Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten Media Partner
Ketika Sasirangan Jadi Kuliner Cake
9 Maret 2019 12:55 WIB
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB

ADVERTISEMENT
Sosok Sarah boleh dibilang kreatif. Di tangan wanita berusia 23 tahun ini, kuliner unik bernuansa milenial muncul. Sejak tahun 2016, ia sudah menggeluti bisnis kue cake lapis sasirangan. Penamaan sasirangan terinspirasi dari corak kain khas Banjar.
ADVERTISEMENT
Sarah melego kue-kue produksinya seharga Rp 40 ribu perkotak. Dalam sehari, ia mengaku puluhan kotak kue cake lapis sasirangan ludes terjual.
"Kadang-kadang sampai 75, dan kadang sampai 80 pieces. Tapi selalu berada di atas kisaran 50 pieces perharinya laku jualan saya. Untuk keuntungan ada sekitar 40 persen, saya dapat dari total hasil penjualan," ucap Sarah kepada wartawan banjarhits.id, Zahidi , Sabtu (9/1).
Menurut Sarah, keunikan cake lapis buatannya memiliki banyak lapisan yang sengaja ditumpuk berundun. Tumpukan ini membentuk motif kain sasirangan, seperti pola hiris pudak yang merupakan khas sasirangan Kota Banjarmasin.
"Sasirangan ini kan berasal dari dua suku kata, yang pertama Sa itu artinya satu, dan sirang yang artinya menjelujur. Kalau diartikan secara makna, maka dibuat disatu kain dengan menjelujurkan pewarna pada kain tersebut dan kita adopsi proses itu ke kue cake lapis milik kita," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Penamaan embel-embel sasirangan turut membantu penjualan kue produksinya. Kini, Sarah merasakan ada kenaikan taraf perekonomiannya berkat kue cake lapis sasirangan. Menurut Sarah, konsumen kerap bertanya-tanya kenapa ada nama sasirangan di kue cake itu.
Setelah diamati seksama, kue-kue cake lapis ini memang tampil dengan sentuhan motif sasirangan. Dalam waktu singkat, Sarah sudah memiliki beberapa reseller yang tersebar di berbagai daerah mulai Kabupaten Tanah Bumbu, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala.
Reseller ini aktif setiap hari merekap permintaan pelanggan dengan cara Purchase Order (PO). Agar tak monoton, Sarah menambahkan topping waluh yang sudah direbus. Alhasil, ada cita rasa lebih beragam dari pemberian topping tersebut.
Menurut dia, kue produksinya punya daya tahan 30 hari tanpa perubahan rasa, dan tetap bertekstur lembut. Selain lewat reseller, Sarah mempromosikan ke media sosial. Ia pun memakai kain sasirangan agar mendukung karakter kue ini.
ADVERTISEMENT
"Saya selalu memakai baju sasirangan setiap melakukan pemasaran dan promosi baik di media sosial maupun di bazaar bazaar setiap even hampirxselalu saya ikuti, terlebih di Kota Banjarmasin sering saya ikut," katanya.
Sarah merupakan salah seoranf dari peserta Bazaar Expo UMKM tahun 2010 yang digelar oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kalimantan Selatan bertempat di halaman gedung Sultan Suriansyah, Banjarmasin Utara, 8-9 maret 2019.