Siswa SD di Bandung Dibully: Gigi Patah, Bekal Nasi Dijejali Kaus Kaki

Konten Media Partner
6 September 2018 8:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Bully (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bully (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Sebuah tayangan video perundungan disertai dengan kekerasan fisik siswa SDN 023 Pajagalan, Bandung, membuat geger jejaring media sosial pada 28 Agustus 2018. Dari orang tua korban, terungkap fakta bahwa peristiwa kekerasan yang menimpa siswa berinisial B tersebut sudah terjadi hampir dua tahun.
ADVERTISEMENT
“Iya selama dua tahun memendam, si adiknya (B) ngomong kemarin ke ayahnya, terus ayahnya juga sudah ngomong ke sekolahnya ini (sudah terjadi) dari kelas 4," kata Ema Marlina, ibu dari korban perundungan setelah mengikuti rapat bersama Komisi D DPRD Kota Bandung, Rabu (5/9).
Ema baru mengetahui bullying yang menimpa anaknya dari video di Instagram. Video memperlihatkan anaknya tak hanya mendapat kekerasan fisik, tapi juga kata-kata kasar dari siswa berinisial I.
“Jam 8 (malam) lebih ada yang ngasih video, katanya kasihan anak saya udah keseringan diginiin kasihan, dan saya lihat saya langsung nangis terus. Sampai malem enggak bisa tidur ingin cepet ke sekolah,” ujarnya.
Ema lantas mengingat sejumlah kejanggalan dari anaknya yang belakangan ini semakin menjadi-jadi. Salah satunya, sang anak kerap menolak ketika dibekali makanan.
ADVERTISEMENT
"Setelah disambung-sambung, saya tanya kenapa kalau dikasih bekal makanan nasi tidak mau. Katanya suka dimasukin kaus kaki,” ucap Ema ketika ditemui di Gedung DPRD Kota Bandung, Rabu (5/9).
Anaknya mengaku perlakuan tersebut bahkan seringkali menghilangkan nafsu makannya. “Atuh da jijik, Bu, enek, ade juga punya perasaan," ujar Ema saat menirukan perkataan anaknya.
Kemudian Ema mengingat seminggu sebelum video anaknya viral, sang anak pulang sekolah dengan kondisi luka lebam di dekat mata kiri hingga ke daerah pipi, serta bagian ujung hidungnya tampak sedikit robek. Anak Ema mengaku bahwa hal itu ulah teman sekelasnya berinisial I.
"Sebelumnya hari Kamis 23 Agustus, anak pulang dalam keadaan bengkak (mata dan pipi kiri) dan ini (sudut lobang hidung) sobek ini juga masih ada bekasnya saya tanya kenapa, awalnya ya enggak ngaku," kata Ema, Rabu (5/9).
ADVERTISEMENT
Ema mengingat lagi bahwa empat hari setelah anaknya pulang dengan sejumlah luka di wajah, anaknya mengeluh giginya tanggal. Tapi setelah dia perhatikan serpihan gigi yang ditunjukan anaknya lebih mirip seperti hasil patahan.
"Terus tanggal 27 (Agustus) bilang giginya copot sambil dikeluarin dari saku bajunya dan setelah saya lihat bukan copot tapi patah. Saya tanya kenapa bisa patah? Itu gigi geraham lho, gigi kuat. Anak saya cuma bilang mau mandi ah pusing sakit kepalanya," katanya.
B memendam semua aksi bullying yang menimpanya hampir dua tahun ini karena pelaku mengancam akan memukulinya apabila ia mengadu. Termasuk saat giginya patah.
“Ade itu lihat video gimana, terus gigi patah sama siapa? Katanya sama dia (I). Kenapa baru bilang? Takut diancem kalau bilang sama ibu dipukulin lagi,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian Ema kembali geram ketika pada Senin (3/9) datang ke sekolah untuk memenuhi undangan penyuluhan dari Siti Muntamah, ia mendengar lagi cerita teman B yang menyebutkan sudah ada rencana intimidasi dari I ketika anaknya kembali masuk sekolah.
“Pas Senin saya ke sekolah terus ada temennya yang bilang katanya untung enggak sekolah, terus kenapa? Katanya hari Jumat sudah ngomong nanti hari Senin anak saya masuk sekolah kalau sudah masuk katanya 'awas siah tong ditaranya pas asup ke,' (awas jangan sampai ditanya saat masuk) jadi anak saya takut juga,” katanya. (Utara Jaya)