Melihat Kemandirian Murid Difabel dalam Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus

Konten Media Partner
26 Oktober 2018 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Melihat Kemandirian Murid Difabel dalam Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Peserta tampil pada acara "Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus" yang diselenggarakan kwarcab Bandung mengusung tema "Kami Ada Kami Bisa" di Taman Pramuka Bandung. (Foto: Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Daun-daun berguguran, jatuh diterpa angin yang memisahkannya dari pohon yang selama ini menjadi tempat berdiam diri. Daun kering itu tepat jatuh di topi seorang anggota pramuka dan membuangnya ke samping. Topi pramuka yang agak miring diselaraskannya kembali, seolah menyelaraskan hidup memandang masa depan.
Sejak Kamis (25/10/2018) pagi ratusan Lord Baden Powell cilik telah memenuhi area Taman Pramuka Bandung. Mereka hadir dengan pakaian khas pramuka dengan membawa beragam peralatan untuk unjuk kabisa kemampuan dan kemahiran yang telah mereka kuasai.
Tawa canda dan emosi khas mereka tebarkan pada rerumputan yang rindu hujan. Sementara semangat berlomba tidak pernah luruh, meski paparan matahari mengernyitkan jidat dan memicingkan mata mereka.
Melihat Kemandirian Murid Difabel dalam Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus (1)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta bersiap tampil pada acara "Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus" yang diselenggarakan Kwarcab Bandung mengusung tema "Kami Ada Kami Bisa" di Taman Pramuka Bandung. (Foto: Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT
Pada acara "Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus" 280 pramuka cilik dari 28 Sekolah Luar Biasa ditemani para guru dan pendamping bersaing untuk menjadi yang terbaik. Kegiatan yang diselenggarakan Kwartir Cabang Kota Bandung tersebut mengusung tema "Kami Ada Kami Bisa".
Sebuah tema yang seolah menjadi kalimat interupsi tentang keberadaan anak-anak pramuka berkebutuhan khusus dalam ranah sosial.
“Janganlah masyarakat melihat anak-anak tidak ada. Sebenarnya mereka ada. Mereka memiliki potensi, makanya pada acara ini tema yang diangkat; Kami Ada Kami Bisa!” tegas Ketua Panitia Roery Veri Soesapti (55).
Melihat Kemandirian Murid Difabel dalam Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus (2)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta bersiap tampil pada acara "Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus" yang diselenggarakan Kwarcab Bandung mengusung tema "Kami Ada Kami Bisa" di Taman Pramuka Bandung. (Foto: Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Veri yang juga menjadi Kepala Sekolah Autis Prananda ini menjelaskan bahwa anak-anak yang menjadi Pramuka Berkebutuhan Khusus ini memiliki keterampilan dan kemampuan seperti laiknya anak-anak yang lain. Meski menurutnya secara durasi dan ketepatan memiliki jarak yang berbeda.
Acara yang bernapas ke-pramukaan diselenggarakan bertujuan untuk melihat kedisiplinan, keterampilan, pengetahuan dan hal yang terkait kemampuan olah seni. Sekaligus menurutnya sebagai sarana menggali potensi anak-anak dan proses aktulisasi diri.
“Saya mengetuk hati masyarakat untuk menghargai mereka. Mereka itu ada. Mereka itu mampu asal diberi kesempatan,” imbuhnya.
Melihat Kemandirian Murid Difabel dalam Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus (3)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah anggota pramuka membereskan tali temali pada acara "Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus" yang diselenggarakan kwarcab Bandung mengusung tema "Kami Ada Kami Bisa" di Taman Pramuka Bandung. (Foto: Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT
Hal tersebut terbukti menurut Veri pada kegiatan ke-pramukaan anak-anak Pramuka Berkebutuhan Khusus pada skala provinsi mewakili kota Bandung meraih juara I. Sementara pada tingkat nasional mewakili Jabar mereka meraih juara Umum.
Keberhasilan tersebut bagi Veri tentu bukan sebatas menjadi tutur yang lahir demi kebanggaan semata. Dirinya berharap kegiatan-kegiatan Pramuka Berkebutuhan Khusus dapat membuat masyarakat melek keberadaan mereka.
Kegiatan "Gebyar Pramuka Berkebutuhan Khusus" hari itu menyelenggarakan 6 lomba yang diikuti seluruh peserta. (Agus Bebeng)