Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Cerita Miris si Penjaga Kubur, Bekerja Tanpa Digaji
24 Juli 2018 20:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT

Banjarhits.id, Banjarmasin - Nanang Arbani telaten mencabuti rumput-rumput liar yang terselip di antara deretan kijing makam ketika Banjarhits.id menemuinya di alkah Rukun Kematian Keluarga Bakumpai (RKKB), Jalan Malkon Temon, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Selasa (24/7). Aroma wewangian kembang melati menyeruak di tengah aktivitasnya.
ADVERTISEMENT
Pria sepuh dengan rambut yang sudah memutih itu sesekali membungkuk, lalu mencabut rerumputan di pemakaman. Keringat mengucur di sela guratan muka Nanang. Ia tak sendiri di pemakaman itu. Dua putrinya, Nafisah Amelia (5) dan Nadia (8), turut menemani seraya bermain sepeda dan gawai.
Nanang sudah menekuni pekerjaan sebagai penjaga makam dan penggali kubur sejak 1987. Selama 31 tahun, ia menggantungkan penghasilan dari jenazah yang dikubur untuk mewujudkan cita-cita putrinya yang ingin menjadi dokter.
Nanang mewariskan jejak ayahnya yang lebih dulu menunggui pekuburan RKKB. Baru setelah ayahnya wafat pada 1997, Nanang seorang diri mengurus komplek makam tersebut. “Langsung diserahkan ke saya," ucap Nanang kepada banjarhits.id, Selasa (24/7).
Ia terpaksa menekuni pekerjaan ini karena minim keahlian dan rendahnya tingkat pendidikan lantaran kesulitan dana. Nanang berharap empat buah hatinya bisa merampungkan pendidikan setingginya agar tidak meneruskan profesi sebagai penjaga makam.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, kendala saat menggali lubang kubur tanahnya rawan longsor, penuh air, bahkan sampai menyela empat. Pria bernama alias Undui, ini tak lagi punya rasa takut akan kematian atau menemui hal-hal mistis. Maklum, Undui sudah puluhan tahun bekerja merawat makam.
Ia sering menjumpai kejadian aneh atau hal mistis, seperti sayup-sayup suara teguran dari orang yang tak terlihat. Undui berkata suara semacam ini biasanya selepas adzan magrib atau ketika malam Selasa dan malam Jumat.
Meski bekerja merawat makam, Undui sudah 2 tahun terakhir tidak menerima honor dari Rukun Kematian Keluarga Bakumpai (RKKB). Ia menganggap RKKB sepertinya tak peduli dengan dirinya. Padahal, Undui sempat rutin dihonor Rp 1 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
"Saya ikhlas dan hanya mengharapkan imbalan sukarela dari orang lain," kata Undui.
Lebih ironis lagi, Undui merogoh kocek pribadi untuk membayar listrik dan air PDAM di komplek pemakanan itu. Sebab, apabila listrik tak dibayar, maka rumahnya di area pemakaman ikut gelap karena rumahnya tak punya rekening listrik pribadi.
Ia berharap pengurus atau anggota kerukunan sudi memberi honor dirinya. Sayang, Undui tidak mengetahui siapa pengurus kerukunan yang baru. "Hampir 3 tahun sudah tak aktif," ujarnya. (M Robby)