Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Menyeduh teh tak bisa dilakukan asal-asalan. Ada teknik khusus agar rasa dan aroma asli tehnya muncul. Teknik menyeduh teh yang benar ini diungkapkan Tea Master asal Bandung, Oza Sudewo.
ADVERTISEMENT
Oza menjelaskan, setiap teh membutuhkan teknik menyeduh yang berbeda. Tapi triknya tetap sama. Misalnya, jangan menembakkan air panas langsung pada daun teh. Air panas sebaiknya ditembakkan ke dinding teko penyeduh.
Air panas yang langsung mengenai daun teh akan menciptakan rasa getir di lidah dan tenggorokkan. Begitu juga dengan teh yang terlalu lama direndam air panas. Jadi begitu teh siap disajikan, sebaiknya daun teh langsung diangkat.
Suhu air panas yang dipakai untuk setiap jenis teh juga berbeda. Tergantung oksidasinya. Menurut Oza, suhu air panas yang baik untuk menyeduh teh putih atau white tea adalah 60-90 drajat celsius, dengan waktu menyeduh 3 hingga 3 menit.
Sementara untuk teh hijau, suhu air panasnya serupa dengan teh putih, tetapi waktu menyeduhnya lebih singkat. Yakni 2 hingga 3 menit saja. Dan untuk teh hitam, air yang digunakan harus lebih panas. Sekitar 100 drajat celsius, dan waktu seduh 3 hingga 5 menit.
ADVERTISEMENT
Selain membagikan teknik menyeduh, Oza juga memberikan trik menyeduh untuk mendapatkan teh yang nikmat. Ketika menyeduh teh jangan seperti dalam iklan, menggerakkan kantung teh ke atas dan ke bawah, demi mempersingkat waktu seduh.
"Sebaiknya, diamkan saja kantung teh di dalam teko selama waktu yang dibutuhkan. Jangan lupa, setelah menuangkan air panas tutup gelas atau tekonya supaya aromanya tidak menguap," terang Oza, kepada Bandungkiwari, saat ditemui di acara “Menikmati Teh Sore”, di Bandung, Sabtu lalu (13/7).
Daun Teh Kering
Teh yang akan menghasilkan rasa yang nikmat, bentuknya bukan bubuk. Tetapi masih berupa daun kering. "Teh yang baik sebenarnya bentuknya masih berupa daun, daun kering. Sementara teh yang kita kenal, teh celup. Coba buka saja kantong tehnya," kata Oza.
ADVERTISEMENT
Oza menjelaskan, tradisi minum teh celup berasal dari Eropa, yang kemudian dibawa Belanda ke Indonesia. Meski, pada awalnya tradisi minum teh berasal dari Cina dan Jepang.
Tradisi teh celup itulah yang kemudian terbawa ke Indonesia sampai saat ini. Tidak banyak orang yang mengetahui, bagaimana teh yang baik. Meski, menurut Oza, teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi ke dua setelah air putih.
"Kalau teh tubruk, ini memang tradisi orang Indonesia. Ketika masa penjajahan, yang kemudian terbawa sampai sekarang," jelasnya.
Ketika masa penjajahan, lanjut Oza, bangsa pribumi dilarang menikmati hasil bumi. Tapi karena ingin mengetahui rasanya, akhirnya bangsa pribumi menggunakan daun-daun sisa dan juga batang daun teh. Dan jadilah teh tubruk. "Sekarang, teh tubruk diberi sedikit melati, supaya rasanya khas," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kelebihan teh yang wujudnya berupa daun kering, selain rasanya yang khas saat diseduh, aromanya pun lebih harum. Meski belum tersentuh air panas. (Mega Dwi Anggraeni)