Konten Media Partner

​Pimpin Tahlil di Makam Kiai Hasyim Muzadi, Mendikbud Cerita Kiai Ahmad Shidiq dan Pak AR

25 Oktober 2017 22:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
​Pimpin Tahlil di Makam Kiai Hasyim Muzadi, Mendikbud Cerita Kiai Ahmad Shidiq dan Pak AR
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
DEPOK, BANGSAONLINE.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhajir Effendy minta agar dalam beragama saling menghormati. Apalagi sesama umat Islam.
ADVERTISEMENT
Menurut Muhajir, para ulama organisasi Islam mainstream seperti NU dan Muhammadiyah sebenarnya sudah memberi contoh yang baik dan bijak dalam merawat ukhuwah dan persatuan di Indonesia.
Ia mencontohkan saat Kiai Ahmad Shidiq (Rais Am Syuriah PBNU) dan Pak AR Fachruddin (Ketua PP Muhammadiyah) bertemu dalam suatu acara. Ketika memasuki salat Subuh Pak AR (panggilan AR Fachruddin) mempersilakan Kiai Ahmad Shidiq menjadi imam salat jemaah pakai qunut sesuai ajaran NU. Sebaliknya, bila Pak AR yang jadi imam salat jemaah, Kiai Ahmad Shiddiq mempersilakan Pak AR tak pakai qunut sesuai tradisi Muhammadiyah.
“Yang sama jangan dicari perbedaanya. Yang beda dicarikan persamaanya,” kata Muhajir yang mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang Jawa Timur itu dalam Halaqah Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan Gerakan Dakwah Aswaja Bela Negara di Pesantren Al-Hikam Depok Jawa Barat, Rabu (25/10/2017). Acara ini hasil kerjasama Pesantren Al-Hikam dan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Muhajir mengaku leluhurnya juga NU. Bahkan, menurut dia, masih ada silsilah dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). “Anak saya sekolah di Sabilillah (sekolah NU-Red) Malang. Sekolah ini full day school yang didirikan Kiai Tolhah Hasan,” katanya.
Kiai Tolhah Hasan adalah ulama NU yang mantan Rektor Unisma dan Menteri Agama RI saat Gus Dur jadi presiden RI.
Yang menarik, usai acara, Muhajir yang pengurus PP Muhammadiyah itu langsung menuju makam KH Ahmad Hasyim Muzadi yang terletak di pekarangan Pesantren Al-Hikam. Ia bahkan memimpin tahlil di makam Kiai Hasyim Muzadi yang diikuti KH Cholil Nafis, PhD, tokoh muda NU yang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat bidang Dakwah.
“Saya temani beliau, dia mimpin tahlil. Ternyata bacaan beliau keras, dari al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas sampai akhir tahlil,” kata Kiai Cholil Nafis yang juga jadi nara sumber dalam acara tersebut.
ADVERTISEMENT
Usai mimpin tahlil, Muhajir minta Kiai Cholil Nafis untuk mimpin doa. “Beliau sebenarnya santri. Beliau punya perhatian besar untuk membangun persatuan,” kata Kiai Cholil Nafis.
Acara Halaqah Nasional yang diikuti 200 kiai pengasuh pesantren dan cendekiawan dari seluruh Indonesia ini juga menampilkan pembicara As’ad Said Ali, mantan Wakil Kepala BIN dan mantan Wakil Ketua Umum PBNU, Dr Malik Madani, mantan Katib Am PBNU, dan para nara sumber yang lain. (ma)