menggalakan gerakan masyarakat sehat, salah satunya mencegah berat badan lebih atau obesitas,” katanya. (Iman Herdiana)