Produksi Menurun, Batik Ciamis Terancam Hilang

Konten Media Partner
10 Oktober 2019 7:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Pameran Batik Jawa Barat di Museum Kota Bandung, Selasa (8/10). Foto-foto: Assyifa
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Pameran Batik Jawa Barat di Museum Kota Bandung, Selasa (8/10). Foto-foto: Assyifa
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Meski telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO sejak 10 tahun lalu, keberadaan batik bukan berarti aman-aman saja. Paling tidak, bagi sejumlah batik di Jawa Barat masih perlu upaya serius untuk melestarikannya. Salah satunya batik Ciamis.
ADVERTISEMENT
Salah satu pendiri sekaligus Sekretaris Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB), Ken Atik, menjelaskan, di Jawa Barat ada beberapa daerah yang produksi batiknya menurun , seperti Ciamis. Padahal, awalnya Ciamis merupakan salah satu daerah yang sudah cukup lama menjadi penghasil batik.
"Tapi ya karena ketika krisis moneter, pembatiknya bubar, upaya yang dilakukan ada, dengan printing, tapi itu juga tidak berjalan dengan baik. Jadi, batik Ciamis itu benar-benar hampir dianggap hilang atau mungkin bisa dikatakan tiarap," ujar Ken, di Museum Kota Bandung, pada Selasa (8/10).
Kondisi ini tentu menjadi tantangan bagi para pegiat dan pecinta batik. Tidak hanya pebisnis, kata Ken, masyarakat pun punya peran yang besar dalam mempertahankan eksistensi batik. "Yang paling penting itu adalah diakui oleh masyarakat luas," ujarnya.
Jika batik tidak didukung oleh masyarakat, lanjut dia, maka warisan budaya tersebut tidak akan bisa bertahan hingga saat ini. "Dari ratusan tahun atau jauh sebelum itu, sampai sekarang ada, itu kan merupakan sebuah tantangan," ungkap Ken.
ADVERTISEMENT
Ken menegaskan, batik dapat terus diakui keberadaannya, selama masyarakat saling gotong royong memunculkan semangat, spirit, kolaborasi, serta sinergitas antar wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Selain itu, masyarakat juga perlu secara aktif mengajak orang-orang di sekitarnya untuk mengenakan batik. "Batik yang sudah melalui sejarah panjang, ratusan tahun, masa sih mau hilang begitu saja?" tutur Ken.
Berbagai hal pun pada dasarnya dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap eksistensi batik. Menurut Ken, penyelenggaraan pameran, diskusi, workshop, ataupun bazar mengenai batik pun dapat menjadi salah satu alternatif edukasi agar dapat mempertahankan eksistensi dari batik di Jawa Barat.
Meski begitu, menurut Ken, saat ini produk tekstil dengan corak batik atau batik printing marak diperjualbelikan. Padahal, secara metodologi, batik printing tidak bisa diklaim sebagai batik, salah satu sebabnya adalah tidak digunakannya malam panas sebagai perintang, serta tidak menggunakan media, seperti canting ataupun cap. "Tapi itu tidak bisa dicegah juga. Karena mungkin printing kan semua orang terjangkau," katanya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu menurut pemilik Shibotik (Shibori dan Batik), Putri Komar, generasi muda pun perlu berperan aktif dalam melestarikan batik, salah satunya dalam produksi batik. "Sebagai generasi muda kita harus bisa menciptakan sesuatu yang beda, yang orang lain belum pernah bikin sebelumnya," tutur Putri.
Ia menambahkan, bahwa batik sangat potensial untuk diproduksi menjadi produk fashion. Pasalnya, menurut Putri, batik hanya boleh menggunakan kain yang 100 persen berasal dari serat alam, tanpa ada campuran poliester, salah satu contohnya katun. "Bisa banget bersaing di antara produk lokal lainnya," ujarnya. (Assyifa)