Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
Wakil Bupati Barito Kuala (Wabup Batola) menggelar pertemuan dengan para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di jalur hijau kawasan Handil Bakti, Kecamatan Alalak pada Selasa, 13 Agustus 2019. Pertemuan digelar di lokasi penampungan Pasar Induk Handil Bakti (PIHB).
ADVERTISEMENT
Rahmadian ingin sosialisasikan kebijakan penataan PKL dari depan Terminal Handil Bakti hingga depan Komplek Persada Permai. Ada 98 PKL yang rencananya direlokasi. Mereka terdiri 52 pedagang makanan dan minuman, 16 pedagang buah, 11 pedagang pakaian dan alas kaki, 8 pedagang pulsa dan ponsel serta 11 pedagang barang lainnya.
“Kami menyediakan 160 los dalam 4 blok di PIHB. Kalau memperhitungkan jumlah PKL berarti masih banyak los yang kosong,” jelas Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Batola, Purkan kepada banjarhits.id, Rabu 14 Agustus 2019.
Purkan mengatakan relokasi ini tidak memungut biaya karena los tak diperjualbelikan. Pedagang hanya membayar biaya sewa Rp 2 ribu per meter dengan luas 3 x 4 meter yang berarti sewa los hanya dibayar Rp12 ribu per bulan.
ADVERTISEMENT
Wabup Rahmadian Noor memaparkan, relokasi dilakukan untuk penataan pedagang dan pelebaran jalan Trans Kalimantan yang rencananya pada sepanjang kawasan Handil Bakti mulai Jembatan Alalak 1 hingga simpang empat Handil Bakti. Penyesuaian inilah yang diupayakan melalui sosialisasi.
“Sekali pun berjualan di jalur hijau kami tetap memperhatikan nasib bapak ibu yang akan kehilangan tempat jualan seiring pelebaran yang dilakukan,” ucap wabup yang akrap disapa Rahmadi.
Sementara itu, dari pembahasan yang dilaksanakan bersama para PKL muncul berbagai kekhawatiran dari adanya relokasi. Terutama menyangkut penurunan omzet serta berbagai fasilitas yang dibutuhkan.
“Sejujurnya relokasi ini berat, karena kami tak lagi berjualan di dekat jalan. Namun kami pun menyadari tidak mungkin lagi bertahan di tempat dagangan semula. Kami hanya khawatir setelah kepindahan jualan yang kami lakukan akan sepi,” papar salah seorang pedagang, Sugian Noor.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Sugian Noor meminta Pemkab Batola memikirkan lokasi relokasi yang lebih strategis dan refresentatif dengan ditunjang sarana yang memadai seperti WC, air bersih, listrik dan lainnya supaya lebih menarik dan disukai para pembeli untuk berbelanja.
Lelaki yang sudah 15 tahun berjualan di Handil Bakti ini meminta saat pemberlakuan relokasi para PKL lainnya juga ditertibkan agar dagangan yang digelar di PIHB bisa terfokus dan menjadi ramai.
Mendengar masukan ini, Rahmadi telah memiliki grand design terhadap pembenahan PIBH. Tetapi sementara ini masih terfokus pada penyelesaian relokasi termasuk pemasangan listrik, revitalisasi WC, hingga perbaikan jalan pasar.
“Kami memahami kekhawatiran pedagang, untuk itu kami akan segera mencarikan berbagai pilihan yang bisa dilakukan dalam dua tahun terakhir untuk meningkatkan los pasar,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ihwal rencana penertiban PKL lainnya, Kasatpol-PP Batola Anjar Wijaya menyanggupi untuk menertibkan pedagang yang menggunakan mobil di sekitar Handil Bakti.
“Kalau relokasi sudah dilakukan kami siap berpartroli setiap hari. Kami juga akan menertibkan pedagang yang menggunakan mobil sudah beberapa kali dilakukan meski belum begitu efektif,” paparnya.
Pihaknya tidak bisa bertindak tegas lantaran masih belum dilaksanakan relokasi secara permanen sehingga masih ada pertimbangan toleransi. (Adv)