Saatnya Museum Mengenal Sistem Digital

Konten Media Partner
27 Oktober 2019 6:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum Sri Baduga di Bandung (Foto: website museum Sri Baduga)
zoom-in-whitePerbesar
Museum Sri Baduga di Bandung (Foto: website museum Sri Baduga)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Menjadikan museum menjadi tujuan edukasi dan informasi bukan hal yang mudah, hal ini dirasakan oleh salah satu museum pemerintah provinsi Jawa Barat Museum Sri Baduga. Masalah keterbatasan fasilitas tempat penyimpanan koleksi menjadikan pengunjung sulit untuk memahami dan mendapatkan informasi yang disajikan.
ADVERTISEMENT
Museum Sri Baduga merupakan salah satu tempat wisata edukasi dan bersejarah di Kota Bandung. Museum ini memajang lebih dari 5.000 koleksi pajangan yang merupakan koleksi benda-benda bersejarah seperti berbagai jenis koleksi Geologika, Biologika, Etnografika, Arkeologika, Historika, Numismatika/Heraldika, Filologika, Keramik, Seni Rupa dan Teknologi.
Saat ini dengan keteberbatasan fasilitas ruangan pamer koleksi menjadikan koleksi Museum Sri Baduga yang jumlahnya mencapai ribuan hanya disimpan di ruang penyimpanan saja bukan di ruang pamer yang dapat dilihat oleh pengunjung yang datang.
Selain itu, terlalu padatnya informasi pada setiap koleksi yang dimiliki museum membuat tampilannya tidak menarik. Akibatnya, para pengunjung memilih untuk tidak membaca informasi koleksi dalam bentuk tertulis. “Padahal informasi ini sangat penting untuk disampaikan,” ujar Idola Perdini Putri, Sabtu (26/10).
ADVERTISEMENT
Kondisi ini memacu Idola dan sejumlah dosen di Universitas Telkom untuk menerapkan sistem digital di museum Sri Baduga. Mereka mengajak pengelola museum untuk merancang dan menerapkan sistem digital, dimulai dengan membuat video interaktif.
“Informasi ini terintegrasi dengan website museum. Bentuknya berupa video interaktif sebagai bahan referensi pihak museum dalam mengevaluasi meningkatnya antusiasme masyarakat terhadap museum ini,” katanya.
Agar lebih terarah, digitalisasi ini dirangkai dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). PKM yang dimulai sejak Juli 2019 lalu diharapkan bisa membantu informasi museum menjadi lebih menarik dan interaktif. “Sehingga museum ini akan menjadi tujuan wisata edukasi dan informasi bagi masyarakat Jawa Barat khususnya,” kata Idola.
Tidak hanya digitalisasi pada penyampaian informasi, museum yang berlokasi di depan Lapangan Tegallega Kota Bandung ini juga mencoba sistem digital pengelolaan internal museum. Pasalnya, selama ini museum masih menggunakan pencatatan pengunjung secara manual.
ADVERTISEMENT
“Setiap harinya museum menerima kunjungan wisata baik bersifat perorangan maupun rombongan terutama wisatawan dari sekolah-sekolah. Setiap periode, kami meyerahkan pelaporan kepada Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat mengenai jumlah pengunjung dan total pendapatan museum” ujar Kepala Pengelola Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga Eddy Sumarto.
Agar lebih mudah, kata Eddy, pihaknya membutuhkan teknologi yang membantu calon pengunjung dan juga museum dalam mengelola dan menyusun laporan jumlah pengunjung serta keuangan museum.
Karena itu, Eddy merasa kerjasama dengan pihak kampus bisa mendorong perubahan sistem di internal museum. Misalnya, aplikasi pengunjung dan pendapatan museum yang merupakan aplikasi informasi akuntansi. Aplikasi ini diharapkan bisa membantu pihak museum mengukur performansi sekaligus melakukan evaluasi pengunjung dan pendapatan untuk dilaporkan secara berkala ke Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
“Aplikasi ini terdiri dari sistem untuk booking atau penjadwalan kunjungan sehingga museum tidak perlu menolak apabila pengunjung padat pada hari tersebut. Sistem ini dilengkapi dengan rekap dan record jumlah pengunjung dan total pendapatan secara berkala,” kata Idola.(rls/febriyan)