news-card-video
19 Ramadhan 1446 HRabu, 19 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Peneliti ITB Ungkap Makna Lukisan Dinding Tertua di Karst Sangkulirang

14 Desember 2018 17:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti ITB Ungkap Makna Lukisan Dinding Tertua di Karst Sangkulirang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Peneliti temukan lukisan di Karst Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur. (Humas ITB)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Lukisan cap tangan dinding gua atau rock art tertua di dunia berhasil ditemukan di karst Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur. Lukisan gua tersebut diprediksi berusia 40.000 ribu tahun.
Salah satu peneliti yang terlibat dalam penemuan ini adalah Dr. Pindi Setiawan M.Si., dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB), peneliti Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan Universitas Griffith Australia.
Hasil penemuan telah dipublikasikan di jurnal Nature edisi November 2018, dengan penulis Pindi Setiawan dari ITB, Maxime Aubert dari Universitas Graffith, dan Adhi Agus Octaviana dari Puslit Arkenas.
Dikutip dari siaran pers ITB, Pindi menceritakan perjalanan penelitian yang telah ia lakukan. Penelitian sebetulnya sudah dilakukan sejak 1995. Hingga 2014, gambar yang telah ditemukan di lokasi tersebut berjumlah 2.000 gambar. Konsentrasinya dalam penelitian tersebut adalah meneliti gambar cap tangan.
ADVERTISEMENT
"Kalimantan dulunya tidak dikenal memiliki gambar pra sejarah. Cap tangan adalah salah satu indikasi utama gambar yang tua. Lukisan gua tersebut diprediksi berusia 40.000 ribu tahun sampai 35.000 tahun. Awalnya ada informasi yang sampai kepada saya, baru sejak 1995 itulah nyaris setiap tahun saya bersama tim peneliti lain survei ke gua-gua mencari cap tangan," kata Pindi.
Lokasi hutan yang lebat, dan pegunungan yang tinggi menjadi tantangan selama melakukan penelitian. Ditambah lagi, letak gua yang akan dituju berada di tempat yang tinggi. Sedikitnya sudah 500 gua ditemukan di kars Sangkulirang, namun yang ada lukisan cap tangan hanya 50 gua saja.
"Dari ribuan gambar, ada beberapa imaji yang menarik perhatian saya. Imaji itu tidak sejalan dengan teori yang dipakai arkeolog selama ini, yang mengira bahwa gambar-gambar di Indonesia dibuat oleh orang-orang Austronesia. Orang ini datang ke Indonesia kira-kira 3.000 tahun lalu, artinya masih baru," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Namun yang ditemukan di Maros (Sulawesi) dan Sangkulirang (Kalimantan), dijelasknya, beberapa gambar menunjukkan bahwa bukan orang Austronesia yang menggambar. Hal itu dibuktikan dengan gambar binatang tapir. Binatang ini diketahui punah 6.000 tahun lalu di Indonesia.
"Rasanya orang kalau menggambar tapir harus pernah melihat hewannya kan, karena imaji itu adalah imaji yang seperti dilihat, jadi menggambarkan apa yang dilihat, bukan menggambarkan apa yang dipikirkan," katanya.
Hipotesis selanjutnya yang ia paparkan, ditemukan pula gambar trenggiling, namun bentuknya sedikit berbeda. Ternyata hewan itu merupakan trenggiling raksasa yang sudah punah di Indonesia 30.000 tahun lalu.
"Berarti secara analisis gambar, dia (orang yang membuat cap tangan) kira-kira 30.000-35.000 tahun," katanya.
Pindi juga menemukan gambar alat buru memakai pelontar tombak. Alat itu hanya bisa dipakai di ruang terbuka atau savana. Daerah sekarang di Kalimantan seperti diketahui adalah hutan tropis. Lalu kenapa alat tersebut bisa digambarkan.
ADVERTISEMENT
"Apakah dia bertualang ke daerah Savana? Ternyata menurut sejarah geologi, hutan tropis baru ada di pesisir Kalimantan Timur 8.000 tahun lalu. Berarti alat itu dipakai oleh orang-orang ketika Kalimantan masih savana," kata dosen pada Kelompok Keahlian Komunikasi Visual dan Multimedia ini.
Untuk menguatkan hipotesis tersebut, dilakukanlah penanggalan (datting) memakai uranium-torium terhadap larutan karbonat pada dasar lukisan dan lapisan di atasnya. Alat melakukan datting ini kebetulan dimiliki oleh Universitas Griffith Australia.
Setelah dilakukan datting, menunjukkan beberapa temuan menarik bahwa gambar banteng berusia 40.000 tahun, cap tangan berusia 30.000 tahun. Selain itu dihasilkan pula fakta bahwa beberapa cap tangan ada yang berusia 20.000 tahun - 9.000 tahun. Perbedaan tersebut ditandai dengan warna merah untuk cap tangan berusia 30.000 tahun dan cap tangan 20.000-9.000 tahun berwarna ungu.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan Pindi, lukisan di dinding gua termasuk pada budaya gambar cadas atau rock art orang zaman dulu. Di seluruh dunia, secara umum dapat dijumpai dengan lukisan cap tangan. Jika dilakukan pemaknaan, cap tangan ini bisa merupakan pernyataan kehadiran diri sendiri. "Bahwa saya pernah berada di sini, itu teori sederhana sekali," ungkapnya.
Namun jika ditinjau dari teori Samanisme, cap tangan adalah representasi seseorang yang berhubungan dengan dunia ghaib di belakang dinding ini. Jadi, dinding tersebut dianggap sakral oleh orang tersebut.
"Kalau teori sosial perburuan, itu menunjukkan pernyataan naik kelas. Tadinya orang biasa sekarang jadi pemburu utama, dulunya remaja sekarang dewasa," tambahnya.
Menariknya, lukisan cap tangan anak kecil kerap kali muncul di karst Sangkulirang. Ini bisa ada dua kemungkinan. Pertama sebuah pernyataan saya kecil dan saya besar. Kedua, pernyataan kelompok.
ADVERTISEMENT
"Cap tangan ini dihubungkan atau dikomposisikan. Berarti ada teori lain tidak hanya merujuk pada pernyataan diri tetapi juga ada pernyataan kelompok. Juga sangat jarang ditemukan di dunia. Kalau di Sangkurilang mereka kelihatan motivasinya ingin membuat cap tangan bersama," ujarnya. Ada pula beberapa cap tangan yang diisi dengan gambar-gambar hewan dan dihubungkan dengan garis antar cap tangan. (Iman Herdiana)