Konten Media Partner

Sejarah Geologi Mencatat Tsunami Tertinggi di Indonesia Mencapai 80 Meter

1 Oktober 2018 14:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejarah Geologi Mencatat Tsunami Tertinggi di Indonesia Mencapai 80 Meter
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Model tsunami Krakatau 1883 (Latief and Aditya 2003). Tsunami Krakatau dibangkitkan letusan gunung api Krakatau, tinggi gelombang mencapai 36 meter. (Mengelola Resiko Bencana di Negara Maritim Indonesia yang diterbitkan Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung 2010)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Indonesia bukan hanya negeri yang kaya akan sumber daya alam, tanahnya subur dan eksotis, tetapi secara geologis sebagai daerah kepulauan yang tingkat aktivitas tektonik dan vulkaniknya tertinggi di dunia.
Di kepulauan nusantara ini, terdapat empat lempeng bumi yang sangat aktif saling bergerak, yaitu lempeng Hindia (Indo)-Australia di selatan, lempeng Eurasia di utara dan lempeng Pasifik yang terbagi menjadi lempeng laut Filipina dan lempeng Carolina di timur.
Akibatnya, Indonesia banyak memiliki patahan gempa bumi dan gunung api aktif. Sebagian patahan gempa dan gunung api tersebut berada di laut yang bisa menjadi sumber tsunami. Peristiwa terbaru ialah gempa bumi yang membangkitkan gelombang tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, 28 September 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, wilayah-wilayah pesisir Indonesia sudah sering dilanda gempa yang disertai tsunami. Hamzah Latief dkk (Haris Suhendar, Safwan Hadi, I Wayan Sengara, dan Harkunti P RahayuI) (2010) menyebutkan, setidaknya telah terjadi 110 bencana tsunami di Indonesia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 100 kejadian tsunami di antaranya disebabkan oleh gempa bumi, 9 kejadian disebabkan oleh letusan gunung berapi dan 1 kejadian disebabkan oleh tanah longsor di dalam laut.
“Kepulauan Indonesia telah mengalami banyak kerusakan dan korban akibat tsunami, dan umumnya sumber-sumber gempa berasal dari dari daerah subduksi yang terbentang dari Andaman ke pulau Timor serta berbelok ke atas masuk ke laut Banda sampai kepulauan Maluku. Demikian pula sebelah barat utara pulau Sulawesi, sekeliling Halmahera dan utara Papua,” tulis Latief dkk, dikutip dari buku Mengelola Resiko Bencana di Negara Maritim Indonesia yang diterbitkan Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, dari tahun 1600 sampai 2005, kejadian tsunami di Indonesia menelan korban tidak kurang dari 361.905 jiwa. Dua kejadian tsunami terbesar yang memberikan kontribusi korban jiwa sangat besar ialah tsunami volkanik Krakatau 1883 yang menelan korban sekitar 36.000 orang dan tsunami Aceh 2004 yang membunuh sekitar 283.000 orang.
Latief dkk kemudian menganalisis data statitik kejadian tsunami di Indonesia dalam periode 20-tahunan. Hasilnya, frekuensi kejadian tsunami dengan jumlah yang tinggi terjadi pada periode 1845 dan 1865 (30 kejadian), 1885 dan 1903 (33 kejadian), 1905 dan 1925 (16 kejadian), dan 1985 dan 20015 (21 kejadian).
“Detail dari tinggi dan periode tsunami sangat tergantung pada spesifik daerah subduksi. Sebagai contoh, interval kejadian rata-rata sekitar 10-15 tahun di daerah Indonesia bagian barat, sedangkan Indonesia timur berkisar 10-12 tahunan,” tulisnya.
ADVERTISEMENT
Latief dkk juga membuat plot distribusi tsunami di sepanjang pantai Indonesia di mana tsunami tertinggi yang pernah tercatat adalah tsunami Oma 1674. Tsunami ini terjadi di laut Banda dengan tinggi gelombang mencapai 80 meter. Tsunami Oma membunuh 2.970 orang.
Tsunami tertinggi kedua dibangkitkan letusan gunung api Krakatau 1883, tinggi gelombang mencapai 36 meter dan menelan korban jiwa sebanyak 36.417 orang. Tsunami tertinggi ketiga terjadi di Aceh pada 2004 dengan maksimum run up sekitar 30 meter di Lokngha. Tsunami Aceh menelan korban paling sedikit 283.000 jiwa di pesisir Samudera Hindia.
Latief dkk menyimpulkan, tsunami di sepanjang pantai Indonesia umumnya dibangkitkan oleh sumber tsunami lokal yang disebabkan gempa bumi. Waktu tiba gelombang ke daratan sangat singkat, yaitu di bawah 60 menit. Bahkan tsunami Flores 1992 dan tsunami Biak 1996 waktu penjalarannya kurang dari 15 menit. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT