Melestarikan Bahasa Sunda Melalui Festival Teater

Konten Media Partner
7 April 2019 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Adegan pementasan teater berjudul Srangéngé dari kelompok Halimun Peuray SMA Al-Hidayah Kabupaten Bandung Barat, pada Festival Drama Basa Sunda ke-20. (Foto-foto: Agus Bebeng)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan pementasan teater berjudul Srangéngé dari kelompok Halimun Peuray SMA Al-Hidayah Kabupaten Bandung Barat, pada Festival Drama Basa Sunda ke-20. (Foto-foto: Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Melestarikan bahasa lokal seperti bahasa Sunda tentu menjadi kewajiban semua pihak. Tidak terkecuali kelompok Teater Sunda Kiwari di bawah pimpinan Dadi P. Danusubrata yang menggelar Festival Drama Basa Sunda (FDBS) ke-20 tingkat pelajar se-Jawa Barat (Jabar) di Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung.
ADVERTISEMENT
Di usianya yang ke-44 tahun, Teater Sunda Kiwari tetap konsisten menggelar FDBS untuk tingkat pelajar dan umum setiap tahunnya. Untuk tingkat pelajar 2019 ini sebanyak 45 grup teater dari 27 kabupaten/kota di Jabar memerebutkan tropi Teater Sunda Kiwari dan piala bergilir Gubernur Jabar.
Pada FDBS ini kelompok teater diwajibkan memilih satu dari empat naskah yakni: Tatu (karya Ayi G Sasmita), Nu Jaradi Korban (karya H R Hidayat Suryalaga), Srangenge (karya Rasyid E Abdi), dan Pahlawan (Karya Yoseph Islandar).
Menurut Dadi Danusubrata, FDBS tersebut merupakan bagian keinginannya dalam melestarikan bahasa Sunda di lingkungan teater tingkat pelajar di Jabar.
"Kita sering mendengar pembicaraan jika bahasa lokal akan punah tergantikan bahasa Indonesia. Tetapi kenyataannya, bahasa Sunda masih digunakan masyarakat. Tergantung kita sendiri sebenarnya, jika bertanya dengan bahasa Indonesia tentunya dijawab bahasa Indonesia. Coba kita biasakan bertanya dengan bahasa Sunda kepada mereka," ucapnya saat ditemui di sela kegiatan yang berlangsung 1 hingga 13 April 2019.
ADVERTISEMENT
Selain untuk pelestarian bahasa Sunda, FDBS yang diselenggarakan menurutnya secara tidak langsung mengajarkan pula sikap atau adab yang berlaku pada masyarakat.
Dadi mencontohkan pola bahasa tubuh yang terlihat dari para pelajar ketika berhadapan dengan para seniman senior atau orang yang lebih tua.
Hal terpenting dari kehadiran FDBS sendiri selain melestarikan bahasa Sunda, pun memberikan ruang eksistensi kepada para pelajar.
"Kita harus memupuk keinginan para pelajar untuk tampil memperlihatkan dirinya di panggung," tegasnya.
Melalui proses teater yang langsung menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa wajib, para pelajar pun akan berhubungan dengan guru dan orang tua mereka sendiri.
"Keinginan sih kegiatan ini bukan hanya dihadiri para pelajar yang terlibat festival. Para guru pun mampu menghadiri untuk belajar secara langsung teater dan bahasa Sunda," ucapnya.
Selain hal tersebut di atas, kegiatan FDBS tanpa disadari sebenarnya ikut pula meringankan beban guru pelajaran bahasa Sunda. Minimal menurut Dadi perbendaharaan kata para pelajar yang membaca naskah akan bertambah seiring proses kegiatan teater berlangsung.
ADVERTISEMENT
Peserta FDBS kali ini memang tidak sebanyak tahun lalu yang mencapai 80 lebih peserta. Sedikitnya jumlah peserta tersebut menurutnya karena jadwal FDBS bertepatan dengan waktu ujian di sekolah.
Padahal menurutnya animo peserta selalu tinggi pada setiap penyelenggaraan, baik tingkat pelajar maupun umum yang terjadi setiap tahun tersebut. Menyikapi hal tersebut, Dadi merasa tenang akan keberadaan bahasa Sunda yang terus hadir dalam ranah teater, seperti FDBS yang diselenggarakannya.
Apalagi penyelenggaraan tersebut sesuai dengan misi awal pendirian kelompok Teater Sunda Kiwari pada 16 Januari 1975 untuk melestarikan bahasa Sunda.
Tentu menjaga warisan bahasa yang diturunkan manusia terdahulu merupakan kewajiban semua orang, bukan hanya pemerintah semata.
Menyitir pernyataan Dadi, hal terpenting adalah adanya kebanggaan setiap anak bangsa untuk menjaga bahasa ibunya sendiri.
ADVERTISEMENT
"Jangan malu menggunakan bahasa ibu. Jauhkan pikiran kampungan menggunakan bahasa lokal," tegasnya. (Agus Bebeng)